“Aku ... aku hamil, Damian. Aku hamil anakmu,” tutur Melan.
Memang sudah hampir dua bulan Melan tidak kedatangan tamu bulanannya. Awalnya dia pikir karena stress. Sebelumnya Melan memang sering mengalami datang bulan terlambat seperti ini. Namun, tadi pagi Melan berinisiatif melakukan test kehamilan dan dia sangat terkejut begitu tahu kalau dia positif hamil.
Damian hanya bengong mendengar ucapan Melan. Kemudian tidak lama dia sudah tertawa terbahak-bahak. Melan berpikir kalau Damian senang mendengar kabar kehamilannya. Namun, dugaan Melan salah.
“Kamu memang gila, Melan. Hanya karena Mina mengumumkan kehamilannya malam ini dan kamu juga ikut-ikutan, begitu?”
Damian sudah menjalankan mobil dengan tatapan kembali fokus ke depan. Melan tampak terkejut mendengar ucapan Damian dan gegas menggelengkan kepala.
“Enggak, Damian. Sebenarnya sudah hampir dua bulan aku tidak datang bulan. Aku sengaja tidak melakukan pemeriksaan k
“I love you,” tutur Alby dengan lirih.Sayangnya saat Alby berkata seperti itu terdengar suara guntur menggelegar bersamaan bunyi angin dan hujan turun bersamaan. Sehingga Mina tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Alby barusan. Alby gegas merengkuh Mina dalam pelukannya dan berjalan masuk ke dalam villa.“Kita sudahi dansanya, Mina.”Mina mengangguk dan menurut saja saat Alby membimbingnya masuk ke dalam rumah.“Cepat ganti baju, Mina!! Aku tidak mau kamu sakit nantinya. Kamu bisa pakai kamar mandinya. Aku pakai kamar mandi di kamar sebelah saja.” Alby kembali bersuara begitu mereka tiba di kamar. Mina mengangguk dan gegas masuk ke dalam kamar mandi.Sementara Alby memilih menggunakan kamar mandi di kamar sebelah. Mina sudah berada di kamar mandi sambi melucuti bajunya satu persatu. Namun, tiba-tiba dia menghentikan gerakannya dan tampak melamun sambil mematut wajahnya di depan cermin.“Sebenarnya
“Damian!! Tunggu!!” seru Melan.Mereka baru saja tiba di apartemen dan Damian lebih dulu turun dari mobil meninggalkan Melan. Melan kesal melihat sikap Damian dan gegas berlari memanggilnya. Namun, sepertinya Damian tidak menghiraukannya dan memilih terus berjalan masuk ke kabin apartemennya.“Damian!! Apa kamu tidak mendengar semua ucapanku tadi?” Melan kembali bersuara.Damian tidak menjawab dan kini malah berjalan menuju lemari pendingin. Ia langsung mengambil sebotol air mineral dan menenggak dengan habis. Melan mengikuti langkah Damian dan kini berdiri sejajar di depannya.“Damian ... apa kamu tidak suka dengan kehamilanku?”Damian melirik ke arah Melan, kemudian meletakkan botol kosongnya ke atas meja. Melan masih menunggu jawaban Damian.“Tolong ... Damian, bicaralah!! Apa saja?”Damian menarik napas panjang dan kini menatap tajam ke arah Melan. Melan tersenyum, menatap Damian pen
