Beranda / Romansa / Better Without You / Chapter 35 - Similar Person

Share

Chapter 35 - Similar Person

Penulis: Putri Wahyuni
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-24 02:41:04
Eithan replied your story

"Welcome to Jakarta." -Eithan

Aku mengunggah salah satu foto yang menunjukkan suasana di Bandara Soekarno-Hatta di story Anstagram-ku. Itulah mengapa Eithan bisa tahu bahwa saat itu aku sudah berada di Jakarta.

Semenjak pertemuan malam itu, aku dan Eithan saling berbagi username social media yang cukup sering kami gunakan.

"Hi Eithan! Thanks!" -Laila

"Wanna go out tonight?" -Eithan

"Where?" -Laila

"Hawaian Restaurant." -Eithan

"Sounds good!!! See you!" -Laila

Aku tidak tahu apakah caraku salah menerima ajakan Eithan secara terang-terangan hanya karena ingin menghilangkan kekesalanku atas kebenaran yang ku ketahui di Yogyakarta, tetapi setidaknya aku butuh seseorang waktu itu.

Bertemu dengan Eithan merupakan salah satu hal yang membuat jiwa dan pikiranku sedikit tenang namun juga selalu terbayang akan hadirnya Rafael. Aku bertemu dengan Eithan sebanyak tiga kali namun aku selalu tersiksa dan merasa bersalah setiap kali menemuinya. Pertama, aku tersik
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Better Without You   Chapter 36 - A Better Person

    "Tapi lo gak nerima Eithan, kan?" Tanya April memastikan sembari membelalakkan matanya kearahku saat aku selesai menceritakan mengenai hubunganku yang sudah terjalin cukup dekat beberapa minggu bersama Eithan. "Nggak lah." Jawabku yakin "Tapi kalau di pikir-pikir Eithan baik banget ya." Ucap Dina yang sedikit terlihat menaruh harap atas hubunganku dengan Eithan. "Iya. Tapi sayang beda agama." Sambung Aurora menghela napas sembari menggeleng-gelengkan kepalanya "Kenapa ya gue itu selalu terjebak dengan perbedaan agama gini? Dan kenapa gue selalu narik orang yang agamanya berbeda dengan gue ke dalam hidup gue?" Ucapku yang akhirnya melontarkan isi pikiranku selama ini kepada teman-temanku. "Yah jangan nanya kita, La. Kita juga gak bisa jawab kalo hal begitu. Rahasia alam semesta itu mah." Jelas April sembari tertawa kecil. "Iya sih bener... Tapi sekarang gue udah memutuskan untuk berteman baik dengan Eithan, kok." Jelasku meyakinkan April, Dina, dan Aurora. *** Berjalan di pinggi

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-29
  • Better Without You   Chapter 37 - I'm sorry, Don't Leave!

    Aku seringkali menunjukkan tingkah konyol kepada Eithan seperti melewati zebra cross yang hanya menginjak garis-garis putihnya saja dan berteriak saat ada pesawat yang lewat. Dan ya, Eithan terlihat sangat bahagia dengan kekonyolan yang ku ciptakan. Namun tanpa aku sadari, kekonyolan itu adalah kekonyolan yang pernah aku ciptakan bersama Rafael. "Kamu serius ngelakuin hal kaya gini tiap hari? La, itu pilotnya gak akan denger kalau kamu say Hi." Ucap Eithan sembari tertawa lepas "Of course. Aku selalu ngelakuin hal ini juga dengan Rafael waktu itu kalau pesawat lagi lewat. Dan kita berdua gak bisa lihat zebra cross, kalau kita lihat, fix harus taruhan." Ucapku bersemangat dan tak sengaja menyebut nama Rafael. Seketika raut wajah Eithan berubah drastis saat aku mengucap nama pria itu. "Oh--- Okay." Ucap Eithan datar "So-sorry, Eithan. Aku--" "It's okay, La. Anyway, habis ini kita langsung balik, yuk. Ada yang harus aku kerjain buat besok." "Kamu marah ya?" Tanyaku dengan susah pa

