Semuanya kembali normal.
Nessa, Cevin dan Cavan kembali dekat seperti biasa.
" Nanti gue nyusul aja ya ke rumah lo. Cevin nanti dateng duluan kok." Ucap Cavan sebelum mereka berpisah di belokan ke rumah masing-masing. Cevin hanya bergumam gak jelas.
" Mau kemana lo?" Nessa keliatan penasaran.
" Ada urusan dulu."
Nessa membiarkan gosip gosip soal dirinya yang memutuskan hubungan dengan Dika hanya karena ia menyukai sahabatnya sendiri. Ya bukan gosip juga sih namun fakta. Tapi mereka terlalu melebih-lebihkan masalah orang lain, bahkan seakan tau banget akar permasalahannya. Padahal jika mereka ada di posisi Nessa pun belum tentu mereka bisa bertahan.Satu-satunya yang membuat cewek mungil itu bisa bertahan adalah kedua sahabatnya. Cevin yang selalu jail namun perhatian dan Cavan yang cuek namun beberapa hari terakhir ini menjadi begitu hangat. Ditambah kebersamaan mereka yang lebih banyak saat Cevin lagi sibuk-sibuknya ngejar Melan. Tapi sekarang mereka masih tetep bertiga kok.
" Kalian duluan aja nanti gue nyusul abis latihan," ucap Cevin seraya mengeluarkan seragam basketnya dari tas begitu bel pulang berbunyi." Gak kita tungguin aja?" tanya Nessa yang sudah memasukkan semua bukunya ke tas dan bersiap untuk keluar dari kelas mereka.Cevin menggeleng." Kelamaan. Lagian gue latihan bentar doang abis itu rapat baru cusss," ucapnya yang kemudian bangkit dari kursinya.Nessa hanya mengangguk.
Cavan menatap cewek yang kini tertidur disampingnya, lalu matanya kembali terarah ke cowok berwajah mirip dengannya yang tertidur di sofa. Ia tersenyum melihat kepolosan dua sahabatnya kalo lagi tidur begini. Mereka baru selesai mengerjakan tugas bahasa Indonesia dirumah Nessa.Ia-Cavan menatap Nessa lekat-lekat. Entah kenapa perasaannya ke cewek itu kian mendalam. Ia sadar bahwa sosok ceria Nessa dalam hidupnya seakan mencairkan hatinya yang selama ini beku, beku karena ia gak pernah tau bagaimana jatuh cinta itu. Bahkan Nessa satu-satunya cewek yang dekat dengannya selain Ibunya. Sejak dulu ia hanya bermain dengan Cevin, lain hal setelah saudara kembarnya itu pulang dengan tangan terluka dengan seorang gadis polos di belakangnya.
Siang itu setelah pertandingan, Cevin dan teman-temannya berhasil memenangkan pertandingan. Ia pun berlari menghampiri Nessa dan Cavan yang sudah berdiri menatapnya dengan sorot mata gembira.Cevin langsung memeluk Nessa dan Cavan dengan sangat erat layaknyateletubies.Hingga Cavan yang mulai kekurangan oksigen langsung melepaskan pelukan itu secara paksa. " Gak bisa napas bego!" Ia menoyor kepala saudara kembar sekaligus sahabatnya itu.Cevin tertawa girang. " Keren kan permainan gue?" Ia mengusap-usap dagunya den
" Persahabatan mereka udah ancur kok sekarang," ucap Melan seraya tersenyum sinis kemudian menutup teleponnya.Cavan mendengar ucapan Melan dengan seseorang di telpon cewek itu. Tadinya ia ijin ke toilet sebentar tapi gak jadi karena toiletnya penuh dan memilih untuk kembali dan mendapati Melan sedang mengangkat telepon, entah dari siapa. Tapi mendengar kalimat terakhir yang diucapkan cewek itu, makin membuat Cavan curiga. Tadinya ia hanya berasumsi kalo Melan membenci Nessa karena cewek itu sahabat dekat mereka, tapi mendengar percakapan terakhir tadi, Cavan mengira kalo masalahnya lebih dari itu. Masalahnya bukan di Nessa, apalagi semenjak ia dekat dengan Melan, cewek itu gak sekali pun melarangnya deket sama Nessa seperti Cevin dulu.