“Dia sudah mati? Damian sudah mati? Beneran?” gumam Melan.Sepertinya amarah yang menguasai dirinya sudah reda dan kini Melan baru sadar kalau apa yang telah dilakukan menghilangkan nyawa seseorang. Melan terdiam dan menatap pisau di tangannya yang berlumuran darah.“Apa ... apa yang harus aku lakukan kini?” Melan terlihat bingung.Ia jalan mondar mandir sambil sibuk berpikir. Kemudian Melan berjalan ke kamar mandi, membasuh tangan dan pisau yang ia pakai untuk membunuh. Lalu Melan mengemasi semua barang-barangnya hingga tak bersisa. Dia tidak mau kematian Damian akan disangkut pautkan dengannya di sini.Usai mengemas semua barangnya, kini Melan mulai memporak-porandakan apartemen Damian. Ia ingin beranggapan kalau ada maling yang masuk ke sini. Melan mengeluarkan semua isi laci meja kerja Damian lalu menyerakkan berkas-berkasnya ke lantai. Bantal-bantal kursi dibuat berantakan begitu juga alat makan di dapur. Apalagi bagian kamar
“Perjanjian nikah kontrak?” desis Bruno lirih.Melan tersenyum sambil menganggukkan kepala. Bruno hanya diam dan meneruskan membaca berkas yang berada di tangannya.“Jadi selama ini Mina dan Alby hanya menikah kontrak setelah dua tahun mereka akan bercerai, Bruno.”Bruno tersenyum menyeringai sambil melipat berkas itu.“Aku rasa aku tahu apa yang harus kulakukan saat ini. Aku akan membuat Mina menyerahkan semua harta kekayaannya, Melan.”Melan tersenyum kesenangan mendengar ucapan Bruno. Tidak sia-sia dia tinggal beberapa minggu ini di apartemen Damian. Namun, untuk sementara waktu dia harus menyembunyikan diri sampai keadaan aman.Pukul enam pagi, Mina sudah terbangun. Hari ini memang hari minggu, jadi dia tidak perlu tergesa bersiap ke kantor. Mina tidak melihat Alby di sisinya. Sejak dulu, Alby memang bangun lebih pagi darinya. Perlahan Mina turun dari kasur dan langsung menuju ke kamar mandi. Ia ingin
“APA!! Ada polisi datang ke rumah dan membawa Tante Jesica?” seru Bruno.Dia sangat terkejut, saat salah satu orang kepercayaannya di rumah menghubungi Bruno dan memberi kabar tentang hal itu. Melan yang berada di sebelahnya tampak terkejut sekaligus ketakutan.“Oke, oke baik. Kalau begitu aku gak akan pulang. Mereka pasti juga mencariku dan Melan.”Bruno berulang menganggukkan kepala kemudian mengakhiri panggilan dan menyimpan ponselnya. Melan yang duduk di sisinya kini menatap Bruno dengan cemas.“Apa polisi ke rumah? Apa mereka mencariku, Bruno? Apa mereka sudah tahu kalau aku membunuh Damian?” cercah Melan.Bruno menghela napas panjang sambil menggelengkan kepala.“Gak sepertinya mereka tidak datang untuk Damian, tapi untuk yang lain.”Melan terperangah kaget sambil menatap Bruno dengan bingung. “Apa maksudmu, Bruno?”Bruno menghela napas panjang sambil melihat Mel
“Alby ... aku ... aku tidak mau cerai!!!” ujar Mina pelan.Alby terdiam mendengarnya. Matanya terus mengerjap seakan sedang menyakinkan kalau apa yang dikatakan Mina adalah benar. Mina hanya membisu bergeming di tempatnya sambil membalas tatapan Alby.“Aku tahu ... ini tidak sesuai dengan kesepakatan kita. Namun, aku ... aku tidak mau nantinya berpisah dengan anak ini.” Mina melanjutkan ucapannya.Alby hanya berdiri diam mendengarkan tanpa mau menyela ucapan Mina. Pria tampan itu hanya menatap Mina dengan seksama. Mina menghela napas panjang begitu tahu Alby hanya terdiam. Apa mungkin Alby akan marah karena dia melanggar kesepakatan mereka.“Kenapa kamu hanya diam saja? Apa kamu tidak menyetujui permintaanku, Alby?”Alby membuka mulut, bersuara dengan helaan napas panjang menyertai.“Apa alasanmu hanya itu saja? Kamu tidak mau berpisah dengan anak itu sehingga tidak mau bercerai dariku?”