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-07
  • Better Without You   Chapter 38 - Terapi

    Satu minggu kemudian… Aku duduk di hadapan Mbak Regina. Mencoba untuk menceritakan semua hal mengenai Rafael. Waktu itu, aku siap untuk menceritakan segalanya setelah aku mulai membuka hatiku untuk Eithan yang tanpa sadar aku malah menyia-nyiakan kesempatan itu dengan masih terpaku kepada Rafael. Aku sadar, saat itu aku butuh pertolongan dari orang yang profesional seperti Mbak Regina. "Mbak memang benar, aku pernah gagal sebelum menjalin hubungan dengan Rafael. Justru aku bingung, aku pernah gagal sebelum kenal dia. Tapi saat ini aku kenapa gak bisa melupakannya dan menyembuhkan diri sendiri?" Tanyaku kesal. Sudah hampir satu tahun, aku kembali membuka luka itu dan akhirnya siap untuk menceritakan hal yang pernah aku tunda sebelumnya. Ya, sesuatu yang seharusnya aku ceritakan saat pertama kali mengunjungi tempat praktek Mbak Regina. “Yeah I know. Karna dia terlalu menjanjikan dan ngasi harapan terus ke kamu. Kamu udah ngejawab itu sendiri, Laila.” Jelas Mbak Regina "That’s it! M

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-07
  • Better Without You   Chapter 39 - Dufan dan Melupakan

    WazzApp Group Notification "Laila, kita jalan-jalan yuk!" Aku terbangun dan melihat layar ponselku yang berisikan ajakan oleh Aurora, April, dan Dina. Aku melirik jam yang masih menunjukkan pukul delapan pagi. Biasanya ketika weekend seperti ini, aku lebih memilih untuk bangun lebih siang dari biasanya "Kemana?" Balasku dengan mata yang masih melekat "Dufan aja." -April Aku rasa aku ingin menikmati suasana dufan dan memacu sedikit adrenalineku. Semenjak di tinggal oleh Rafael, setengah jiwaku sudah tak merasakan hidup. Dan saat itu Eithan pun sudah pergi meninggalkan Indonesia. Aku pun akhirnya menyetujui ajakan mereka. Aku membereskan apartemenku dan bersiap-siap merapikan diri sebelum teman-temanku datang. Biasanya jika aku dan teman-temanku pergi, mereka selalu berkumpul di apartemen ini. Tok… tok… tok… Tak di ragukan lagi, pasti itu teman-temanku. Aku pun bergegas membuka pintu "Hei, La. Gue numpang make up disini ya. Takut telat tadi." Ucap Dina yang langsung bergegas masu

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-07
  • Better Without You   Chapter 40 - Mas Daffin

    Izinkan akuUntuk terakhir kalinyaSemalam saja bersamamuMengenang asmara kitaDan aku pun berharapSemoga kita tak berpisahDan kau maafkan kesalahanYang pernah ku buat Suasana café menjadi ramai seketika saat orang-orang yang berada disana mengikuti lirik lagu Berharap Tak Berpisah. "Lirik lagu ini gak kaya lo kan, La?" April mengolok sembari bernyanyi "Ya nggak lah. Males banget. Duh andai aja ya gue terlepas dari dia dari jauh-jauh hari, pasti hidup gue gak sengsara." Teriakku "Udah ah gak usah bahas lagi. Kita kesini mah mau seneng-seneng!” Seru Dina "Alright. Jadi setelah lagu Berharap Tak Berpisah, gimana kalo kita bawain lagu Glenn Fredly - Akhir Cerita Cinta." Ucap Diego sekaligus penyanyi yang berada di café itu. Ya, Diego masih sering menjadi bintang tamu di café yang memiliki live music karena coffee shop yang dia miliki masih belum memberikan fasilitas itu. Bagi Diego musik itu adalah passion bagi dirinya. "Wew, bagus juga tuh." Teriak April bersemangat "Well. Ada

