FOLLOWER YANG MENGASIKKAN
Andre sedang merasa tidak baik-baik saja. Hatinya sedang diliputi ketidakpastian. Makanya, ia tidak balik lagi ke kantor setelah makan siang yang gagal. Andre ingin merebahkan diri di kamarnya. Ia tidak mau orang-orang kantor terbawa badmoodnya. Apalagi sampai kena imbas dari hatinya yang sedang gulana. Perasaan Andre masih tidak menentu. Arra masih belum mau menjawab teleponnya. Pesannya pun belum dibalas. Untuk mendatangi apartemen Arra, lebih tidak mungkin. Arra masih marah. Kalau dipaksakan keadaan bisa lebih buruk. Tapi Andre butuh kejelasan apakah Arra masih di Jakarta atau sudah terbang ke Amerika.
Meski tidak hanya sekali ini Andre terlibat pertengkaran dengan Arra, namun kali ini Andre merasakan lebih berat. Andre baru butuh support Arra, karena ia sedang menata diri. Andre mau pasang kuda-kuda pada persaingan itu. Kalau sebelumnya Andre hanya menjalani seperti air mengalir, tak peduli akan sampai ke mana air itu m
TANTANGAN BARUWaktu berjalan masih seperti biasa. Ada yang merasakan teramat lambat. Ada juga yang merasa terlalu cepat. Tidak ada yang spesial kali ini, di kantor di mana Andre melakukan aktifitas. Para pegawai masih disibukkan dengan rutinitasnya seperti sebelumnya. Andre juga sudah bisa meluruhkan gelisahnya, setelah mendapat kabar dari Arra. Andre senang, karena Arra sudah tidak lagi marah padanya. Namun meski demikian, masih ada hal yang membuat Andre belum sepenuhnya merasa lega. Apalagi kalau bukan tentang pemilik notes merah jambu itu.Sudah hampir seminggu edisi perdana, majalah yang memuat rubrik yang dipresentasikan Andre diluncurkan, tetapi sosok misterius itu belum juga muncul ke permukaan. Andre semakin penasaran dengan ghost writer-nya itu. Benar-benar seperti hantu. Andre yakin kalau pemilik notes itu adalah orang di perusahaannya. Seyakin kalau sosok misterius itu
BERTEMU LAGIMenul masih berkubang dalam suka cita. Perasaannya masih berenang kian kemari, menyelami setiap relung hatinya. Ia benar-benar bahagia. Makanya, hari-harinya terasa diliputi awan cerah. Rona sumringahnya tergambar jelas dari aura positif yang terpancar dari wajah polosnya. Sampling majalah yang memuat tulisannya masih saja dia baca. Baca. Dan baca. Entah sudah berapa kali Menul membacanya. Majalah itu selalu menarik untuk dibuka, di waktu senggangnya.“Perasaan majalah itu sudah kamu baca berkali-kali, Nul. Apa tidak bosan?”Pertanyaan Harun mengusik perhatian Menul pada deret kalimat yang tersaji dalam rubrik omelet. Sepertinya Harun memang berhak terusik dengan apa yang Menul lakukan, karena sejak Menul mendapat majalah itu darinya, majalah itu tidak pernah lepas dari tangan Menul. Selalu lengket, seperti tidak mau lepas.“Hehehe, iya Mas. Saya sendiri sudah lupa berapa kali membacanya. Habis
TITIK TERANGAndre masih kepikiran dengan apa yang dikatakan papinya tentang menjadi pembicara di acara pertemuan dewan direksi dan segenap jajarannya. Meski hanya setengah jam, tetapi cukup membuat Andre gelisah. Dia sama sekali belum mempunyai gambaran tentang apa yang bakal dia obrolkan. Bahkan dia masih belum yakin akan kemampuannya menjadi pembicara di acara tersebut.Andre merasa tidak berbakat dengan sesuatu yang berhubungan keterampilan berbicara. Jika ada yang bisa dengan mudah membuat orang kagum dengan kemampuan menyampaikan kata, maka Andre kesulitan untuk urusan itu. Ia lebih memilih mengangkat pasir daripada harus menjadi pembicara.Saat mempresentasikan konsep itu, Andre merasa tertolong dengan materi yang sudah ia persiapkan. Dewan direksi sudah terlebih dulu tersihir dengan omelet, jadi Andre merasa tidak harus banyak berbicara untuk menjelaskannya. Meski sejatinya, Andre sudah bisa dikatakan mampu menyampaikan sesuatu ke orang lai
