“AAAAHHH!!!” seru Mina.
Seketika Alby membuka mata karena terkejut dengan teriakan Mina. Pria tampan itu terlihat bingung dan berusaha secepat mungkin tersadar dari tidurnya.
“Mina, kamu kenapa?” tanya Alby.
Mina membisu sambil mengedarkan pandangannya melihat seluruh area kamar dan perlahan dia menyadari kalau ini bukan kamarnya. Pelan Mina menyibak selimut lalu bangkit dari kasur. Alby masih terdiam duduk bersandar di kepala ranjang dan melihat Mina dengan tajam.
“Maaf ... aku ... aku salah kamar. Semalam ... aku ngantuk dan salah masuk.” Kali ini Mina terpaksa bicara dengan gugup.
Alby hanya terdiam sambil berulang menganggukkan kepala. Sementara Mina gegas memungut bajunya yang berserakan di lantai.
“Eng ... kamu masih libur hari ini?” Kembali Mina bertanya dan dijawab Alby dengan anggukkan kepala.
“Baguslah. Kalau begitu teruskan tidurmu. Aku ... aku harus ke kantor.” Ta
“Memangnya ada kejadian apa di malam itu, Damian?” tanya Mina.Alih-alih menjawab pertanyaan Mina, Damian malah terkekeh. Terang saja Mina bingung melihat reaksinya. Apa mungkin jika Damian sedang mengerjainya?Mina berdecak kesal sambil menatap Damian dengan jengkel. Kemudian dia gegas berdiri dan bersiap kembali ke kursi kerjanya. Namun, yang terjadi berikutnya malah membuat Mina terkejut setengah mati. Damian tiba-tiba ikut berdiri dan langsung memeluk Mina dari belakang.Mina terjingkat kaget dan berusaha berontak dari ulah kurang ajar Damian.“Damian!!! Apa yang kamu lakukan? LEPASKAN AKU!!” sentak Mina.Damian malah terkekeh kembali dan mendekatkan wajahnya ke telinga Mina sambil berbisik lirih.“Aku hanya mencoba mengingatkan kamu dengan kejadian di malam itu. Apa kamu sudah ingat, Mina Sayang?”Mina panik, bola matanya berputar dengan napas yang tersenggal. Ia hanya diam sambil mencoba mengi
“Boleh aku melakukan lebih dari sebuah kecupan?” desah Alby lirih.Seketika Mina terdiam, matanya kini juga tengah menatap mata pekat Alby. Sementara jantungnya berdebar lebih hebat dari biasanya. Apa yang sedang terjadi? Mengapa Alby tiba-tiba berkata seperti itu?Mina tidak menjawab hanya menunduk dan tanpa sengaja melihat tangan Alby yang sudah menerobos masuk ke dalam blusnya. Karena asyiknya memagut bibir, Mina bahkan tidak sadar jika tangan nakal suaminya sibuk mengabsen lekuk tubuhnya.Perlahan Mina menarik tangan Alby keluar dari dalam blusnya dan dengan lirih Mina bersuara.“Maaf, Alby. Kerjaanku banyak.”Tergesa Mina bangkit dari pangkuan Alby. Lalu berjalan cepat menuju kursi kerjanya. Alby hanya diam sambil menatap Mina dengan tajam. Ada sesuatu dalam dirinya yang berusaha ia padamkan. Istri kontraknya itu tiba-tiba membuat hasrat terpendamnya bangkit begitu saja dan kini Alby yang kesulitan meredamnya.&l
