“Si—siapa kamu?” tanya Mina dengan gugup.
Ia tidak mengenali suara orang di telepon ini. Bisa jadi orang ini memang sengaja menyamarkan suaranya agar Mina ketakutan. Tidak ada jawaban di seberang hanya kekehan tawa yang membahana. Dari tawanya Mina seakan mengenal, tapi dia takut menduga dulu.
[“Tidak perlu tahu siapa aku, lebih baik kita bertemu dulu, Mina.”]
Mina menghela napas panjang sambil menggelengkan kepala. Dia tidak tahu siapa orang yang menelepon kali ini. Tapi dia juga tidak mau mengabaikan ucapannya tadi. Bagaimana kalau dia memberitahu ke semua orang tentang pernikahan kontraknya dengan Alby? Lebih-lebih memberitahu ke keluarga Alby, ke Tuan Mike. Tuan Mike pasti shock ditambah kasus kematian Damian hari ini.
Mina menggelengkan kepala sambil menghalau beberapa hal buruk yang bisa terjadi nantinya. Bukan hanya Tuan Mike yang akan kecewa, Tuan Alvin, Nyonya Lisa dan tentu saja posisi Alby menjadi taruhannya.
<“Aku akan menyerahkan berkas ini padamu dan tidak akan mengatakannya kepada Tuan Mike maupun keluarga Alby yang lain. Asalkan ... kamu cabut semua tuntutanmu!!” ucap Bruno.Mina hanya terdiam. Dia sudah bisa menebak kalau pada akhirnya Bruno menginginkan timbal balik darinya. Bruno tersenyum menyeringai sambil menautkan kedua tangannya di atas meja“Bagaimana? Kamu pasti merasa diuntungkan, selain itu posisi Alby di keluarga serta perusahaannya pasti tidak akan terancam. Kamu masih bisa menjadi Nyonya Allister pastinya.”Mina hanya diam sambil berulang menarik napas panjang. Mata bulatnya kini sedang menatap tajam ke arah Bruno. Dia tahu kalau pria yang duduk di depannya ini sangat licik. Bruno ingin menguasai seluruh harta kekayaannya. Kalaupun dia mencabut tuntutannya pasti Bruno punya cara lain untuk terus mengusiknya. Mina yakin kalau Bruno tidak akan berhenti begitu saja“Jadi kamu ketakutan semua borokmu terungkap?&rdqu
“STOP!!! MAU NGAPAIN??” seru Mina.Alby bergeming di tempatnya dan urung melepas celana malah melihat ke arah Mina dengan bingung. Mina juga ikut terdiam menatapnya. Lagi-lagi tanpa diminta dada Mina berdetak lebih cepat apalagi saat melihat visual suaminya yang sedang bertelanjang dada.“Tadi katanya bau asem. Makanya aku mau mandi sekarang.” Alby akhirnya menjawabMina terdiam sambil menelan ludah berulang dan buru-buru memalingkan wajah. Ada yang terus berdebar hebat dan Mina kesulitan untuk menenangkannya.“Tapi kenapa buka celananya di sini? Kan bisa di kamar mandi.”Alby mengulum senyum mendengar ucapan Mina. Ia berjalan mendekat dan kembali memeluk Mina dari belakang membuat Mina terjingkat kaget dengan ulahnya.“Hmmm ... sepertinya ada yang sudah over thinking, nih. Tenang saja, Sayang. Aku akan memberikan apa yang kamu mau. Aku mandi dulu, ya!!”Alby mengurai pelukan dan gegas b