SEBUAH PETUNJUKAndre semakin dongkol dengan Reno. Ia merasa Reno sudah di luar batas kewajaran dalam persaingan ini. Sampai-sampai memakai cara tidak benar. Menuduh, menghasut, menfitnah. Jangan-jangan, Reno juga sudah merencanakan sesuatu, demi memenuhi ambisinya. Begitu yang bermain di pikiran Andre. Namun ia bergegas menepis pikiran itu. Apa yang Reno lakukan bukan urusannya.Begitu Reno berlalu, Andre segera mengontak Anto untuk datang ke ruang kerjanya. Penasaran Andre sudah di ubun-ubun. Ia ingin segera mengetahui siapa pemilik notes itu. Makanya, begitu Anto mengetuk pintu, Andre segera mempersilakan masuk. Bahkan Andre sudah menunggu di sofa ruang kerjanya.“Maaf, Pak,” sapa Anto sewaktu melihat raut wajah Andre yang terlihat gelisah. Anto pun mengangguk, sebagai tanda penghormatan. Terang saja Anto menjadi ciut nyali mendapati perubahan raut muka Andre.“Silahkan duduk!”A
SATU PETUNJUK LAGI Andre merebahkan tubuhnya di sofa ruang kerjanya. Dia sedang ingin istirahat sebentar. Penat di dalam pikirannya seperti menguras seluruh energinya. Rasa penasaran pada sosok pemilik notes merah jambu itu telah mengaduk pikirannya lebih dari dua minggu. Kalau saja dia tidak terlanjur menjiplak isi notes itu, tentu dia tidak akan sepenasaran itu. Bayangan ada satu sosok yang mencibir habis-habisan pada rubrik yang bakal diasuhnya, di tengah banyak orang yang mengaguminya, seperti menyayat perasaannya. Seharusnya Andre bangga mendapat ucapan selamat. Seharusnya Andre bahagia, eksistensinya mulai diperhitungkan sejak adanya omelet. Tapi kebahagiaan Andre belum sepenuhnya bisa dirasakan. Bahkan, ketika dia bertemu dengan orang-orang kantor yang memandang sinis padanya, perasaan terhakimi akan langsung menghinggapi. Andre merasa tertekan. Apalagi demi membayangka
KABAR DARI DODOSemangat menulis Menul makin berkobar setelah dia bertemu Andre dengan rona yang berbeda. Meski Andre berusaha menyembunyikan kebanggaannya pada tulisan di rubrik omelet, tetapi Menul bisa menangkap itu. Makanya, Menul ingin berbuat lebih. Meski Andre tidak mengetahui siapa dia sesungguhnya, tetapi Menul sudah cukup bahagia. Menul merasa tidak harus diketahui. Apalagi berharap akan mendapat konpensasi dari tulisannya. Tidak.Mendapati tulisannya diapresiasi begitu tinggi saja itu sudah sangat lebih bagi Menul yang memang sangat awam dengan dunia tulis menulis. Apalagi tentang harga sebuah tulisan. Menul tidak mau memusingkan itu. Menul sudah merasa sukses saat tulisannya ada yang mau membacanya. Makanya, saat mendapati tulisannya sudah nangkring di majalah yang selama ini ia baca, itu merupakan pencapaian yang luar biasa sepanjang perjalanan hidup Menul.Sore itu pun Menul sudah mempersiapkan hati dan pikiran untuk
