KABAR DARI DODO
Semangat menulis Menul makin berkobar setelah dia bertemu Andre dengan rona yang berbeda. Meski Andre berusaha menyembunyikan kebanggaannya pada tulisan di rubrik omelet, tetapi Menul bisa menangkap itu. Makanya, Menul ingin berbuat lebih. Meski Andre tidak mengetahui siapa dia sesungguhnya, tetapi Menul sudah cukup bahagia. Menul merasa tidak harus diketahui. Apalagi berharap akan mendapat konpensasi dari tulisannya. Tidak.
Mendapati tulisannya diapresiasi begitu tinggi saja itu sudah sangat lebih bagi Menul yang memang sangat awam dengan dunia tulis menulis. Apalagi tentang harga sebuah tulisan. Menul tidak mau memusingkan itu. Menul sudah merasa sukses saat tulisannya ada yang mau membacanya. Makanya, saat mendapati tulisannya sudah nangkring di majalah yang selama ini ia baca, itu merupakan pencapaian yang luar biasa sepanjang perjalanan hidup Menul.
Sore itu pun Menul sudah mempersiapkan hati dan pikiran untuk
MENCARI MENULAndre sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan Menul, pemilik notes merah jambu yang telah berjasa dalam karirnya di perusahaan. Makanya, begitu dia sampai di kantor, Andre langsung mengontak Imam, pimpinan HRD perusahaan. Satu tujuan Andre, yakni ingin mempelajari data Menul, sebelum dia memanggil Menul ke ruangannya.Andre berharap bahwa Menul adalah orang yang selama ini dia cari. Andre sudah letih dengan perasaan bersalahnya. Sambil berharap-harap cemas bahwa Menul tidak akan bertingkah dengan apa yang bakal ditawarkan kepadanya sebagai konpensasi diambilnya tulisan Menul tanpa ijin, Andre menunggu data dari Imam.Terus terang, Andre merasa khawatir jika Menul sampai bertingkah. Apalagi kemudian menuntut lebih dari apa yang bakal ditawarkannya sebagai konpensasi. Terlebih jika Menul tahu jika tulisannya sudah nangkring dalam majalah sebagai rubrik andalan yang bakal diasuh Andre, bisa jadi ia akan makin betingkah. Andre begid
TIDAK SABARImam pun mohon diri, meninggalkan Andre yang sedang galau akan kehidupannya. Andre merasa sepanjang hidupnya belum pernah merasakan kebanggaan. Dulu, sekolahnya biasa-biasa saja. kuliah juga biasa. Bahkan hampir drop out, karena lebih senang naik gunung. Untung ada Imam yang membantunya, sehingga kuliahnya terselamatkan dan bisa menuntaskan kuliah sampai wisuda.Setelah kuliah selesai, ia masih belum menata dirinya. Jika teman-teman sebayanya sudah mulai merintis karir, Andre malah makin menjadi-jadi dengan hobinya petualang. Mancing, hiking, naik gunung, touring, dan banyak lagi. Papinya hampir saja frustasi mendapati kelakuan anak lelakinya yang makin ke sini makin tidak bisa diharapkan bakal bisa menggantikan posisinya di perusahaan.Kisah percintaannya pun sering kalah. Yang terakhir dengan Siska, yang kemudian lebih memilih Reno. Atau lebih tepatnya mereka bermain asmara di belakang Andre. Namun Andre tidak bisa berku
DEKAT TAPI JAUHAndre merasakan kelegaan luar biasa. Setelah sekian lama dihantui rasa penasaran, kini dia akan segera bisa meluruhkannya. Meski masih belum percaya kalau ada orang pantri yang bisa menulis sebagus itu, namun itu tidak menyurutkan kelegaannya. Inilah kesempatan itu. Kalau bisa digambarkan, apa yang sedang Andre rasakan seperti pelangi yang menyembul di sela rintik hujan.Rasa tidak sabar menyambangi Andre untuk bisa segera bertemu dengan Menul. Tapi dia harus menahannya beberapa saat, karena waktu belum memungkinkan. Andre pun bersiap menjalani pekerjaanya. Andre baru saja bersiap hendak keluar kantor, ketika tetiba dia melihat Harun sudah kembali dengan pekerjaannya. Andre pun tidak membuang waktu untuk segera kondisi Menul.“Kok sudah di kantor lagi?”“Iya, Pak. Tadi sewaktu saya mau ke tempat Menul, eh.. Menulnya malah sudah datang. Makanya, saya tidak jadi keluar.”“Ko