Pagi ini mendung sudah bergelayut di langit diiringi sepoi angin yang mengantar kepergian Damian ke tempat peristirahatan terakhir. Hampir tiga hari Tuan Mike menghabiskan waktu di rumah sakit. Kini pria tua itu sedikit lebih baik dari sebelumnya. Meski kini beliau harus menggunakan kursi roda. Pria tua itu terlihat sedih. Bibirnya yang pucat terkatup rapat tak bicara sedikit pun. Matanya sudah ditutupi oleh kacamata hitam yang gelap. Sepertinya Tuan Mike tidak ingin orang lain melihatnya menangis. Damian adalah peninggalan terakhir putranya yang sudah meninggal. Kepergian Damian untuk selamanya membawa luka mendalam bagi Tuan Mike. Di belakang Tuan Mike tampak Tuan Alvin yang mendorong kursi roda diiringi Nyonya Lisa. Wajah mereka sama sedihnya dengan Tuan Mike. Sama sekali tidak terucap sepatah kata dari mereka berdua. Di belakangnya ada Alby dan Mina. Satu demi satu prosesi acara pemakaman mereka ikuti dengan khidmat. Tidak hanya kerabat yang datang, para rela
“Ma, Kakek mana?” tanya Alby.Dia baru saja tiba di kediaman keluarganya dan langsung menanyakan keadaan Tuan Mike.“Kakek di kamar, Alby. Ada apa? Kenapa juga bajumu basah kuyup?” Nyonya Lisa sudah menjawab.“Aku tadi berlari di tengah hujan. Aku ingin menemui Kakek, Ma.”Nyonya Lisa hanya mengangguk. Sementara Alby sudah berjalan beriringan bersama Mina menuju kamar Tuan Mike. Usai mengetuk pintu kamar, Alby dan Mina masuk ke kamar Tuan Mike.Pria tua itu tampak sedang duduk di kursi rodanya menatap hujan yang mulai deras melalui jendela kamarnya. Alby berjalan mendekat kemudian bersimpuh di depan kakeknya. Mina mengikuti, tapi dia hanya berdiri di belakang Alby.“Kek ... apa Kakek baik-baik saja?” tanya Alby.Tuan Mike terjaga dari lamunannya dan menoleh ke arah Alby kemudian menepuk pipi pria tampan itu sambil tersenyum.“Kakek sudah lebih baik, Alby. Memang ini menyakit
“Aku sayang kamu, Mina,” ujar Alby lirih.Sayangnya dia hanya mampu mengatakannya dalam hati saja. Alby sendiri kesal kenapa dia selalu cost play menjadi patung saat hendak mengatakan perasaannya. Apa pesona Mina yang membuatnya terhipnotis dan tak mampu melakukan apa-apa.“Kamu bilang apa tadi?” Tiba-tiba Mina menoleh ke arah Alby dan mengajukan pertanyaan.Alby terdiam, bergeming di tempatnya. Ia bingung dan menatap Mina dengan tajam. Apa mungkin Mina mendengar suara hatinya? Apa mungkin juga Mina seorang cenayang?“Aku gak ngomong apa-apa, kok.”Mina hanya terdiam dan terlihat raut kekecewaan di wajahnya. Kemudian Mina sudah mengurai pelukan dan bangkit dari duduknya. Alby melihatnya dengan kening yang berkerut.“Kamu mau ke mana?” Alby penasaran.“Aku ngantuk, Alby. Aku mau istirahat bentar. Nanti kita ke dokter sore, bukan?” Mina berkata sambil berjalan menuju kasur. Alb
“Apa-apaan ini, Juan? Apa kamu tahu tentang ini?” sergah Alby marah.Dia sangat kesal usai mendapat surat gugatan cerai dari Mina. Padahal Mina sudah minta tidak mau cerai tempo hari. Kenapa tanpa ada alasan jelas, ia sudah menggugat cerai Alby? Parahnya lagi itu dilakukan Mina saat mereka sedang bahagia. Bahkan semalam mereka baru saja melakukan interaksi intim.Wajah Alby merah dengan tatapan penuh amarah. Dadanya kembang kempis tampak sibuk mengolah udara. Sepertinya Alby sangat kesal kali ini.“Maaf, Tuan. Saya tidak tahu menahu tentang itu. Sepertinya Nyonya mengurus sendiri atas bantuan pengacara Tuan Yuka.”Alby memukulkan tangannya ke atas meja membuat Juan tersentak kaget.“Aku yakin pasti ada sesuatu hal yang membuat dia melakukan ini. Apa kamu sudah mengerjakan yang aku minta tempo hari?”Juan menganggukkan kepala sambil melihat ke arah Alby. Tempo hari saat Mina bertemu Bruno, sebenarnya Alby s
