“Apa cincinnya sangat cantik sehingga Tante begitu terpukau sedari tadi,” ujar Bruno.
Pria berwajah manis itu sudah masuk ke kamar Melan menemui Melan dan Nyonya Jesica yang terus memuji keindahan cincin berlian hadiah dari Alby. Nyonya Jesica menoleh dan melihat dengan pandangan tak suka ke arah Bruno. Hal sama juga dilakukan Melan.
“Kamu kenapa terlihat marah seperti itu. Wajar jika kami mengagumi cincinnya. Ini adalah cincin limited edition dan hanya beberapa saja di negeri ini,” sahut Melan.
Bruno berdecak sambil menghela napas panjang melihat dengan kesal ke arah Nyonya Jesica.
“Jadi Tante lebih suka hadiahnya dari pada hadiahku. Padahal aku yang lebih dulu memberi dan aku yang ingat kalau hari ini ulang tahun Tante.”
Nyonya Jesica tersenyum dan menghampiri Bruno yang berdiri sedikit jauh dari mereka.
“Bruno, jangan cemburu seperti itu. Memang hadiah dari Alby lebih indah dan lebih mahal, tapi T
“HEH!!” Alby berseru sambil mengerjapkan mata melihat ke arah Mina dengan terkejut.Mina hanya tersenyum kemudian langsung melingkarkan tangannya ke pinggang Alby. Alby hanya diam mendapat perlakuan manis Mina kali ini.“Yuk, kita ke kamar!!” Mina menambahkan. Dia berlalu pergi dari kamar Tuan Yuka usai berpamitan.Tuan Yuka hanya tersenyum melihatnya. “Sepertinya kita akan segera mempunyai cucu, Ma.”Nyonya Jesica hanya tersenyum dengan tatapan aneh ke arah Tuan Yuka. Entah apa yang sedang dipikirkan wanita paruh baya itu, yang pasti ada banyak rahasia yang tersimpan dari sorot matanya.Mina dan Alby sudah berada di kamarnya. Mina langsung mengurai pelukan dan duduk menghempaskan tubuhnya di sofa dalam kamar itu.“Jadi ini kamarmu?” Alby bertanya sambil mengedarkan pandangannya.“Iya. Kamu pakai saja kasurnya. Aku akan tidur di sofa malam ini.” Mina berkata masih dengan napa
“Maaf, Tuan, Nyonya ... Bibi hanya mengantar ini,” ujar seorang wanita paruh baya sudah berdiri di depan pintu.Dia adalah salah satu asisten rumah tangga Mina. Sepertinya dia sudah mengetuk pintu terlebih dahulu hanya saja Mina dan Alby tidak mendengarnya. Mina segera mengangguk dan mengizinkan bibi itu masuk. Perlahan Alby menggeser duduknya dan kembali ke tempat semula sambil menyandarkan punggungnya.Usai meletakkan minuman beserta kudapan yang dibawa, bibi art itu undur diri berpamitan pergi. Mina hanya terdiam sambil melirik dua cangkir minuman hangat beserta beberapa kudapan di baki yang sudah diletakkan di atas meja di depan Mina. Mina jadi teringat dengan kehidupan sebelumnya. Dia tanpa sebab tiba-tiba sakit, bahkan lumpuh dan tak bisa bersuara. Bisa jadi itu semua terjadi karena dia kerap mengkonsumsi makanan dan minuman yang diberikan Nyonya Jesica untuknya.Mina melirik minuman hangat itu, asap panasnya mengepul ke udara seakan mengundang