PELAJARAN DARI RENOAndre merasa risih mendapati Reno dengan entengnya masuk ruangannya. Bahkan sampai duduk di kursi. Padahal ia sedang ada urusan dengan orang lain. Benar, tamunya hanya orang pantri. Namun siapapun tentu Reno harus menghormati.“Aku ngganggu ya?”Reno bertanya sambil membuka buku yang ia ambil dari rak buku kantor itu. tentu saja itu pertanyaan retorik, karena tanpa dijawab pun seharusnya sudah tahu, jika ia sangat mengganggu.“Ada perlu apa?” jawab Andre agak ketus. Pandangan tajam, sambil mencoba menarik dua notes itu ke bawah meja. Ia tidak mau jika Reno tetiba mendekatinya dan mengambil notes itu.“Maaf, Pak. Sebaiknya saya permisi dulu.”Menul memberanikan diri untuk menyela. Dia tidak enak hati. Apalagi kalau sampai karena keberadaannya di antara dua orang penting di kantornya itu membuat keduanya tidak nyaman. Menul merasakan ketidaknyamanan Andre pada Reno. Ia juga
KEKHAWATIRAN HARUNHarun mondar-mandir di pantri. Dia masih kepikiran dengan Menul yang sedang berada di ruangan Andre. Sudah lebih dari lima belas menit, Menul juga belum kembali ke pantri. Harun khawatir Menul mendapat masalah dengan Andre.Sebenarnya sejak Andre tanya-tanya tentang Menul padanya, Harun sudah mulai khawatir, karena belum pernah sekali pun Andre menanyakan Menul. Jangankan menanyakan, menyadari keberadaan Menul di pantri pun, Harun yakin Andre tidak pernah. Tapi tetiba Andre menanyakannya. Bahkan terkesan memaksa agar ia memberi tahu tentang Menul.Hal yang membuat Harun tidak habis pikir, sampai-sampai seorang Andre memintanya untuk menjenguk Menul saat ia tahu kabar jika Menul sakit dan tidak masuk kerja. Gimana tidak membuat Harun penasaran, coba.Jelas sekali kekhawatiran di wajah Harun. Dodo yang sedang menikmati es teh, merasa terganggu.“Ada masalah apa to, dari tadi mondar-mandir?”
AKHIRNYA KETEMU JUGAMenul tertunduk, merasa tidak enak hati. Mengapa ia harus berada di posisi di antara dua saudara yang saling berseteru? Meski Menul yakin Andre tidak menganggap Reno saingan, namun Reno telah memosisikan Andre sedekian rupa, sehingga bagi terlihat sekali jika Reno membenci Andre.Berbagai perasaan berkecamuk dalam pikiran Menul. Antara bingung, khawatir, takut menjadi satu. Sepeninggal Reno, Andre kembali menyambangi Menul. Setelah yakin Reno sudah benar-benar menghilang dari pandangannya, Andre pun kembali membuka percakapannya.“Sudah, jangan terlalu dipikirkan soal Reno!. Dia kan memang begitu.”“Tapi saya merasa tidak enak Pak.”“Santai saja. Lagian, ini kan ruanganku. Jadi aku berhak mengusirnya.”“Sekali lagi, saya mohon maaf Pak.”“Kita kembali ke perbincangan tadi. Sampai mana tadi ya?”“Omelet Pak,” jawab Me
