Pada umumnya di bawah usia 25 tahun para manusia serigala menemukan matenya atau mengumumkan secara langsung kepada banyak orang. Jika dulu, ‘perkenalan’ formal tidak pernah dilakukan dan mereka hanya mengandalkan insting binatangnya. Tapi tidak untuk sekarang, semakin berkembangnya zaman dan masuknya era modernisasi mereka dengan sangat antusias mengadakan acara sebagai bentuk perkenalan.
Sebenarnya tak menutup kemungkinan, mereka belajar dari sisi manusia normal dan mempelajari tentang semua hal. Semakin lama, mereka juga sadar terlalu lama berdampingan dengan makhluk lain secara otomatis g
Tak ada hal baik yang bisa Rena harapkan dari seorang Wendy. Ia sudah mencoba merendahkan banyak egonya untuk bisa berdamai dengan perempuan bertubuh tinggi itu. Namun Wendy menolaknya mentah-mentah atau dengan syarat dan opsi yang tidak bisa ia lakukan dengan sangat terburu-buru. Yaitu mundur dari posisi asisten Luna Lea. Padahal sebenarnya sudah dari awal ia tak berniat menjadi seorang pelayan pribadi ratu selanjutnya dalam pack ini. Toh sama saja bukan, pelayan tetap pelayan dan selalu terikat tanpa tahu harus berakhir sepert
Setelah kejadian ‘menganehkan’ tadi malam entah kenapa hari ini istana terasa biasa saja, seolah semua tak terjadi apa-apa. Padahal jika masalah itu sudah tersebar seantero pack ia bisa saja dipojokkan secara berlebihan. Tapi ini tidak, dan yang ada mereka malah menyibukkan diri sendiri untuk kedatangan Alpha dan Luna. "Rena! Kasur itu tak akan pernah bersih jika kau hanya melamun di sana."
Bertemu dengan manusia pertama kali dan manusia tersebut adalah mate dari seorang King Alpha, pimpinan tertinggi di muka bumi ini. Pertama kali pula 'lah Rena melakukan kesalahan yang menurutnya fatal. Ia tak mengerti kondisi dan situasi tersebut. Di pagi hari, melaksanakan tugasnya di hari pertama. Rena yang mengetuk pintu kamar kedua pengantin itu namun tak ada yang menyahut membuatnya langsung masuk. Tapi naas, wanita di ranjang yang ia kira sedang tertidur ternyata bangun dan terperanjat kaget. Ia juga melihat Luna Lea yang meringis kesakitan.
Mata Romeo awas saat melihat laki-laki asing yang dari kejauhan memandangi ke arahnya, tepatnya perempuan di samping dirinya. Mata itu seolah memancarkan keterkejutan ditambah seperti kerinduan yang mendalam? Gemuruh yang terjadi di hati Romeo lebih besar daripada suara musik malam ini, alunan yang lembut pengiring dansa menjadi tak ada artinya saat pria itu secara intens memperhatikan Rena. Sudah sedari awal, ia diberitahukan oleh Jade bahwa tamu dari The Coldest Pack itu memberikan tatapan aneh ke arahnya.
"Apakah ada yang ingin Anda beli selain ini, Luna?" tanya Rena saat tangannya penuh dengan kantong belanjaan dengan berbagai macam warna. Sudah lama mereka menjelajah di tempat keramaian ini. "Apa menurutmu aku hanya memerlukan ini saja?" Bukannya menjawab, Lea malah balik bertanya dan tersenyum lebar saat melihat Rena yang bingung dengan pertanyaannya sendiri. "Saya rasa ini su
Kebahagiaan di istana begitu cepat, mereka yang mendengar bahwa sang Luna sudah berbadan dua langsung antusias bukan main. Istana akan mendapatkan penerus yang membuat siapa saja bahagia atas kedatangan sang pewaris takhta. Euforia yang terjadi atas berita bahagia ini pasti langsung menyebar luas. Luna Irene langsung menggelar hajat besar-besaran guna memberitahukan penduduk Black Forest.