“Memang siapa yang bilang kalau kue dan teh ini beracun, Mina?” tanya Nyonya Jesica dengan ketus.Mina terdiam dan sedikit terkejut. Dia tidak tahu kalau ada Nyonya Jesica di dalam kamar Tuan Yuka. Nyonya Jesica berjalan menghampiri Mina kemudian berdiri di sampingnya.“Kenapa kamu diam, Mina? Katakan kepada Mama siapa yang melakukannya!!!”Mina masih membisu dan hanya melihat ke arah Tuan Yuka dengan tajam. Tuan Yuka tersenyum, menghela napas panjang kemudian bangkit dan menghampiri Mina.“Mungkin Mina salah bicara, Ma. Benar ‘kan, Mina?” Tuan Yuka sudah berdiri di samping Mina dan merangkul putri kesayangannya itu dengan penuh kasih.“Namun, Pa. Aku harus mencari tahu siapa yang membuat Mina hingga berkata seperti itu. Aku yang membuat browniesnya dan aku tidak mencampurkan apa-apa dalam rotinya. Apa sekarang Mina sedang menuduhku?”Nyonya Jesica tiba-tiba berkata seperti itu dan tentu
“Apa ini yang Anda cari?” ujar sosok itu sambil menyodorkan sebuah botol kecil ke arah Nyonya Jesica.Nyonya Jesica mendongakkan kepala, mengerjapkan matanya berulang mencoba memastikan siapa yang sedang memberikan obat yang dia cari sedari tadi. Setelah beberapa saat, dia tersenyum lalu menyambar botol kecil itu. Membuka penutupnya lalu menenggak habis isi di dalam botol tersebut.Berangsur-angsur, Nyonya Jesica sudah lebih baik dari tadi. Bahkan sosok itu kini membantunya berdiri. Nyonya Jesica tersenyum sambil sibuk merapikan baju dan rambutnya. Mereka berdua sudah duduk di sofa dalam kamar tersebut kini.“Apa yang Tante lakukan? Tante sedang mencoba keampuhan racun itu?” tanya sosok di depannya yang tak lain Bruno.Nyonya Jesica mendengus kesal sambil meniupkan angin ke mukanya. “Gara-gara anak sialan itu. Aku terpaksa melakukannya, Bruno.”Bruno terkejut, alisnya mengernyit sambil menatap Nyonya Jesica penuh
“Baguslah. Kalau begitu, kenapa tidak kamu katakan langsung saja ke orangnya. Kebetulan dia sedang berdiri di belakangmu saat ini,” ujar Alby dengan santainya.Seketika Melan terperangah kaget bahkan dia langsung membalikkan badan dan terkejut saat melihat Mina sedang berdiri di depannya. Kakak tirinya itu tampak tersenyum melihat ke arah Melan sambil bersedekap.“Tepat dugaanku, kalau kamu memang selalu iri padaku. Aku tidak kaget kalau kamu selalu merebut apa yang menjadi milikku, Melan.”Melan tampak gugup, manik hitamnya sudah berputar seakan sibuk mencari alasan untuk menyanggah pernyataan Mina.“Kak ... aku ... tadi hanya bercanda. Sekedar basa basi saja, mana mungkin aku akan merebut apa yang sudah menjadi milikmu.” Melan sudah bersuara kembali. Suaranya tampak gugup dan bergetar, terlihat sekali kalau dia ketakutan.“Tenang saja, Melan. Aku tidak akan marah, kok. Aku ikhlas dengan semua yang kamu la
“TANTE!!! Tante beri apa makanan ini? Apa Tante hendak ... meracuniku?” ujar Bruno.Ia tampak tersenggal, wajahnya memucat, matanya melotot dan tampak kesulitan bernapas. Semua yang hadir di ruang makan itu tampak panik. Lebih-lebih Nyonya Jesica, ia tampak kebingungan, hal yang sama juga diperlihatkan Melan.Mina yang duduk bersebrangan dengan Bruno hanya diam memperhatikannya. Alby dan Tuan Yuka juga kebingungan. Bahkan pria paruh baya itu sudah berjalan menghampiri Bruno.“Alby, cepat telepon ambulan!!!” pinta Tuan Yuka.Alby menganggukkan kepala dan gegas mengeluarkan ponselnya. Namun, belum tersambung ponsel Alby ke rumah sakit, tiba-tiba hal yang tak terduga terjadi pada Bruno.Pria berwajah manis itu tiba-tiba berdiri tegak dan tertawa terbahak-bahak seketika. Sontak semua yang hadir terkejut dan menatap Bruno dengan bingung.“Tidak perlu, Alby. Aku tidak apa-apa. Aku hanya bercanda tadi,” ujar Brun