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-07
  • Better Without You   Chapter 41 - Generalisasi

    (WazzApp Notification - Mas Daffin) "La, udah di apartemen kamu? Aku baru sampe nih." -Mas Daffin "Udah, Mas." -Laila "Jadi gak? Yuk." – Mas Daffin "Oke boleh-boleh. Aku siap-siap dulu, ya, Mas. Langsung ketemu di tempat aja?" -Laila "Bareng aja, ya, La. Aku juga mau mandi dulu. Lagian aku gak tau tempatnya juga." -Mas Daffin "Oh iya. Okedeh." -Laila Aku dan Mas Daffin akhirnya menuju coffee shop apartemen dan berbincang mengenai hal-hal pada umumnya. Seperti kegiatan kami sehari-hari dan juga asal-usul aku dan Mas Daffin. Sebagai seseorang yang memang baru dikenal, aku memang selalu menanyakan asal-usul lawan bicaraku untuk sekedar memastikan bahwa mereka benar-benar orang baik. Ditambah lagi dengan zaman yang sangat maju seperti saat ini, kita pun bisa langsung memastikan dari social media mengenai kehidupan lawan bicara kita. Ya, sebelum memutuskan untuk pergi dengan Mas Daffin, aku pun langsung melihat social media miliknya dan beberapa foto yang dia unggah, sama halnya sep

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-07
  • Better Without You   Chapter 42 - Trauma?

    Sudah hampir satu bulan, aku seringkali menjalani hari-hariku bersama Mas Daffin. Selama satu bulan itu aku merasa bahagia dengan Mas Daffin yang masuk ke dalam kehidupanku. (WazzApp Notification - Mas Daffin) "La, kamu pulang jam berapa? Aku jemput ya." "Aku pulang jam tiga, Mas. Emang kamu udah pulang?" -Laila "Hmm. Belum sih. Rencananya aku mau ngajak kamu ke rooftop buat nongkrong. Tapi kayanya kelamaan ya?" -Mas Daffin "Iya sih. Lagian aku juga bawa mobil, Mas. Kalo gitu kita ketemu di Rooftop aja." -Laila "Yakin gapapa?" -Mas Daffin "Iya gapapa." -Laila Aku mengikuti Aurora menuju ke apartemennya sembari menunggu Mas Daffin selesai bekerja. Setelah itu, aku dan Mas Daffin pun langsung bergegas ke rooftop tempat kami mengobrol seperti biasa. *** Mas Daffin sudah beberapa kali tertangkap basah memperhatikan aku sedari tadi sehingga membuatku menjadi tidak nyaman. Tak biasanya dia memperhatikanku seperti itu. Akan tetapi dari tatapannya aku bisa mengerti maksud dari tatapa

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-07
  • Better Without You   Chapter 43 - Trust Issues

    Berjalan memasuki salah satu tempat club dengan Mas Daffin waktu itu aku merasa agak canggung. Aku baru tahu ternyata Mas Daffin pernah juga pergi ke tempat seperti ini. Ya, aku memang tidak pernah membayangkan sama sekali jika Mas Daffin menyukai tempat yang menyuguhkan dentuman musik yang lumayan keras. Selama ini aku mengira Mas Daffin hanya pria kaku yang sangat berwibawa. Tidak... Aku tidak mengatakan orang-orang yang menghabiskan waktu di sebuah club bukanlah orang yang berwibawa, akan tetapi Mas Daffin orangnya sangat berbeda. Dari raut wajahnya dia bukan tipe pria yang menyukai dentuman musik yang terlalu keras. Atau jangan-jangan memang aku saja yang salah menilai Mas Daffin? Hmmm… sepertinya aku memang selalu saja salah memberikan penilaian kepada orang lain. Saat aku dan Mas Daffin masuk ke dalam club, seketika aku melihat teman-temanku berada disana. Aku bingung, mengapa teman-temanku ada di tempat ini dan mengapa mereka tidak mengabariku? “Guys? Kalian ngapain disini?”