[“Kak, Kakak di mana? Papa, Kak ... ,”] ujar Melan di telepon malam itu.Seminggu berselang usai kejadian telepon Inah yang terputus, tiba-tiba tengah malam Mina mendapat panggilan dari Melan. Mina yang baru saja tiba di rumah sangat terkejut dibuatnya. Ia dan Alby baru saja menghadiri acara perjamuan makan malam rekan bisnis Alby.“Memangnya Papa kenapa, Melan?” seru Mina.Wanita cantik itu terlihat gelisah. Matanya berkeliaran sibuk melihat kesana kemari. Alby yang berdiri di sebelahnya ikut terkejut dan memandang ke arah Mina dengan tatapan penuh tanya.[“Lebih baik Kakak cepat ke rumah sakit. Papa tiba-tiba kolaps, Kak!!”] Melan masih berbicara dengan panik di telepon membuat Mina ikut resah juga.“Ya udah buruan, di rumah sakit mana? Aku akan ke sana!!”Melan sudah menyebutkan nama rumah sakitnya dan gegas menyudahi panggilan. Kemudian Mina menoleh ke arah Alby yang dari tadi diam memperha
“Kamu harus makan, Mina!! Dari tadi pagi kamu belum makan,” ucap Alby.Mereka sudah berada di rumah dan kali ini Mina memilih berdiam di kamarnya. Alby yang mendatangi untuk mengajak Mina makan siang. Mina menoleh perlahan dan melihat ke arah Alby yang sedang berdiri di dekatnya.“Aku tidak lapar. Kamu makan sendiri saja, Alby.” Mina langsung memalingkan wajahnya dan kini mengarahkan pandangannya keluar jendela. Ia menikmati taman di depan kamarnya kali ini.Alby berdecak kemudian duduk di sebelah Mina dan memperhatikan wanita cantik itu dengan seksama.“Nanti kamu sakit, Mina. Apa kamu ingin sakit juga?” Mina terdiam, tidak menjawab dan kenapa benaknya malah melayang di kehidupan yang berbeda.Seingat Mina, sejak Tuan Yuka meninggal ia juga berangsur-angsur sakit. Namun, saat itu Mina tahu penyebabnya adalah ulah Nyonya Jesica, Bruno dan Melan. Lalu ini kehidupan yang berbeda. Apa mungkin juga dia akan mengalami
“Apa maksud ucapanmu, Damian? Kamu tidak tahu apa-apa dan langsung memvonis Mina seperti itu,” sergah Alby marah.Memang yang sedang berdiri di ruang makan dan menghampiri mereka berdua adalah Damian. Damian hanya tersenyum menyeringai, kemudian berjalan mendekat. Ia menarik kursi lalu duduk tepat di depan Mina.“Aku baru saja dari rumah orang tuamu, maaf aku tidak bisa datang saat pemakaman tadi. Namun, kamu tidak ada di sana. Jadi aku ke sini langsung.”Damian menjeda kalimatnya dan melihat tajam ke arah Mina serta Alby yang duduk di depannya.“Aku datang untuk menunjukkan belasungkawaku. Aku pikir kamu akan bersedih, tapi nyatanya kamu baik-baik saja.”Mina menarik napas panjang sambil mengangguk melihat ke arah Damian. Tidak seperti sebelumnya, kini Mina tidak bereaksi spontan dengan ucapan Damian.“Iya, terima kasih. Alby sudah menghiburku jadi kamu melihatku seperti sekarang. Kalau kamu datang
“Kamu mau menemaniku tidur?” tanya Mina.Alby terkejut bahkan bola netranya membulat saat mendengar Mina bertutur seperti itu. Pria tampan itu tidak menjawab seakan kehabisan kata-kata. Padahal selama ini, Mina tidak pernah mau melakukan physical touch dengannya. Kenapa kali ini dia malah ngajak tidur bareng.Mina melihat reaksi Alby dan sepertinya dia telah salah bicara. Bisa jadi ekspresi Alby kali ini terjadi karena salah menafsirkan ucapannya.“Maaf, Alby. Maksudku ... aku belum bisa tidur dan ... aku butuh teman bicara. Siapa tahu ... kamu bersedia menemaniku?”Lagi-lagi Alby tidak menjawab hanya menatap Mina dengan tajam. Mina risih melihat reaksi Alby dan dia berpikir kalau Alby pasti akan berpikir aneh-aneh tentangnya. Mina gegas bangkit dari duduknya.“Sudah, lupakan saja!! Aku akan kembali ke kamar.” Mina membalikkan badan dan bersiap pergi meninggalkan Alby. Namun, Alby lebih dulu bangkit langsung meny