MENCARI MENULAndre sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan Menul, pemilik notes merah jambu yang telah berjasa dalam karirnya di perusahaan. Makanya, begitu dia sampai di kantor, Andre langsung mengontak Imam, pimpinan HRD perusahaan. Satu tujuan Andre, yakni ingin mempelajari data Menul, sebelum dia memanggil Menul ke ruangannya.Andre berharap bahwa Menul adalah orang yang selama ini dia cari. Andre sudah letih dengan perasaan bersalahnya. Sambil berharap-harap cemas bahwa Menul tidak akan bertingkah dengan apa yang bakal ditawarkan kepadanya sebagai konpensasi diambilnya tulisan Menul tanpa ijin, Andre menunggu data dari Imam.Terus terang, Andre merasa khawatir jika Menul sampai bertingkah. Apalagi kemudian menuntut lebih dari apa yang bakal ditawarkannya sebagai konpensasi. Terlebih jika Menul tahu jika tulisannya sudah nangkring dalam majalah sebagai rubrik andalan yang bakal diasuh Andre, bisa jadi ia akan makin betingkah. Andre begid
TIDAK SABARImam pun mohon diri, meninggalkan Andre yang sedang galau akan kehidupannya. Andre merasa sepanjang hidupnya belum pernah merasakan kebanggaan. Dulu, sekolahnya biasa-biasa saja. kuliah juga biasa. Bahkan hampir drop out, karena lebih senang naik gunung. Untung ada Imam yang membantunya, sehingga kuliahnya terselamatkan dan bisa menuntaskan kuliah sampai wisuda.Setelah kuliah selesai, ia masih belum menata dirinya. Jika teman-teman sebayanya sudah mulai merintis karir, Andre malah makin menjadi-jadi dengan hobinya petualang. Mancing, hiking, naik gunung, touring, dan banyak lagi. Papinya hampir saja frustasi mendapati kelakuan anak lelakinya yang makin ke sini makin tidak bisa diharapkan bakal bisa menggantikan posisinya di perusahaan.Kisah percintaannya pun sering kalah. Yang terakhir dengan Siska, yang kemudian lebih memilih Reno. Atau lebih tepatnya mereka bermain asmara di belakang Andre. Namun Andre tidak bisa berku
JEBAKANKebahagiaan masih menyelimuti Andre. Baru kali ini ia merasakan bahagia selama menjalin hubungan dengan Arra. Ia merasa sedang dibutuhkan oleh Arra. Perubahan sikap Arra yang tetiba sangat perhatian, adalah anugerah baginya. Meski ia merasa sedikit heran, namun ia tidak begitu memikirkannya. Baginya, apa yang diraaskannya sekarang, melengkapi kebahagiannya dalam kesuksesan karirnya.Kedatangan Arra ke Jakarta yang ternyata tidak hanya sehari dua hari, seperti memanjakannya. Terang saja Andre sangat senang, karena untuk bisa membujuk Arra agar pulang ke Indonesia saja tidaklah gampang. Sering kali Andre mengemis demi bisa bertemu dengan Arra, namun sering pula dia harus kecewa.Tidak jarang Andre harus menelan patah hati ketika ia menyatakan kerinduannya pada Arra, harus bertepuk sebelah tangan. Bahkan, tidak jarang Arra melontarkan ancaman akan menyudahi hubungan, jika Andre masih saja menghubunginya tanpa alasan.Terkada
KONSIPIRASIReno makin tidak tenang setelah mendapati kabar kalau Andre memukau dalam acara di depan dewan direksi dan petinggi perusahaan. Menurut kabar yang dia dengar, kecemerlangan Andre juga karena didukung oleh keberadaan asistennya. Reno pantas tidak tenang, karena meski kemampuan dia masih di atas Andre, tapi dia tidak yakin kalau Andre tidak bakal mendapat suara yang signifikan. Bahkan, Reno semakin tidak yakin kalau dia bakal bisa mengalahkan Andre dengan kemenangan telak.Tadinya, harapan Reno sangat besar. Terlebih ia tahu jika Andre hanya jadi boneka pada proses pemilihan CEO tersebut. Semua orang juga sudah tahu seperti apa Andre. Makanya, Reno terlalu merisaukannya. Namun setelah Andre mendapatkan rubrik di majalah, kemudian dipercaya oleh beberapa dewan direksi, Reno mulai berubah pikiran.Belakangan ini pamor Andre sedang naik. Bisa jadi di kalangan pegawai, keberadaan Andre b