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-07

Bab terbaru

  • Better Without You   Extra Part III

    Aku mencari-cari wujud Mas Daffin diseluruh ruangan villa namun aku belum juga menemukannya. Aku bergegas keluar dari ruang santai dan memutuskan untuk mencari Mas Daffin di coffee shop dan ruangan gym. Berharap dia ada disana. Aku menuruni anak tangga dan merogoh saku untuk mengambil ponselku dan langsung menghubungi Mas Daffin. Seketika aku sangat familiar dengan nada dering yang samar-samar ku dengar. Ya, nada dering itu adalah nada dering ponsel Mas Daffin. Perlahan aku pun mulai mengikuti arah suara itu sembari menunggu Mas Daffin menjawab teleponku. “Mas Daffin kamu kenapa jahat banget sih gak ngomong ke aku kalo kamu ke Bali.” Ucapku kesal kepada Mas Daffin yang akhirnya menemukannya di ruangan gym “Astaga, La. Ngagetin aja. Aku cuma mau ngasi surprise.” Jawab Mas Daffin sembari meletakkan dumbbell yang berurukan 30kg di atas lantai. Lalu, Mas Daffin pun duduk dan mendongakkan wajahnya kehadapanku. “Terus tadi kenapa pas di pantai tiba-tiba pergi?” Tanyaku menatap Mas Daffin

  • Better Without You   Extra Part II

    “Aahhhh!!! Baliiiii!!! Here we come!!!” Ucapku penuh semangat sembari menuju ke tempat pengambilan bagasi bersama teman-temanku. Aku, Aurora, Dina, dan juga April, Mas Dirga, dan Jonathan pada akhirnya sampai di Bandara Ngurah Rai Bali. Perjalanan kami ke Bali pun ditempuh dalam waktu dua jam. Aurora seperti biasa membawa Jonathan dan Dina pun membawa Mas Dirga. Hanya aku dan April saja yang tidak membawa pasangan karena mereka harus bekerja. Sementara Mas Dirga dan Jonathan, mereka berdua hanya bisa menikmati liburan di Bali selama tiga hari karena mereka tidak bisa cuti berlama-lama. Seperti yang aku katakan sebelumnya, semenjak kebangkrutan orangtua Jonathan dia pun harus kuliah dan bekerja disaat bersamaan. Sementara Aku, Dina, April, dan Aurora memang berencana menghabiskan waktu liburan kami di Bali sampai dua minggu lamanya. “Guys kita buat story dulu. Kita udah di Bali.” Ucap Dina sembari membuka aplikasi Anstagram miliknya. “Din, kita masih di Bandara. Masih nunggu baggage.

  • Better Without You   Extra Part I

    Enam bulan kemudian… Hari ini aku, April, Aurora, dan Dina tengah berada di Jakarta Convention Center untuk menghadiri upacara wisuda setelah empat tahun berjuang untuk mendapatkan gelar sarjana. Aku tidak pernah menyangka pada akhirnya aku bisa lulus tepat waktu setelah apa yang sudah menimpaku waktu itu. Tidak pernah kuliah dan meratapi nasib hanya karena aku pernah dicampakkan. Namun hari ini aku benar-benar bahagia dan bangga dengan diriku. Dihari special ini, aku dan teman-temanku benar-benar tampil maksimal. Kami semua memakai kebaya dengan model yang berbeda-beda pastinya. Aku dan teman-temanku memilih kain motif jawa untuk rok-nya seperti baju wisudawan pada umumnya. Aku mengenakan kebaya berwarna biru dongker, April mengenakan kebaya berwarna pink muda, Aurora berwarna merah, dan Dina berwarna cream. Rambut kami pun disanggul oleh penata rambut seperti wisudawan-wisudawan yang lainnya. Hanya Dina saja yang memilih rambutnya digerai dengan diberikan model ikal pada ujungnya.