TAWARAN MENGGIURKANMenul sudah mulai bisa menguasai dirinya. Rupanya Andre tidak semengerikan yang ia bayangkan. Orangnya asik. Terlihat jelas dari cara ia berkomunikasi dengan orang lain. Bisa jadi selama ini karena ia belum tahu saja, jadi sering berpikiran yang tidak-tidak terhadap Andre.Kehangatan Andre mampu membuat Menul tidak kikuk lagi. Terlebih pandangan Andre tidak terlihat sinis, seperti yang ditampakkan Reno. Bahkan sebelum Andre mengetahui jika dirinya Menul, Andre sudah membuktikannya. Memang waktu itu hanya sepintas lalu bertemu. Tidak banyak yang terucap. Namun dari cara Andre memandang Menul, ia rasakan biasa. Tidak terkesan merendahkan.“Ngomong-ngomong, kamu lulusan mana Nul?”“Maksud Bapak?”“Kamu lulusan universitas mana?”“Ya Allah, Bapak ini becanda,” ujar Menul. “Jika saya lulusan sebuah universitas, barangkali saya tidak akan terdampa
KEGELISAHAN MENULMenul masih belum yakin akan kesungguhan Andre menawarinya menjadi seorang asisten. Bahkan ia merasa itu semua hanya mimpi. Menul merasa dia bukan apa-apa. Pengalamannya minin. Pengetahuannya tentang dunia media atau segala hal yang selama ini dijalani Andre, sama sekali nol. Jangankan menjadi asisten Andre, untuk bisa kerja di luar pantri saja Menul merasa tidak pantas. Apalah dia, gadis dari kampung pinggir hutan, tidak pernah menempuh dunia pendidikan. Sudah begitu, pakai sumbing lagi bibirnya. Apa yang bisa diharapkan?Menul masih beranggapan kalau Andre hanya merasa tidak enak karena rubrik itu. Iya, Andre khawatir jika Menul akan berulah dengan membeberkan apa yang telah Andre lalukan dengan omelet itu. Jadi sebagai ganti tutup mulut, Andre memintanya untuk jadi asistennya, karena dilihat dari sisi manapun tidak akan mungkin Menul menjadi seorang asisten calon CEO.Ketidakpercayaan Menul tentu beralasan, karena di luar sana
JEBAKANKebahagiaan masih menyelimuti Andre. Baru kali ini ia merasakan bahagia selama menjalin hubungan dengan Arra. Ia merasa sedang dibutuhkan oleh Arra. Perubahan sikap Arra yang tetiba sangat perhatian, adalah anugerah baginya. Meski ia merasa sedikit heran, namun ia tidak begitu memikirkannya. Baginya, apa yang diraaskannya sekarang, melengkapi kebahagiannya dalam kesuksesan karirnya.Kedatangan Arra ke Jakarta yang ternyata tidak hanya sehari dua hari, seperti memanjakannya. Terang saja Andre sangat senang, karena untuk bisa membujuk Arra agar pulang ke Indonesia saja tidaklah gampang. Sering kali Andre mengemis demi bisa bertemu dengan Arra, namun sering pula dia harus kecewa.Tidak jarang Andre harus menelan patah hati ketika ia menyatakan kerinduannya pada Arra, harus bertepuk sebelah tangan. Bahkan, tidak jarang Arra melontarkan ancaman akan menyudahi hubungan, jika Andre masih saja menghubunginya tanpa alasan.Terkada
KONSIPIRASIReno makin tidak tenang setelah mendapati kabar kalau Andre memukau dalam acara di depan dewan direksi dan petinggi perusahaan. Menurut kabar yang dia dengar, kecemerlangan Andre juga karena didukung oleh keberadaan asistennya. Reno pantas tidak tenang, karena meski kemampuan dia masih di atas Andre, tapi dia tidak yakin kalau Andre tidak bakal mendapat suara yang signifikan. Bahkan, Reno semakin tidak yakin kalau dia bakal bisa mengalahkan Andre dengan kemenangan telak.Tadinya, harapan Reno sangat besar. Terlebih ia tahu jika Andre hanya jadi boneka pada proses pemilihan CEO tersebut. Semua orang juga sudah tahu seperti apa Andre. Makanya, Reno terlalu merisaukannya. Namun setelah Andre mendapatkan rubrik di majalah, kemudian dipercaya oleh beberapa dewan direksi, Reno mulai berubah pikiran.Belakangan ini pamor Andre sedang naik. Bisa jadi di kalangan pegawai, keberadaan Andre b