Hampir sebulan berlalu sejak kepergian Tuan Yuka, kali ini Mina masih beraktivitas seperti biasa. Dia yang mengambil alih tampuk pimpinan perusahaan. Pagi ini dia sedang memimpin meeting, banyak agenda yang dibahas sehingga membutuhkan waktu sedikit lebih lama .Usai meeting Mina sudah kembali ke ruangannya. Namun, baru saja Mina duduk, tiba-tiba Melan menerobos masuk ke ruangannya.“Ada apa, Melan? Apa ada yang perlu kamu tanyakan sehubungan dengan meeting tadi?” tanya Mina.Melan menggeleng kemudian berjalan mendekat dan duduk di kursi depan meja kerja Mina.“Kemarin pengacara Papa menelepon dan meminta kita berkumpul akhir pekan ini. Katanya ada yang ingin disampaikan dan ini berhubungan dengan wasiat Papa. Apa Kakak bisa datang?”Mina terdiam sejenak. Seingat dia di kehidupan sebelumnya, ia juga mengalami hal yang sama. Waktu itu dia menerima semua harta warisan peninggalan Tuan Yuka termasuk perusahaan yang dikelolanya
“Sial!!” maki Alby sambil menghempaskan tubuhnya ke kursi belakang mobil.Juan yang mengemudi di depan tampak terkejut melihat Alby. Alby tadi meminta Juan menjemputnya karena banyak aktivitas yang harus segera dia lakukan usai pertemuan dengan Tuan Mike. Namun, Juan tidak menyangka Alby langsung datang sambil memaki seperti ini.“Apa semuanya baik-baik saja, Tuan?” tanya Juan.Alby diam sambil melirik sekilas ke arah Juan. Kemudian tanpa berkata apa-apa, Alby menganggukkan kepala. Juan melihat reaksi Alby dan gegas menjalankan mobil meninggalkan kediaman keluarga Allister. Alby hanya diam sepanjang perjalanan sambil mengarahkan pandangannya ke depan. Terlihat sekali kalau dia sedang memikirkan sesuatu saat ini.“Juan, berapa lama ibu mengandung? Sembilan bulan bukan?” Tiba-tiba Alby mengajukan pertanyaan random yang sudah dijawab sendiri.“Iya, Tuan tepatnya tiga puluh enam minggu lewat sepuluh hari. Menga
“Hukuman penjara seumur hidup dan denda sebesar ... dijatuhkan kepada Tuan Bruno Fernades alias Alex Wijaya atas kasus pembunuhan terhadap Tuan Yuka Namari, Nyonya Mina Namari dan juga kasus penipuan yang melibatkan ... .” Suara hakim ketua baru saja bergema memenuhi seisi ruangan persidangan itu. Alby hanya tersenyum sambil melipat tangan mendengar semua hukuman yang diberikan untuk Bruno. Alby memang sempat bertemu dengan Mina dari kehidupan berbeda dan gara-gara info dari Mina juga dia berhasil menjebloskan Bruno ke penjara. “Tuan, kita langsung kembali ke kantor?” tanya Juan. Juan langsung menghampiri Alby yang baru saja keluar dari ruangan sidang. Alby tersenyum sambil menganggukkan kepala mengiyakan pertanyaan Juan. Ia lalu berjalan cepat ke arah parkiran saat tiba-tiba ada seorang wanita yang menabraknya. Wanita itu berjalan sambil membawa tumpukan berkas sehingga tidak melihat Alby yang berdiri di depannya. Seketika berkas yang wanita itu bawah jatuh berhamburan ke tanah.