JENGAHMenul tergagap saat mendapati Arra melenggang masuk ke ruangan Andre. Dia mengurungkan niatnya untuk memberikan hasil pekerjaannya pada Andre. Sebelum kejadian di mana Menul mendapati Arra telah bermain belakang dengan Reno saja, Menul sudah tidak respek dengan Arra, apalagi setelah kejadian itu. Menul jadi makin tidak respek.Entah kenapa Menul tidak rela Arra menyakiti Andre. Bagi Menul, Andre itu tipikal laki-laki tidak banyak tingkah. Ia tidak banyak tuntutan. Setiap pekerjaan yang diberikan Andre pada Menul, tidak banyak yang diprotes. Meski ada kesalahan di sana sini, Andre menyampaikan itu, dengan kata “bagaiman kalau”. Bukan sementang-mentang marah, karena ia merasa menjadi atasan.Makanya, Menul ikut merasa sakit hati saat mendapati atasannya itu telah dikhianati cintanya oleh orang yang sangat disayanginya. Kalau saja punya kuasa, tentu ia akan segera memberi tahu Andre, sebelum berakibat pada karir Andre.Tapi sayang, Menul b
SECERCAH HARAP“Gimana dengan Menul, Ra?”Delvi tergopoh menghampiri Arra, begitu dia melihat Arra muncul di kantor. Perasaannya sudah tidak karuan sejak Menul menjadi asisten Andre. Ia tentu tidak terima karena Menul, perempuan yang telah ia damprat habis-habisan harus naik kasta. Semenjak Menul jadi asisten Andre, kinerja Delvi sangat menurun. Ia jadi tidak bisa fokus. Pikirannya selalu tertuju pada perempuan itu.Membayangkan Menul menemani Andre menemui kolega, membuatnya uring-uringan. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Dulu, saat ia mendapat kabar jika Menul berada satu mobil dengan Andre saja darahnya sudah mendidih. Kini ia harus mendapati kenyataan yang membuatnya muak.Kalau saja tidak ada Arra, tentu ia sudah keluar dari kantor itu. Keberadaan Arra adalah harapan baginya. Ia ingin sekali bisa menyingkirkan Menul, perempuan tak tahu diuntung itu seperti mencabik-cabiknya.Delvi merasa harus kucing-kucinga
SEMANGATMenul diam terpaku dengan apa yang baru saja dilihatnya. Nafasnya berpacu, menandakan sesuatu sedang tidak baik-baik saja. Tentu saja ia tidak baik-baik saja, mendapati dua orang yang ia pernah sedikit kenal, berduaan. Bermain di belakang orang baik. Bahkan ia yakin keduanya memang sudah sering melakukannya.Kalau saja tidak ada hubungan dengan atasannya itu mungkin Menul tidak terlalu memusingkan. Namun dua orang itu ada kaitannya dengan Andre. Yang Menul tahu, Arra adalah orang yang tentu saja mendukung sepenuhnya pecalonan Andre sebagai CEO. Sedang Reno adalah orang yang menjadi rival Andre. Kebetulan keduanya tidak menyukai Menul, yang Menul sendiri tidak tahu alasannya.Berbagai pertanyaan datang silih berganti di pikiran Menul. Meski dia belum begitu pengalaman dengan urusan asmara, tapi Menul bisa melihat ketidakberesan yang diperlihatkan Arra dan Reno. Gandengan tangan itu. Pandangan mesra itu. Apalagi keduanya masuk dalam sa