" Kenapa lo ngikutin gue?" Cevin melirik cewek yang ikut duduk di sampingnya dengan nafas terengah. Karena memang tadi ia jalan cukup cepat." Gue khawatir sama lo," ucap Nessa setelah berhasil mengatur napasnya." Gue baik-baik aja." Jawab Cevin berbohong." Gak." Nessa menggeleng cepat, menyangkal jawaban penuh kebohongan sahabatnya ini. Cevin menaikkan sebelah alisnya, bingung. " Lo gak baik-baik aja. Kenapa gak baikan sama Cavan sih? Dia kan sodara lo, " ucapnya dengan tatapan memohon.
Lagi-lagi Dika melempari ceri mentah kearah kepala Nessa sehingga mengganggu cewek itu yang sedang konsentrasi membaca novelnya. Ia merengut saat melihat Dika yang malah cengengesan di atas sana.Seperti biasa, Dika sedang duduk santai di atas pohon sambil sesekali memetik ceri matang yang terjangkau olehnya sementara ceri yang mentah ia lempari ke Nessa.
" Hey." Sapa Cevin canggung ketika menemukan Nessa keluar dari gang rumahnya. Cewek itu nampak terkejut dengan kehadirannya dan segera bersiap untuk menghindar tetapi tangan Cevin berhasil menahannya." Tunggu Nes."Nessa diam tanpa menoleh kearah Cevin sedikitpun. Setengah hatinya masih merasa sakit dan tidak terima atas perlakuan mantan sahabatnya itu, namun setengah hatinya juga sangat merindukan sahabatnya, sangat. " Ada apa?" Susah payah Nessa menahan tangisnya agar tidak pecah saat mengatakannya." Gue .... Gue minta maaf. Gue terlalu bodoh dan emosian sampe gue nyakitin lo."
" Cavan mana sihh?!" Nessa celingukan di tempatnya mencari sosok cowok yang udah beberapa bulan ini menjadi pacarnya. Padahal sekarang acara prom night untuk perpisahan kelas dua belas tapi cowok itu tiba-tiba menghilang." Kapan ya gue dicariin sama cewek begini." Ucap Cevin yang sedari tadi berdiri disamping Sahabatnya itu.Nessa mencebikkan bibirnya." Makanya jangan jomblo terus."
" Gue kan udah bilang ke lo kalo Melan gak baik buat lo dan jelas dia juga gak baik buat gue lah," jawab Cavan dengan wajah tenangnya." Tapi gue gak nyangka kalo sampe sebegininya. Kalo dia gak baik kenapa lo malah deketin dia?" Cevin terduduk di samping saudara kembarnya itu dengan wajah pias, seakan semua ini seperti hantaman keras untuknya. Cewek yang selama ini ia sukai tidak sebaik yang ia pikir. Bahkan cewek itu begitu licik mendominasi dirinya dan menyuruhnya untuk menjauhi sahabatnya sendiri, Nessa. Ia semakin merasa bersalah dengan sikapnya dulu yang sangat bodoh." Gue gak mau kalo dia gangguin lo terus dan
" Hey." Sapa Cevin canggung ketika menemukan Nessa keluar dari gang rumahnya. Cewek itu nampak terkejut dengan kehadirannya dan segera bersiap untuk menghindar tetapi tangan Cevin berhasil menahannya." Tunggu Nes."Nessa diam tanpa menoleh kearah Cevin sedikitpun. Setengah hatinya masih merasa sakit dan tidak terima atas perlakuan mantan sahabatnya itu, namun setengah hatinya juga sangat merindukan sahabatnya, sangat. " Ada apa?" Susah payah Nessa menahan tangisnya agar tidak pecah saat mengatakannya." Gue .... Gue minta maaf. Gue terlalu bodoh dan emosian sampe gue nyakitin lo."