The Lightcrown Claws Pack pagi ini dikejutkan oleh teror dari gagak hitam yang membawa surat berdarah. Surat yang bertuliskan kecaman bagi para penghuni istana khususnya para pimpinan mereka. Ruangan ini juga sudah dipenuhi oleh para petinggi istana; Alpha Jonathan, Luna Irene, Alpha Nick, Luna Lea dan
Beta Romeo hancur? Tentu saja. Bagaimana ia tak hancur jika Ratu istana ini tak sadarkan diri dan sekarang berada dalam bopongnya. Bagaimana ia akan menjelaskan kepada pimpinannya alasan apa yang masuk akal karena semua kecerobohannya. Ia ceroboh karena tidak bisa menjaga pack dengan damai. Tak bisa dipungkiri tangannya semaki
Dari berbagai hal yang membuat Rena bingung adalah dia mendapati banyaknya orang yang datang ke ruangannya. Orang yang sama sekali asing di matanya. Mungkin jika di hitung, jumlah orang di ruangan ini ada lebih dari dua puluh orang, itu termasuk dengan pria yang memiliki tinggi badan sama seperti suaminya. Pria besar yang hanya diam saja di pojok ruangan dan juga depan pintu.Ia menatap suaminya yang saat ini memasang wajah pias. Pria itu ada di sampingnya sambil memegang tangannya erat.“
Romeo tergagap dengan kalimat demi kalimat yang istrinya lontarkan. Seperti mendapatkan tikaman tajam yang tepat di ulu hatinya Ini sungguh menyesakkan. Apa yang ditakutinya akhirnya terjadi juga.Sedikit demi sedikit Rena akhirnya tahu identitas sebenarnya. Sedikit demi sedikit memori itu akhirnya datang lagi.“Dengarkan aku dulu,” ucap Romeo masih mencoba untuk bisa meminta pertolongan pengertian dari tatapan matanya. Namun, ia bisa melihat bagaimana pandangan sorot Rena yang berub
Sepertinya Romeo memang tidak bisa meninggalkan Rena sendiri atau membiarkan perempuan itu berpikiran yang macam-macam. Buktinya sudah beberapa kali Romeo mendapati Rena berbicara macam-macam yang menyangkut tentang masa lalunya. Hal yang membuat Romeo semakin waswas.Bukan karena apa. Tapi karena ia sendiri takut jika ingatan Rena kembali dan menjauhi dirinya. Ia takut jika istrinya itu kembali mengingat masa kelam yang sudah terkubur lama.“Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Romeo
Hari berganti bulan. Bulan berganti tahun. Sekarang adalah dua tahun pernikahan Rena dan juga Romeo. Di tahun kedua ini mereka benar-benar diberikan keberkahan oleh Moongoddes. Begitu sabarnya Romeo menghadapi sikap kanak-kanak yang Rena berikan.Wanita itu, bertingkah seperti anak kecil yang sedang kehilangan susu. Lihat saja sekarang, wanita muda itu merajuk karena Romeo sama sekal tidak menanggapi perkataannya.Bukan karena Romeo sengaja, melainkan karena pria itu sendiri sedang sibuk dengan
[ Gunung Fuji - Jepang ]Ini sudah hari kedua mereka ada di sini, menikmati destinasi yang begitu mengagumkan. Negeri Matahari Terbit itu sungguh membuat para turis betah di sini.Lihatlah Rena! Dia sedang bermain dengan bunga-bunga yang berada di Danau Kawaguchi. Tanaman phlox berwarna merah muda membuat pinggiran sungai itu tampak sangat cantik.
Rena semakin heran saat tidak mendapati darah keperawanannya di kasur. Bukankah setiap perawan pasti ada darah, atau paling tidak bercak kecil di sana. Tapi, di kasur putih itu tak terdapat apa-apa.“Mau sampai kapan kau terus memandangi kasur ini, Rena?” Romeo datang dan sudah tercium sangat harum Pria itu telah mandi lebih dulu karena mencoba meredakan gejolak nafsu yang masih dominan.Pria itu memeluk Rena dari belakang dan mengel
Rena masih saja sesenggukan karena pria yang ada di atas ranjang ini tidak juga membuka mata sejak satu jam yang lalu. Pria bodoh yang telah hampir kehilangan nyawa karena bertengkar dengan Kak Ben.“Sudahlah, Rena, dia tidak akan pernah mati. Dia memiliki sembilan nyawa.” Ben bersender di dinding. Rambutnya masih basah karena aksi penyelamatan Romeo yang terdengar gila.Pria korban budak cinta itu mencoba untuk meyakinkan Ben dengan
Mata Rena berbinar saat mendapati seorang pria yang datang untuk menemuinya. Seorang paling tampan menurutnya yang pernah ia kenal. Dalam hidupnya, ia tak pernah melihat pria yang begitu dominan tapi bisa membuat hatinya berbunga-bunga.Ia sudah kenal pria itu hampir setengah tahun lamanya. Pria yang dikenal dengan nama Romeo Riley. Awalnya, yang ia tahu, pria itu sering datang ke rumah hanya ingin bertemu dengan Ben. Namun, lama-kelamaan justru ia yang menjadi lebih dekat.
Euforia di pack Lightcrown Claws Pack semakin meriah karena Beta yang paling mereka cintai akhirnya bisa membuka mata dan hadir ditengah-tengah mereka saat ini. Tak peduli jika Romeo yang sekarang memiliki fisik yang tak sempurna. Kakinya yang tak bisa menapak sepenuhnya, tak membuat para rakyat memandang remeh. Bagaimanapun jika diadu dengan orang normal pasti Romeo yang akan menang."Selamat atas keberhasilanmu, Nak." Jovial selaku ayah kandung dari Beta itu memberikannya beberapa kali ucapan. Padahal, sedari tadi ia telah mengucapkannya sampai membuat telinga Romeo berdenging. Begitu juga dengan ibunya,