“Halo, Juan. Bagaimana hasilnya?” tanya Alby. Mina yang menguping di sebelahnya ikut mendengarkan dengan seksama.[“Tuan, saya sudah mendapatkan hasilnya.”]“Apa saja, Juan?”Juan tampak menghela napas panjang. [“Saya akan bacakan berdasarkan hasil lab-nya.”]“Oke, aku dengarkan.” Mina tampak menganggukkan kepala dan masih menempelkan telinganya di ponsel Alby.[“Berdasarkan hasil lab kue itu mengandung karbohidrat, protein, glukosa, chocolate dan sama sekali tidak disebutkan ada bahan yang mengandung racun di sana. Hal yang sama juga terdapat di teh. Hanya ada glukosa dan teh saja, Tuan.”]Mina terdiam kemudian perlahan mengangkat kepala menghindar dari ponsel Alby. Alby hanya diam melihat reaksi Mina.“Apa tidak ada yang lain, Juan?”[“Tidak ada, Tuan. Bahkan saya ikut masuk dan menunggu serta melihat prosesnya. Jadi rasanya tidak ada ya
“SIAPA ITU?” seru Bruno dan Nyonya Jesica berbarengan.Alby panik dan mengerjapkan mata berulang. Spontan Alby merunduk, menyamarkan tubuhnya. Ia takut tempat persembunyiannya ketahuan. Parahnya lagi, mereka akan mengganti rencana dan tentunya menyusahkan Alby untuk melakukan penyelidikan. Di tengah kebingungan, tiba-tiba Alby melihat seekor kucing berbulu putih melintas. Gegas Alby menggendong kucing itu dan melemparnya ke arah taman.“MEONG!!!” Kucing itu mengeong dengan keras karena terkejut dengan ulah Alby.“Kucing ternyata,” gumam Nyonya Jesica.Alby menghela napas panjang, perlahan bangkit dan melanjutkan perjalanannya menuju kamar. Alby tidak mendengar lagi apa yang dibicarakan Bruno dan Nyonya Jesica kali ini. Dia hanya berharap segera menjauh dari taman.Namun, lagi-lagi langkahnya terhenti saat seseorang secara tiba-tiba memeluknya dari belakang. Perlahan Alby menggerakkan kepalanya menoleh ke be
“Hukuman penjara seumur hidup dan denda sebesar ... dijatuhkan kepada Tuan Bruno Fernades alias Alex Wijaya atas kasus pembunuhan terhadap Tuan Yuka Namari, Nyonya Mina Namari dan juga kasus penipuan yang melibatkan ... .” Suara hakim ketua baru saja bergema memenuhi seisi ruangan persidangan itu. Alby hanya tersenyum sambil melipat tangan mendengar semua hukuman yang diberikan untuk Bruno. Alby memang sempat bertemu dengan Mina dari kehidupan berbeda dan gara-gara info dari Mina juga dia berhasil menjebloskan Bruno ke penjara. “Tuan, kita langsung kembali ke kantor?” tanya Juan. Juan langsung menghampiri Alby yang baru saja keluar dari ruangan sidang. Alby tersenyum sambil menganggukkan kepala mengiyakan pertanyaan Juan. Ia lalu berjalan cepat ke arah parkiran saat tiba-tiba ada seorang wanita yang menabraknya. Wanita itu berjalan sambil membawa tumpukan berkas sehingga tidak melihat Alby yang berdiri di depannya. Seketika berkas yang wanita itu bawah jatuh berhamburan ke tanah.