Lagi-lagi Dika melempari ceri mentah kearah kepala Nessa sehingga mengganggu cewek itu yang sedang konsentrasi membaca novelnya. Ia merengut saat melihat Dika yang malah cengengesan di atas sana.Seperti biasa, Dika sedang duduk santai di atas pohon sambil sesekali memetik ceri matang yang terjangkau olehnya sementara ceri yang mentah ia lempari ke Nessa.
" Kenapa lo ngikutin gue?" Cevin melirik cewek yang ikut duduk di sampingnya dengan nafas terengah. Karena memang tadi ia jalan cukup cepat." Gue khawatir sama lo," ucap Nessa setelah berhasil mengatur napasnya." Gue baik-baik aja." Jawab Cevin berbohong." Gak." Nessa menggeleng cepat, menyangkal jawaban penuh kebohongan sahabatnya ini. Cevin menaikkan sebelah alisnya, bingung. " Lo gak baik-baik aja. Kenapa gak baikan sama Cavan sih? Dia kan sodara lo, " ucapnya dengan tatapan memohon.
" Persahabatan mereka udah ancur kok sekarang," ucap Melan seraya tersenyum sinis kemudian menutup teleponnya.Cavan mendengar ucapan Melan dengan seseorang di telpon cewek itu. Tadinya ia ijin ke toilet sebentar tapi gak jadi karena toiletnya penuh dan memilih untuk kembali dan mendapati Melan sedang mengangkat telepon, entah dari siapa. Tapi mendengar kalimat terakhir yang diucapkan cewek itu, makin membuat Cavan curiga. Tadinya ia hanya berasumsi kalo Melan membenci Nessa karena cewek itu sahabat dekat mereka, tapi mendengar percakapan terakhir tadi, Cavan mengira kalo masalahnya lebih dari itu. Masalahnya bukan di Nessa, apalagi semenjak ia dekat dengan Melan, cewek itu gak sekali pun melarangnya deket sama Nessa seperti Cevin dulu.
Siang itu setelah pertandingan, Cevin dan teman-temannya berhasil memenangkan pertandingan. Ia pun berlari menghampiri Nessa dan Cavan yang sudah berdiri menatapnya dengan sorot mata gembira.Cevin langsung memeluk Nessa dan Cavan dengan sangat erat layaknyateletubies.Hingga Cavan yang mulai kekurangan oksigen langsung melepaskan pelukan itu secara paksa. " Gak bisa napas bego!" Ia menoyor kepala saudara kembar sekaligus sahabatnya itu.Cevin tertawa girang. " Keren kan permainan gue?" Ia mengusap-usap dagunya den
Cavan menatap cewek yang kini tertidur disampingnya, lalu matanya kembali terarah ke cowok berwajah mirip dengannya yang tertidur di sofa. Ia tersenyum melihat kepolosan dua sahabatnya kalo lagi tidur begini. Mereka baru selesai mengerjakan tugas bahasa Indonesia dirumah Nessa.Ia-Cavan menatap Nessa lekat-lekat. Entah kenapa perasaannya ke cewek itu kian mendalam. Ia sadar bahwa sosok ceria Nessa dalam hidupnya seakan mencairkan hatinya yang selama ini beku, beku karena ia gak pernah tau bagaimana jatuh cinta itu. Bahkan Nessa satu-satunya cewek yang dekat dengannya selain Ibunya. Sejak dulu ia hanya bermain dengan Cevin, lain hal setelah saudara kembarnya itu pulang dengan tangan terluka dengan seorang gadis polos di belakangnya.
" Kalian duluan aja nanti gue nyusul abis latihan," ucap Cevin seraya mengeluarkan seragam basketnya dari tas begitu bel pulang berbunyi." Gak kita tungguin aja?" tanya Nessa yang sudah memasukkan semua bukunya ke tas dan bersiap untuk keluar dari kelas mereka.Cevin menggeleng." Kelamaan. Lagian gue latihan bentar doang abis itu rapat baru cusss," ucapnya yang kemudian bangkit dari kursinya.Nessa hanya mengangguk.