JENGAHMenul tergagap saat mendapati Arra melenggang masuk ke ruangan Andre. Dia mengurungkan niatnya untuk memberikan hasil pekerjaannya pada Andre. Sebelum kejadian di mana Menul mendapati Arra telah bermain belakang dengan Reno saja, Menul sudah tidak respek dengan Arra, apalagi setelah kejadian itu. Menul jadi makin tidak respek.Entah kenapa Menul tidak rela Arra menyakiti Andre. Bagi Menul, Andre itu tipikal laki-laki tidak banyak tingkah. Ia tidak banyak tuntutan. Setiap pekerjaan yang diberikan Andre pada Menul, tidak banyak yang diprotes. Meski ada kesalahan di sana sini, Andre menyampaikan itu, dengan kata “bagaiman kalau”. Bukan sementang-mentang marah, karena ia merasa menjadi atasan.Makanya, Menul ikut merasa sakit hati saat mendapati atasannya itu telah dikhianati cintanya oleh orang yang sangat disayanginya. Kalau saja punya kuasa, tentu ia akan segera memberi tahu Andre, sebelum berakibat pada karir Andre.Tapi sayang, Menul b
SECERCAH HARAP“Gimana dengan Menul, Ra?”Delvi tergopoh menghampiri Arra, begitu dia melihat Arra muncul di kantor. Perasaannya sudah tidak karuan sejak Menul menjadi asisten Andre. Ia tentu tidak terima karena Menul, perempuan yang telah ia damprat habis-habisan harus naik kasta. Semenjak Menul jadi asisten Andre, kinerja Delvi sangat menurun. Ia jadi tidak bisa fokus. Pikirannya selalu tertuju pada perempuan itu.Membayangkan Menul menemani Andre menemui kolega, membuatnya uring-uringan. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Dulu, saat ia mendapat kabar jika Menul berada satu mobil dengan Andre saja darahnya sudah mendidih. Kini ia harus mendapati kenyataan yang membuatnya muak.Kalau saja tidak ada Arra, tentu ia sudah keluar dari kantor itu. Keberadaan Arra adalah harapan baginya. Ia ingin sekali bisa menyingkirkan Menul, perempuan tak tahu diuntung itu seperti mencabik-cabiknya.Delvi merasa harus kucing-kucinga
SEMANGATMenul diam terpaku dengan apa yang baru saja dilihatnya. Nafasnya berpacu, menandakan sesuatu sedang tidak baik-baik saja. Tentu saja ia tidak baik-baik saja, mendapati dua orang yang ia pernah sedikit kenal, berduaan. Bermain di belakang orang baik. Bahkan ia yakin keduanya memang sudah sering melakukannya.Kalau saja tidak ada hubungan dengan atasannya itu mungkin Menul tidak terlalu memusingkan. Namun dua orang itu ada kaitannya dengan Andre. Yang Menul tahu, Arra adalah orang yang tentu saja mendukung sepenuhnya pecalonan Andre sebagai CEO. Sedang Reno adalah orang yang menjadi rival Andre. Kebetulan keduanya tidak menyukai Menul, yang Menul sendiri tidak tahu alasannya.Berbagai pertanyaan datang silih berganti di pikiran Menul. Meski dia belum begitu pengalaman dengan urusan asmara, tapi Menul bisa melihat ketidakberesan yang diperlihatkan Arra dan Reno. Gandengan tangan itu. Pandangan mesra itu. Apalagi keduanya masuk dalam sa