“Si—siapa kamu?” tanya Mina dengan gugup.Ia tidak mengenali suara orang di telepon ini. Bisa jadi orang ini memang sengaja menyamarkan suaranya agar Mina ketakutan. Tidak ada jawaban di seberang hanya kekehan tawa yang membahana. Dari tawanya Mina seakan mengenal, tapi dia takut menduga dulu.[“Tidak perlu tahu siapa aku, lebih baik kita bertemu dulu, Mina.”]Mina menghela napas panjang sambil menggelengkan kepala. Dia tidak tahu siapa orang yang menelepon kali ini. Tapi dia juga tidak mau mengabaikan ucapannya tadi. Bagaimana kalau dia memberitahu ke semua orang tentang pernikahan kontraknya dengan Alby? Lebih-lebih memberitahu ke keluarga Alby, ke Tuan Mike. Tuan Mike pasti shock ditambah kasus kematian Damian hari ini.Mina menggelengkan kepala sambil menghalau beberapa hal buruk yang bisa terjadi nantinya. Bukan hanya Tuan Mike yang akan kecewa, Tuan Alvin, Nyonya Lisa dan tentu saja posisi Alby menjadi taruhannya.
“Aku akan menyerahkan berkas ini padamu dan tidak akan mengatakannya kepada Tuan Mike maupun keluarga Alby yang lain. Asalkan ... kamu cabut semua tuntutanmu!!” ucap Bruno.Mina hanya terdiam. Dia sudah bisa menebak kalau pada akhirnya Bruno menginginkan timbal balik darinya. Bruno tersenyum menyeringai sambil menautkan kedua tangannya di atas meja“Bagaimana? Kamu pasti merasa diuntungkan, selain itu posisi Alby di keluarga serta perusahaannya pasti tidak akan terancam. Kamu masih bisa menjadi Nyonya Allister pastinya.”Mina hanya diam sambil berulang menarik napas panjang. Mata bulatnya kini sedang menatap tajam ke arah Bruno. Dia tahu kalau pria yang duduk di depannya ini sangat licik. Bruno ingin menguasai seluruh harta kekayaannya. Kalaupun dia mencabut tuntutannya pasti Bruno punya cara lain untuk terus mengusiknya. Mina yakin kalau Bruno tidak akan berhenti begitu saja“Jadi kamu ketakutan semua borokmu terungkap?&rdqu
“Hukuman penjara seumur hidup dan denda sebesar ... dijatuhkan kepada Tuan Bruno Fernades alias Alex Wijaya atas kasus pembunuhan terhadap Tuan Yuka Namari, Nyonya Mina Namari dan juga kasus penipuan yang melibatkan ... .” Suara hakim ketua baru saja bergema memenuhi seisi ruangan persidangan itu. Alby hanya tersenyum sambil melipat tangan mendengar semua hukuman yang diberikan untuk Bruno. Alby memang sempat bertemu dengan Mina dari kehidupan berbeda dan gara-gara info dari Mina juga dia berhasil menjebloskan Bruno ke penjara. “Tuan, kita langsung kembali ke kantor?” tanya Juan. Juan langsung menghampiri Alby yang baru saja keluar dari ruangan sidang. Alby tersenyum sambil menganggukkan kepala mengiyakan pertanyaan Juan. Ia lalu berjalan cepat ke arah parkiran saat tiba-tiba ada seorang wanita yang menabraknya. Wanita itu berjalan sambil membawa tumpukan berkas sehingga tidak melihat Alby yang berdiri di depannya. Seketika berkas yang wanita itu bawah jatuh berhamburan ke tanah.