“Hosh ... hosh ... sialan kenapa mereka terus mengejarku?” ucap Bruno dengan napas tersenggal.Usai melakukan penusukan di rumah sakit, Bruno memang berhasil melarikan diri. Dia bahkan sudah kembali ke tempat kosnya. Sayangnya saat pergi keluar hendak membeli makan, polisi dan orang suruhan Juan mengenali Bruno. Mereka terus mengejar Bruno hingga pria itu kelelahan.“Apa yang harus aku lakukan kini? Aku lelah kalau harus terus berlari.”Mata Bruno jelalatan melihat ke sana ke mari. Kini dia berdiri di sudut gang sempit sambil bersandar ke tembok. Bruno sudah tidak punya kendaraan bahkan uang tidak tersisa di kantongnya. Gara-gara membayar jasa pembunuh bayaran kemarin, Bruno terpaksa mengeluarkan banyak uang yang pada akhirnya gagal.Pria itu kini putus asa dan ulahnya tadi di rumah sakit adalah puncak kemarahannya. Ia marah melihat Mina dan Alby terus bahagia sementara hidupnya semakin berantakan seperti ini. Bruno tersenyum menye
“Bagaimana, Dok? Bagaimana keadaan istri saya?” tanya Alby.Pria tampan itu tampak panik dan langsung menyerbu ke arah dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi. Telihat dokter itu berulang kali menarik napas panjang sambil sesekali melihat ke arah Alby.“Luka tusuknya sangat dalam, Tuan. Kami sudah melakukan yang terbaik untuknya.”Alby hanya diam saat dokter itu menjelaskan apa yang terjadi pada Mina. Kalau saja Alby lebih perhatian terhadap keadaan sekitar pasti hal seperti ini tidak akan terjadi. Alby tadi terlalu fokus menerima panggilan sehingga tidak menyadari ada sosok yang tiba-tiba mendekat dan menyerangnya. Kejadiannya sangat cepat bahkan bodyguard Alby yang berada di sekitar sana terkejut.“Untungnya luka tusuk itu tidak mengenai kandungan istri Anda, Tuan. Jadi bisa dipastikan kalau kandungan tidak apa-apa.”Alby seketika menghela napas lega. Setidaknya masih ada nyawa yang bernapas di sana.
“TIDAK!!! TIDAAAK!! MINA!!” seru Alby.Juan langsung berhambur keluar dan ikut membantu Alby. Mina tampak setengah tersadar menatap Alby. Wanita cantik itu memegang perutnya yang tertusuk dan sudah mengeluarkan banyak darah. Juan langsung berlari masuk ke dalam rumah sakit memanggil bantuan. Sementara Alby sudah bersimpuh di tanah menyanggah Mina.“Alby ... .” Mina bersuara dengan sangat lirih.Alby sudah berurai air mata sambil terus menggelengkan kepala.“Tidak. Kamu jangan bicara. Juan sedang memanggil bantuan.”Mina hanya diam, menelan ludah sambil menatap Alby dengan sendu. Kemudian tangan Mina menyentuh wajah tampan Alby dan membelainya. Alby hanya diam menatapnya.“Ada ... ada tiga kematian, Alby.” Mina kembali bersuara lagi dan terdengar sangat lirih. Alby yang mendengarnya kembail berurai air mata dan terus menggelengkan kepala.“Enggak!! Kamu gak boleh mati, Mina. KAMU GA
“Kamu mengenalnya, Juan?” tanya Alby.Pria tampan itu kini melihat ke arah Juan dengan seksama. Juan menarik napas panjang kemudian menganggukkan kepala dengan mantap. Kemudian melihat ke arah Alby dan Mina.“Apa Anda masih ingat dengan kasus penggelapan di salah satu anak cabang perusahaan kita, Tuan? Kalau tidak salah saat itu, Anda baru saja lulus kuliah. Anda baru saja masuk perusahaan sehingga belum terlalu paham.”Alby diam sejenak seakan sedang mengingat apa yang dikatakan Juan barusan. Kemudian tidak lama, Alby mengangguk.“Akh, iya. Aku ingat. Kalau tidak salah itu dilakukan oleh orang kepercayaan Papa, seorang wanita, bukan? Apa itu ada hubungannya dengan Bruno?”Juan mengangguk lagi.“Iya, Tuan. Itu ada hubungannya dengan Bruno alias Alex Wijaya itu. Saat itu saya juga yang diminta Tuan Alvin menyelidiki kasusnya. Memang banyak kejanggalan dan saya yakin itu bukan dikerjakan hanya oleh ora