SELINGKUHSudah hampir setengah jam Menul menunggu Pak Prasetyo di lobi hotel. Namun Menul tidak merasa terbebani, karena dia sudah mendapat kepastian kalau Pak Prasetyo masih ada acara. Lagian, Menul bukan tipikal gadis penggerutu, yang baru menunggu beberapa menit saja sudah uring-uringan. Menul sudah terbiasa menunggu. Apalagi setelah akrab dengan phonesell yang lebih canggih, maka menunggu menjadi keasikan tersendiri. Menul bisa mencoba banyak fitur yang belum sempat dia pelajari.Namun meski asik dengan phonesellnya, sesekali Menul menebar pandang. Bahkan ornamen hotel tidak lepas dari pandangannya karena Menul merasa harus merekam banyak hal yang dia jumpai. Menul ingat kata-kata seorang penulis fiksi ternama bahwa penggambaran sebuah tempat akan makin detail jika seseorang pernah berada di tempat yang sama. Deskripsinya akan lebih terasa sehingga penonton merasa terbawa dalam setingnya. Bakan seolah-olah
MISI ARRA“Beneran, itu asistenmu?”Arra langsung memberondong Andre dengan pertanyaan. Kalau saja dia tidak sedang ingin membangun Arra dirinya agar Andre makin sayang padanya, tentunya dia sudah mendamprat Menul saat dia menjumpainya di ruangan yang menurut Arra sangat tidak layak bagi Menul.Arra memandang tajam ke arah Andre. Sebenarnya ia bukan penasaran mengapa Andre memilih Menul, perempuan yang dari segi fisiknya jelas tidak masuk dalam kriteria sebagai asisten. Ia penasaran karena mendapat kabar dari Reno bahwa asisten Andre tidak bisa dipandang remeh.“Iya Beib. Kan aku sudah pernah bilang padamu kalau aku akan angkat seorang asisten?”“Tapi dengan tampang seperti itu?” ujar Arra bernada mencibir. Kalau saja ia tidak mendapat kabar jika asisten Andre itu telah berhasil membungkam dewan direksi. Bahkan telah mampu membuat Reno tidak berkutik, tentu ia tidak akan peduli. Bahkan A
KEPURA-PURAANPengalaman Menul makin berwarna. Mulai dari restoran mewah, perkantoran megah, hotel berbintang lima, dan banyak lagi. Meski tidak di setiap tempat Menul mendampingi Andre, tapi berada di antara orang-orang besar adalah anugerah tersendiri bagi Menul. Menjadi asisten dari orang yang sedang dipromosikan sebagai calon CEO, membuat dunia Menul menjadi begitu indah. Banyak sekali pengalaman berharga ia dapatkan.Menul tidak pernah membayangkan, jika dalam hidupnya ia akan mengalami hal yang bagi orang sepertinya seperti mustahil. Berada di tempat yang untuk orang sepertinya hanya sebuah mimpi. Bertemu dengan banyak orang dengan banyak karakter, membuatnya bisa mendapatkan banyak ide sehingga tulisan Menul pun bisa lebih berkembang. Cita rasanya juga makin bervariasi.Menul juga mulai mencoba menggeluti dunia fiksi. Imaginasi dan pengalaman hidupnya yang penuh warna, membuat Menul seperti menemukan media untuk menuangkannya. Lebih dari itu
KEKAGUMAN DIREKTURAndre segera mengajak Menul untuk makan siang di restoran langganannya, sebagai bentuk sukur sekaligus terima kasih pada Menul. Andre makin respek pada Menul. Sosok yang semula dia pilih menjadi asisten karena sebuah ketidaksengajaan, kini sosok itu telah menjawab kepercayaannya melebihi ekspektasinya. Andre merasa Menul adalah takdirnya untuk mencapai sesuatu yang semula tidak ia pandang penting dalam hidupnya. Tuhan telah menggerakkanya untuk menemukan notes itu, yang kemudian mengubah kehidupan Andre.Setelah apa yang terjadi baru saja, semangat Andre makin besar. Ia juga makin percaya diri, karena Menul telah mengajarkan padanya bahwa orang yang selama ini menduduki jabatan penting, bisa jadi bukan karena ia hebat, tetapi karena ia mendapatkan kesempatan. Siapa pun bisa menjadi hebat, ketika ia mendapatkan kesempatan dengan bakat dan minat yang ia miliki.Andre merasa sangat beruntung. Baru kali ini dia mendapati orang yang m