“Hosh ... hosh ... sialan kenapa mereka terus mengejarku?” ucap Bruno dengan napas tersenggal.Usai melakukan penusukan di rumah sakit, Bruno memang berhasil melarikan diri. Dia bahkan sudah kembali ke tempat kosnya. Sayangnya saat pergi keluar hendak membeli makan, polisi dan orang suruhan Juan mengenali Bruno. Mereka terus mengejar Bruno hingga pria itu kelelahan.“Apa yang harus aku lakukan kini? Aku lelah kalau harus terus berlari.”Mata Bruno jelalatan melihat ke sana ke mari. Kini dia berdiri di sudut gang sempit sambil bersandar ke tembok. Bruno sudah tidak punya kendaraan bahkan uang tidak tersisa di kantongnya. Gara-gara membayar jasa pembunuh bayaran kemarin, Bruno terpaksa mengeluarkan banyak uang yang pada akhirnya gagal.Pria itu kini putus asa dan ulahnya tadi di rumah sakit adalah puncak kemarahannya. Ia marah melihat Mina dan Alby terus bahagia sementara hidupnya semakin berantakan seperti ini. Bruno tersenyum menye
“Bagaimana, Dok? Bagaimana keadaan istri saya?” tanya Alby.Pria tampan itu tampak panik dan langsung menyerbu ke arah dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi. Telihat dokter itu berulang kali menarik napas panjang sambil sesekali melihat ke arah Alby.“Luka tusuknya sangat dalam, Tuan. Kami sudah melakukan yang terbaik untuknya.”Alby hanya diam saat dokter itu menjelaskan apa yang terjadi pada Mina. Kalau saja Alby lebih perhatian terhadap keadaan sekitar pasti hal seperti ini tidak akan terjadi. Alby tadi terlalu fokus menerima panggilan sehingga tidak menyadari ada sosok yang tiba-tiba mendekat dan menyerangnya. Kejadiannya sangat cepat bahkan bodyguard Alby yang berada di sekitar sana terkejut.“Untungnya luka tusuk itu tidak mengenai kandungan istri Anda, Tuan. Jadi bisa dipastikan kalau kandungan tidak apa-apa.”Alby seketika menghela napas lega. Setidaknya masih ada nyawa yang bernapas di sana.
“TIDAK!!! TIDAAAK!! MINA!!” seru Alby.Juan langsung berhambur keluar dan ikut membantu Alby. Mina tampak setengah tersadar menatap Alby. Wanita cantik itu memegang perutnya yang tertusuk dan sudah mengeluarkan banyak darah. Juan langsung berlari masuk ke dalam rumah sakit memanggil bantuan. Sementara Alby sudah bersimpuh di tanah menyanggah Mina.“Alby ... .” Mina bersuara dengan sangat lirih.Alby sudah berurai air mata sambil terus menggelengkan kepala.“Tidak. Kamu jangan bicara. Juan sedang memanggil bantuan.”Mina hanya diam, menelan ludah sambil menatap Alby dengan sendu. Kemudian tangan Mina menyentuh wajah tampan Alby dan membelainya. Alby hanya diam menatapnya.“Ada ... ada tiga kematian, Alby.” Mina kembali bersuara lagi dan terdengar sangat lirih. Alby yang mendengarnya kembail berurai air mata dan terus menggelengkan kepala.“Enggak!! Kamu gak boleh mati, Mina. KAMU GA
“Kamu mengenalnya, Juan?” tanya Alby.Pria tampan itu kini melihat ke arah Juan dengan seksama. Juan menarik napas panjang kemudian menganggukkan kepala dengan mantap. Kemudian melihat ke arah Alby dan Mina.“Apa Anda masih ingat dengan kasus penggelapan di salah satu anak cabang perusahaan kita, Tuan? Kalau tidak salah saat itu, Anda baru saja lulus kuliah. Anda baru saja masuk perusahaan sehingga belum terlalu paham.”Alby diam sejenak seakan sedang mengingat apa yang dikatakan Juan barusan. Kemudian tidak lama, Alby mengangguk.“Akh, iya. Aku ingat. Kalau tidak salah itu dilakukan oleh orang kepercayaan Papa, seorang wanita, bukan? Apa itu ada hubungannya dengan Bruno?”Juan mengangguk lagi.“Iya, Tuan. Itu ada hubungannya dengan Bruno alias Alex Wijaya itu. Saat itu saya juga yang diminta Tuan Alvin menyelidiki kasusnya. Memang banyak kejanggalan dan saya yakin itu bukan dikerjakan hanya oleh ora