[“Apa benar ini Nyonya Mina Namari?”] tanya suara di seberang sana.Mina yang baru saja masuk kamar terkejut saat mendapat panggilan dari nomor tidak dikenal. Ia menarik napas panjang kemudian menjawab dengan lugas.“Iya, benar sekali. Ini dari mana?”[“Sebentar, Nyonya. Ada yang ingin bicara.”] Suara di seberang sana malah sudah mengalihkan panggilannya. Mina hanya terdiam dan menunggu suara siapa yang akan bicara padanya. Entah mengapa panggilan ini mengingatkan Mina pada saat Bruno meneleponnya dulu.[“Kak, aku Melan.”] Sudah terdengar suara di sana dan Mina tampak terkejut saat tahu yang berbicara adalah Melan.“Melan? Ada apa?”Hal yang sangat aneh saat Melan tiba-tiba meneleponnya. Padahal ia sudah putus hubungan, terakhir kali Mina bertemu Melan saat ulang tahunnya. Sebelum Damian terbunuh, karena setelah itu Melan menjadi buronan. Kini setelah Melan tertangkap polisi malah a
“Iya, itu namanya. Kamu mengenalnya?” tanya Melan.Kini dia yang terkejut dan menatap wanita di depannya ini dengan bingung. Sementara wanita paruh baya itu hanya diam sambil tersenyum masam ke arah Melan. Perlahan wanita itu meringsek mendekat hingga duduk bersebelahan dengan Melan sambil bersandar di dinding.“Nama aslinya adalah Alex Wijaya. Nama itu juga yang aku kenal sepuluh tahun silam. Dia masih muda, tampan dan sangat energik. Dia itu bawahanku di kantor, tapi dia sangat menawan dan aku dengan bodohnya tergoda oleh bujuk rayunya.”Melan terkejut dan mengernyitkan alis sambil menoleh ke arah wanita di sampingnya. Wanita itu hanya menatap datar ke arah Melan.“Namaku Betty dan aku di sini karena terlibat dalam kasus penipuan serta manipulasi data. Sesungguhnya bukan aku seratus persen yang melakukannya. Aku hanya korban yang dijebak dan dijadikan kambing hitam oleh Alex atau Bruno.”Melan tampak bingung da
“Ada apa, Sayang? Apa masih ada yang kamu pikirkan?” tanya Alby.Usai berjalan pagi di taman belakang tadi, mereka kembali ke kamar dan kali ini Mina tampak sedang melamun di depan jendela. Mina menarik napas panjang dan membalikkan badan. Ia melihat Alby baru selesai mandi dan tampak lebih segar dari pada tadi. Aroma sabun nan segar dengan parfum maskulin menguar mengusik hidung Mina.Mina menarik napas panjang kemudian berjalan menghampiri Alby.“Entahlah, Alby. Hanya saja di kehidupanku sebelumnya ada tiga kematian yang harus aku lalui. Kematian Papa, Damian dan terakhir aku. Apa di kehidupan ini juga akan sama? Aku juga akan meninggal pada akhirnya?”Alby langsung terkejut saat Mina berkata seperti itu.“Sayang ... kok kamu ngomong gitu, sih. Kamu senang melihat aku bersedih karena kehilanganmu?”Mina tersenyum dan gegas menggeleng. Siapa juga yang ingin berpisah dengan orang yang dicintai. Hanya saja
“Kamu sudah bangun, Sayang?” sapa Alby pagi itu. Mina baru saja terjaga dan sedikit terkejut saat mendapati Alby sudah terbangun. Alby tidur miring sambil menyanggah kepala melihat dengan sebuah senyuman manis ke arah Mina. Mina langsung tersenyum dan mengecup pipi Alby sekilas. “Jam berapa ini, Alby? Aku tidur nyenyak sekali semalam.” Alby melihat jam di dinding kamarnya kemudian kembali melirik Mina yang terbaring di sebelahnya. “Masih jam lima. Kamu kepagian bangunnya. Apa kamu ingin melakukan aktivitas denganku?” Mina langsung mendelik sambil menggelengkan kepala. Alby hanya tersenyum melihatnya. “Apa tidak ada bahasan lain, Alby? Ini masih pagi.” “Malah masih pagi itu bagus, Sayang. Ayo, buruan bangun!! Kita jalan-jalan!!” Mina seketika terkejut mendengar ucapan Alby. Ternyata dia yang sudah salah sangka. Ia pikir Alby akan