“Hosh ... hosh ... sialan kenapa mereka terus mengejarku?” ucap Bruno dengan napas tersenggal.Usai melakukan penusukan di rumah sakit, Bruno memang berhasil melarikan diri. Dia bahkan sudah kembali ke tempat kosnya. Sayangnya saat pergi keluar hendak membeli makan, polisi dan orang suruhan Juan mengenali Bruno. Mereka terus mengejar Bruno hingga pria itu kelelahan.“Apa yang harus aku lakukan kini? Aku lelah kalau harus terus berlari.”Mata Bruno jelalatan melihat ke sana ke mari. Kini dia berdiri di sudut gang sempit sambil bersandar ke tembok. Bruno sudah tidak punya kendaraan bahkan uang tidak tersisa di kantongnya. Gara-gara membayar jasa pembunuh bayaran kemarin, Bruno terpaksa mengeluarkan banyak uang yang pada akhirnya gagal.Pria itu kini putus asa dan ulahnya tadi di rumah sakit adalah puncak kemarahannya. Ia marah melihat Mina dan Alby terus bahagia sementara hidupnya semakin berantakan seperti ini. Bruno tersenyum menye
“Bagaimana, Dok? Bagaimana keadaan istri saya?” tanya Alby.Pria tampan itu tampak panik dan langsung menyerbu ke arah dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi. Telihat dokter itu berulang kali menarik napas panjang sambil sesekali melihat ke arah Alby.“Luka tusuknya sangat dalam, Tuan. Kami sudah melakukan yang terbaik untuknya.”Alby hanya diam saat dokter itu menjelaskan apa yang terjadi pada Mina. Kalau saja Alby lebih perhatian terhadap keadaan sekitar pasti hal seperti ini tidak akan terjadi. Alby tadi terlalu fokus menerima panggilan sehingga tidak menyadari ada sosok yang tiba-tiba mendekat dan menyerangnya. Kejadiannya sangat cepat bahkan bodyguard Alby yang berada di sekitar sana terkejut.“Untungnya luka tusuk itu tidak mengenai kandungan istri Anda, Tuan. Jadi bisa dipastikan kalau kandungan tidak apa-apa.”Alby seketika menghela napas lega. Setidaknya masih ada nyawa yang bernapas di sana.
“TIDAK!!! TIDAAAK!! MINA!!” seru Alby.Juan langsung berhambur keluar dan ikut membantu Alby. Mina tampak setengah tersadar menatap Alby. Wanita cantik itu memegang perutnya yang tertusuk dan sudah mengeluarkan banyak darah. Juan langsung berlari masuk ke dalam rumah sakit memanggil bantuan. Sementara Alby sudah bersimpuh di tanah menyanggah Mina.“Alby ... .” Mina bersuara dengan sangat lirih.Alby sudah berurai air mata sambil terus menggelengkan kepala.“Tidak. Kamu jangan bicara. Juan sedang memanggil bantuan.”Mina hanya diam, menelan ludah sambil menatap Alby dengan sendu. Kemudian tangan Mina menyentuh wajah tampan Alby dan membelainya. Alby hanya diam menatapnya.“Ada ... ada tiga kematian, Alby.” Mina kembali bersuara lagi dan terdengar sangat lirih. Alby yang mendengarnya kembail berurai air mata dan terus menggelengkan kepala.“Enggak!! Kamu gak boleh mati, Mina. KAMU GA
“Kamu mengenalnya, Juan?” tanya Alby.Pria tampan itu kini melihat ke arah Juan dengan seksama. Juan menarik napas panjang kemudian menganggukkan kepala dengan mantap. Kemudian melihat ke arah Alby dan Mina.“Apa Anda masih ingat dengan kasus penggelapan di salah satu anak cabang perusahaan kita, Tuan? Kalau tidak salah saat itu, Anda baru saja lulus kuliah. Anda baru saja masuk perusahaan sehingga belum terlalu paham.”Alby diam sejenak seakan sedang mengingat apa yang dikatakan Juan barusan. Kemudian tidak lama, Alby mengangguk.“Akh, iya. Aku ingat. Kalau tidak salah itu dilakukan oleh orang kepercayaan Papa, seorang wanita, bukan? Apa itu ada hubungannya dengan Bruno?”Juan mengangguk lagi.“Iya, Tuan. Itu ada hubungannya dengan Bruno alias Alex Wijaya itu. Saat itu saya juga yang diminta Tuan Alvin menyelidiki kasusnya. Memang banyak kejanggalan dan saya yakin itu bukan dikerjakan hanya oleh ora