  • Better Without You   Chapter 49 - Better Without You

    Setiap kali aku menulis novel ini, ada beberapa halaman tentang penyesalan yang sering membuatku menangis. Aku pun pernah menghentikan tulisan ini untuk sementara waktu karena jiwaku masih belum kuat untuk mereka ulang kejadian dan kenangan yang pernah aku ukir bersama masalaluku dulu. Bukan, aku menangis bukan karena aku merindukannya. Bukan pula merindukan kenangan yang pernah kami ukir bersama. Aku menangis karena kesal terhadap diriku sendiri dengan setiap penyesalan yang terus menghantuiku. Saat aku berada di dunia yang gelap. Aku menyalahkan diriku atas keputusan yang aku pilih. Aku merasa aku adalah orang yang paling tidak bisa memilih keputusan yang tepat. Beberapa bulan, aku harus bertanya mengenai keputusan yang harus aku ambil kepada orang terdekatku. Aku merasa takut untuk bertanggung jawab atas konsekuensi keputusan yang akan aku ambil. Aku masih tak menyangka dengan diriku, aku bisa melewati setiap harinya dengan perlahan bisa bangkit dan melupakannya dengan ikhlas.

  • Better Without You   Chapter 48 - Katarsis

    Tok… tok… tok… Sedikit demi sedikit aku membuka mataku yang masih melekat saat terdengar suara ketukan pintu apartemenku dari luar yang membuatku terbangun dari tidur. Cklek! “Ya ampun sayang. Kamu tidur?” Tanya Mas Daffin keheranan ketika melihat wajahku kusut dengan rambut acak-acakan “Iya, Mas. Aku capek banget tadi pulang magang. Sini masuk dulu.” Jawabku dengan mata yang masih melekat. Mas Daffin masuk ke apartemenku dan duduk di ruang tamuku yang tampak berserakan. Aku pun duduk di samping Mas Daffin sembari memeluknya dengan memejamkan mata. “Kamu masih ngantuk banget ya, La?” “Iya. Mau tidur lagi.” Jawabku singkat. “Jangan tidur lagi sayang. Bentar lagi udah maghrib. Pamali tidur pas lagi maghrib.” Aku membelalakkan mata dan menatap Mas Daffin panik “Serius udah mau maghrib?” “Iya, sayang. Kamu mandi gih. Masih pake baju magang malah di bawa tidur. Aku mau ngajak kamu nongkrong bareng temen aku. Yuk?” “Ya abisnya aku capek, Mas. Banyak banget kerjaan di kantor. Duh m

  • Better Without You   Chapter 47 - Laki-laki yang Tepat

    Aku dan Mas Daffin duduk di sudut rooftop dengan pemandangan yang menyuguhkan lampu-lampu gedung pencakar langit di Jakarta. Awalnya, aku memang mengingat setiap memori yang pernah ku ukir bersama Rafael disana. Namun, lama kelamaan aku melupakannya begitu saja ditambah dengan adanya Mas Daffin yang selalu menceritakan setiap guyonannya. "Mas, aku mau ngomongin keputusan aku. Aku nerima kamu sebagai pacar aku dan kita mulai berbagi setiap hari bersama-sama." Ucapku spontan. "Kamu serius kan, La?" Tanya Mas Daffin membelalakkan matanya. "Iya, Mas." Aku melempar senyum Mas Daffin meraih dan menggenggam tanganku "La, aku seneng banget bisa ngejalani hubungan sama kamu. Aku gak mau menaruh janji. Tapi selama aku dan kamu bersatu, aku masih bisa janjiin kalo aku akan nemenin kamu ke psikolog dan hilangin trauma kamu." "Thanks, Mas. Tapi, Mas--" Ucapku melas. "Kenapa, La?" "Hmm-- aku harus pake piyama teddy bear ya biar bisa dapetin tas sama espresso machine?" "Hahaha. Ya ampun polos