SELINGKUHSudah hampir setengah jam Menul menunggu Pak Prasetyo di lobi hotel. Namun Menul tidak merasa terbebani, karena dia sudah mendapat kepastian kalau Pak Prasetyo masih ada acara. Lagian, Menul bukan tipikal gadis penggerutu, yang baru menunggu beberapa menit saja sudah uring-uringan. Menul sudah terbiasa menunggu. Apalagi setelah akrab dengan phonesell yang lebih canggih, maka menunggu menjadi keasikan tersendiri. Menul bisa mencoba banyak fitur yang belum sempat dia pelajari.Namun meski asik dengan phonesellnya, sesekali Menul menebar pandang. Bahkan ornamen hotel tidak lepas dari pandangannya karena Menul merasa harus merekam banyak hal yang dia jumpai. Menul ingat kata-kata seorang penulis fiksi ternama bahwa penggambaran sebuah tempat akan makin detail jika seseorang pernah berada di tempat yang sama. Deskripsinya akan lebih terasa sehingga penonton merasa terbawa dalam setingnya. Bakan seolah-olah
MISI ARRA“Beneran, itu asistenmu?”Arra langsung memberondong Andre dengan pertanyaan. Kalau saja dia tidak sedang ingin membangun Arra dirinya agar Andre makin sayang padanya, tentunya dia sudah mendamprat Menul saat dia menjumpainya di ruangan yang menurut Arra sangat tidak layak bagi Menul.Arra memandang tajam ke arah Andre. Sebenarnya ia bukan penasaran mengapa Andre memilih Menul, perempuan yang dari segi fisiknya jelas tidak masuk dalam kriteria sebagai asisten. Ia penasaran karena mendapat kabar dari Reno bahwa asisten Andre tidak bisa dipandang remeh.“Iya Beib. Kan aku sudah pernah bilang padamu kalau aku akan angkat seorang asisten?”“Tapi dengan tampang seperti itu?” ujar Arra bernada mencibir. Kalau saja ia tidak mendapat kabar jika asisten Andre itu telah berhasil membungkam dewan direksi. Bahkan telah mampu membuat Reno tidak berkutik, tentu ia tidak akan peduli. Bahkan A
KEPURA-PURAANPengalaman Menul makin berwarna. Mulai dari restoran mewah, perkantoran megah, hotel berbintang lima, dan banyak lagi. Meski tidak di setiap tempat Menul mendampingi Andre, tapi berada di antara orang-orang besar adalah anugerah tersendiri bagi Menul. Menjadi asisten dari orang yang sedang dipromosikan sebagai calon CEO, membuat dunia Menul menjadi begitu indah. Banyak sekali pengalaman berharga ia dapatkan.Menul tidak pernah membayangkan, jika dalam hidupnya ia akan mengalami hal yang bagi orang sepertinya seperti mustahil. Berada di tempat yang untuk orang sepertinya hanya sebuah mimpi. Bertemu dengan banyak orang dengan banyak karakter, membuatnya bisa mendapatkan banyak ide sehingga tulisan Menul pun bisa lebih berkembang. Cita rasanya juga makin bervariasi.Menul juga mulai mencoba menggeluti dunia fiksi. Imaginasi dan pengalaman hidupnya yang penuh warna, membuat Menul seperti menemukan media untuk menuangkannya. Lebih dari itu
KEKAGUMAN DIREKTURAndre segera mengajak Menul untuk makan siang di restoran langganannya, sebagai bentuk sukur sekaligus terima kasih pada Menul. Andre makin respek pada Menul. Sosok yang semula dia pilih menjadi asisten karena sebuah ketidaksengajaan, kini sosok itu telah menjawab kepercayaannya melebihi ekspektasinya. Andre merasa Menul adalah takdirnya untuk mencapai sesuatu yang semula tidak ia pandang penting dalam hidupnya. Tuhan telah menggerakkanya untuk menemukan notes itu, yang kemudian mengubah kehidupan Andre.Setelah apa yang terjadi baru saja, semangat Andre makin besar. Ia juga makin percaya diri, karena Menul telah mengajarkan padanya bahwa orang yang selama ini menduduki jabatan penting, bisa jadi bukan karena ia hebat, tetapi karena ia mendapatkan kesempatan. Siapa pun bisa menjadi hebat, ketika ia mendapatkan kesempatan dengan bakat dan minat yang ia miliki.Andre merasa sangat beruntung. Baru kali ini dia mendapati orang yang m