[“Apa benar ini Nyonya Mina Namari?”] tanya suara di seberang sana.Mina yang baru saja masuk kamar terkejut saat mendapat panggilan dari nomor tidak dikenal. Ia menarik napas panjang kemudian menjawab dengan lugas.“Iya, benar sekali. Ini dari mana?”[“Sebentar, Nyonya. Ada yang ingin bicara.”] Suara di seberang sana malah sudah mengalihkan panggilannya. Mina hanya terdiam dan menunggu suara siapa yang akan bicara padanya. Entah mengapa panggilan ini mengingatkan Mina pada saat Bruno meneleponnya dulu.[“Kak, aku Melan.”] Sudah terdengar suara di sana dan Mina tampak terkejut saat tahu yang berbicara adalah Melan.“Melan? Ada apa?”Hal yang sangat aneh saat Melan tiba-tiba meneleponnya. Padahal ia sudah putus hubungan, terakhir kali Mina bertemu Melan saat ulang tahunnya. Sebelum Damian terbunuh, karena setelah itu Melan menjadi buronan. Kini setelah Melan tertangkap polisi malah a
“Iya, itu namanya. Kamu mengenalnya?” tanya Melan.Kini dia yang terkejut dan menatap wanita di depannya ini dengan bingung. Sementara wanita paruh baya itu hanya diam sambil tersenyum masam ke arah Melan. Perlahan wanita itu meringsek mendekat hingga duduk bersebelahan dengan Melan sambil bersandar di dinding.“Nama aslinya adalah Alex Wijaya. Nama itu juga yang aku kenal sepuluh tahun silam. Dia masih muda, tampan dan sangat energik. Dia itu bawahanku di kantor, tapi dia sangat menawan dan aku dengan bodohnya tergoda oleh bujuk rayunya.”Melan terkejut dan mengernyitkan alis sambil menoleh ke arah wanita di sampingnya. Wanita itu hanya menatap datar ke arah Melan.“Namaku Betty dan aku di sini karena terlibat dalam kasus penipuan serta manipulasi data. Sesungguhnya bukan aku seratus persen yang melakukannya. Aku hanya korban yang dijebak dan dijadikan kambing hitam oleh Alex atau Bruno.”Melan tampak bingung da
“Ada apa, Sayang? Apa masih ada yang kamu pikirkan?” tanya Alby.Usai berjalan pagi di taman belakang tadi, mereka kembali ke kamar dan kali ini Mina tampak sedang melamun di depan jendela. Mina menarik napas panjang dan membalikkan badan. Ia melihat Alby baru selesai mandi dan tampak lebih segar dari pada tadi. Aroma sabun nan segar dengan parfum maskulin menguar mengusik hidung Mina.Mina menarik napas panjang kemudian berjalan menghampiri Alby.“Entahlah, Alby. Hanya saja di kehidupanku sebelumnya ada tiga kematian yang harus aku lalui. Kematian Papa, Damian dan terakhir aku. Apa di kehidupan ini juga akan sama? Aku juga akan meninggal pada akhirnya?”Alby langsung terkejut saat Mina berkata seperti itu.“Sayang ... kok kamu ngomong gitu, sih. Kamu senang melihat aku bersedih karena kehilanganmu?”Mina tersenyum dan gegas menggeleng. Siapa juga yang ingin berpisah dengan orang yang dicintai. Hanya saja
“Kamu sudah bangun, Sayang?” sapa Alby pagi itu. Mina baru saja terjaga dan sedikit terkejut saat mendapati Alby sudah terbangun. Alby tidur miring sambil menyanggah kepala melihat dengan sebuah senyuman manis ke arah Mina. Mina langsung tersenyum dan mengecup pipi Alby sekilas. “Jam berapa ini, Alby? Aku tidur nyenyak sekali semalam.” Alby melihat jam di dinding kamarnya kemudian kembali melirik Mina yang terbaring di sebelahnya. “Masih jam lima. Kamu kepagian bangunnya. Apa kamu ingin melakukan aktivitas denganku?” Mina langsung mendelik sambil menggelengkan kepala. Alby hanya tersenyum melihatnya. “Apa tidak ada bahasan lain, Alby? Ini masih pagi.” “Malah masih pagi itu bagus, Sayang. Ayo, buruan bangun!! Kita jalan-jalan!!” Mina seketika terkejut mendengar ucapan Alby. Ternyata dia yang sudah salah sangka. Ia pikir Alby akan