  • Better Without You   Chapter 46 - Teddy Bear

    Saat ini aku sadar bahwa aku benar-benar merasakan kehilangan Mas Daffin. Lagi lagi aku merasakan hal itu, sama halnya saat Eithan memutuskan hubungan denganku hanya karena aku selalu membawa nama Rafael. Mas Daffin adalah pria yang selalu ada disaat aku membutuhkannya dan juga pria yang selama ini bertegur sapa setiap harinya denganku. Dan tanpa sadar dia adalah pria yang aku sayangi akhir-akhir ini. Namun sekarang? Aku sudah mengecewakan Mas Daffin hanya karena ketakutanku akan masalalu. Ketakutanku akan disakiti lagi. Aku masih sering bertemu dengan Mas Daffin, apalagi setiap pagi ketika aku pergi kuliah dan dia pun berangkat kerja. Namun, hubungan kami saat ini memang sebatas sapa saja dan hanya bertemu di lorong apartemen. Sejujurnya aku tak bisa mengatakan bahwa aku baik-baik saja saat Mas Daffin tak ada di dekatku lagi. Namun, aku tetap harus mengikhlaskannya dan mengambil pelajaran dari semua pengalamanku. Waktu itu, aku benar-benar kehilangan Mas Daffin. Mas Daffin yang be

  • Better Without You   Chapter 45 - Forgiveness

    Setelah aku meninggalkan Mas Daffin di apartemennya beberapa hari yang lalu karena aku menolaknya lagi dan lagi. Mas Daffin pun akhirnya mengunjungi apartemenku lagi seperti biasa. Mungkin Mas Daffin memang membutuhkan waktu untuk mencerna semuanya. Ditambah lagi Mas Daffin juga masih belum pulih sepenuhnya dengan luka yang masih membekas di lututnya. Namun saat Mas Daffin mengunjungiku waktu itu, syukurlah dia sudah berjalan dengan normal. “La, I think you aren’t okay.” Mas Daffin mengejutkanku dengan pernyataannya seperti itu saat aku tengah fokus menonton serial tv. “Maksudnya?” Tanyaku menatap Mas Daffin dengan bingung “Oh… Pasti kamu mikir aku gak baik-baik aja karna kelakuan aku beberapa hari ini, kan?” Tanyaku dengan yakin. Mas Daffin hanya tersenyum sembari memegang tanganku "Laila, you’re not okay. Kita ke dokter yuk?" "Ke dokter?” Aku tertawa sinis “Mas, aku gapapa loh." Jawabku tegas "Kamu sakit, La." "Apaan sih, Mas. Aku baik-baik aja!" Seruku "Bukan, bukan fisik kam

  • Better Without You   Chapter 44 - Denial

    Mas Daffin… Entahlah, semenjak kejadian memalukan yang aku ciptakan di bar beberapa hari yang lalu dia selalu saja semakin memperhatikanku. Terkadang aku selalu tertawa dan senyum-senyum sendiri saat mengingat kenangan aku ciptakan dengan Mas Daffin. Ditambah lagi saat Mas Daffin mengajakku menonton di salah satu bioskop. Aku benar-benar merasa bahwa Mas Daffin tidak pernah menutup nutupi aku dari wanita lain. Namun lagi-lagi hatiku masih saja selalu meragukan Mas Daffin. “Lo udah sadar?” Tanya April menginterogasiku bersama dengan Dina dan Aurora. Bisa-bisanya mereka datang ke apartemenku tanpa basa basi sedikitpun dan masuk ke dalam apartemenku tanpa mengetuk sama sekali. “Ya udah dong. Lo pikir gue mabok sampe berhari-hari apa?” Ucapku cetus sembari menggeleng-gelengkan kepala. “Lo gak pernah sampe mabok gini, La. Kenapa, sih?” Tanya April sembari duduk di hadapanku. “Gue juga bingung. Udah deh gue gak mau bahas. Intinya sih beberapa hari yang lalu itu gue lost control karna ke

DMCA.com Protection Status