[“Apa benar ini Nyonya Mina Namari?”] tanya suara di seberang sana.Mina yang baru saja masuk kamar terkejut saat mendapat panggilan dari nomor tidak dikenal. Ia menarik napas panjang kemudian menjawab dengan lugas.“Iya, benar sekali. Ini dari mana?”[“Sebentar, Nyonya. Ada yang ingin bicara.”] Suara di seberang sana malah sudah mengalihkan panggilannya. Mina hanya terdiam dan menunggu suara siapa yang akan bicara padanya. Entah mengapa panggilan ini mengingatkan Mina pada saat Bruno meneleponnya dulu.[“Kak, aku Melan.”] Sudah terdengar suara di sana dan Mina tampak terkejut saat tahu yang berbicara adalah Melan.“Melan? Ada apa?”Hal yang sangat aneh saat Melan tiba-tiba meneleponnya. Padahal ia sudah putus hubungan, terakhir kali Mina bertemu Melan saat ulang tahunnya. Sebelum Damian terbunuh, karena setelah itu Melan menjadi buronan. Kini setelah Melan tertangkap polisi malah a
“Iya, itu namanya. Kamu mengenalnya?” tanya Melan.Kini dia yang terkejut dan menatap wanita di depannya ini dengan bingung. Sementara wanita paruh baya itu hanya diam sambil tersenyum masam ke arah Melan. Perlahan wanita itu meringsek mendekat hingga duduk bersebelahan dengan Melan sambil bersandar di dinding.“Nama aslinya adalah Alex Wijaya. Nama itu juga yang aku kenal sepuluh tahun silam. Dia masih muda, tampan dan sangat energik. Dia itu bawahanku di kantor, tapi dia sangat menawan dan aku dengan bodohnya tergoda oleh bujuk rayunya.”Melan terkejut dan mengernyitkan alis sambil menoleh ke arah wanita di sampingnya. Wanita itu hanya menatap datar ke arah Melan.“Namaku Betty dan aku di sini karena terlibat dalam kasus penipuan serta manipulasi data. Sesungguhnya bukan aku seratus persen yang melakukannya. Aku hanya korban yang dijebak dan dijadikan kambing hitam oleh Alex atau Bruno.”Melan tampak bingung da
“Ada apa, Sayang? Apa masih ada yang kamu pikirkan?” tanya Alby.Usai berjalan pagi di taman belakang tadi, mereka kembali ke kamar dan kali ini Mina tampak sedang melamun di depan jendela. Mina menarik napas panjang dan membalikkan badan. Ia melihat Alby baru selesai mandi dan tampak lebih segar dari pada tadi. Aroma sabun nan segar dengan parfum maskulin menguar mengusik hidung Mina.Mina menarik napas panjang kemudian berjalan menghampiri Alby.“Entahlah, Alby. Hanya saja di kehidupanku sebelumnya ada tiga kematian yang harus aku lalui. Kematian Papa, Damian dan terakhir aku. Apa di kehidupan ini juga akan sama? Aku juga akan meninggal pada akhirnya?”Alby langsung terkejut saat Mina berkata seperti itu.“Sayang ... kok kamu ngomong gitu, sih. Kamu senang melihat aku bersedih karena kehilanganmu?”Mina tersenyum dan gegas menggeleng. Siapa juga yang ingin berpisah dengan orang yang dicintai. Hanya saja
“Kamu sudah bangun, Sayang?” sapa Alby pagi itu. Mina baru saja terjaga dan sedikit terkejut saat mendapati Alby sudah terbangun. Alby tidur miring sambil menyanggah kepala melihat dengan sebuah senyuman manis ke arah Mina. Mina langsung tersenyum dan mengecup pipi Alby sekilas. “Jam berapa ini, Alby? Aku tidur nyenyak sekali semalam.” Alby melihat jam di dinding kamarnya kemudian kembali melirik Mina yang terbaring di sebelahnya. “Masih jam lima. Kamu kepagian bangunnya. Apa kamu ingin melakukan aktivitas denganku?” Mina langsung mendelik sambil menggelengkan kepala. Alby hanya tersenyum melihatnya. “Apa tidak ada bahasan lain, Alby? Ini masih pagi.” “Malah masih pagi itu bagus, Sayang. Ayo, buruan bangun!! Kita jalan-jalan!!” Mina seketika terkejut mendengar ucapan Alby. Ternyata dia yang sudah salah sangka. Ia pikir Alby akan