“HEH!!” seru Mina.Alby langsung tersenyum mendengar ucapan dan ekspresi Mina. Wanita cantik itu tampak terkejut saat mendengar pernyataan Alby tadi.“Iya. Aku cinta kamu dan aku tidak mau kita bercerai. Jadi aku tidak akan mengabulkan permintaanmu.”Mina masih tidak percaya dengan ucapan Alby. Ia hanya bergeming di posisinya sambil menatap Alby dengan tajam. Alby malah tertawa melihat ekspresi Mina kali ini.“Kok malah bengong, sih. Apa gak bisa ganti ekspresimu? Asal kamu tahu, aku sudah deg degan setengah mati saat mengatakannya tadi.”Mina seakan baru tersadar dengan ucapan Alby tentang pernyataan perasaannya. Mina langsung menunduk menyembunyikan wajah merahnya. Ia tidak tahu harus berkata apa kali ini.“Aku tahu ... aku sudah melanggar kesepakatan kita. Namun, memang aku ingin mengakhiri semuanya, Mina. Aku ingin menyudahi nikah kontrak kita dan menjadikannya nikah sungguhan.”Kemb
“Apa semuanya baik-baik saja, Tuan?” tanya Juan.Alby baru saja kembali ke ruangannya dan langsung tersenyum lebar begitu melihat Juan. Juan yang melihatnya ikut tersenyum dan bisa menebak apa yang telah terjadi tadi.“Benar katamu, Juan. Ternyata Mina juga mempunyai perasaan yang sama padaku. Akh ... tahu gitu dari dulu aku mengungkapkan perasaanku.”Juan langsung tertawa mendengar ucapan Alby.“Jadi Anda sudah tahu penyebab Nyonya mengajukan cerai, Tuan?”Alby mengangguk kemudian duduk di kursi kerjanya. Juan yang berdiri di depannya memperhatikan dengan seksama.“Sepertinya benar saat itu Mina menemui Bruno dan Bruno mengancam Mina akan memberitahu tentang pernikahan kontrak kami ke Kakek.”Juan menarik napas panjang sambil menganggukkan kepala. “Itu sebabnya Nyonya minta bercerai agar tidak mengusik keluarga Anda, Tuan.”“Ya, tepat sekali. Kadang aku bingung
“Hukuman penjara seumur hidup dan denda sebesar ... dijatuhkan kepada Tuan Bruno Fernades alias Alex Wijaya atas kasus pembunuhan terhadap Tuan Yuka Namari, Nyonya Mina Namari dan juga kasus penipuan yang melibatkan ... .” Suara hakim ketua baru saja bergema memenuhi seisi ruangan persidangan itu. Alby hanya tersenyum sambil melipat tangan mendengar semua hukuman yang diberikan untuk Bruno. Alby memang sempat bertemu dengan Mina dari kehidupan berbeda dan gara-gara info dari Mina juga dia berhasil menjebloskan Bruno ke penjara. “Tuan, kita langsung kembali ke kantor?” tanya Juan. Juan langsung menghampiri Alby yang baru saja keluar dari ruangan sidang. Alby tersenyum sambil menganggukkan kepala mengiyakan pertanyaan Juan. Ia lalu berjalan cepat ke arah parkiran saat tiba-tiba ada seorang wanita yang menabraknya. Wanita itu berjalan sambil membawa tumpukan berkas sehingga tidak melihat Alby yang berdiri di depannya. Seketika berkas yang wanita itu bawah jatuh berhamburan ke tanah.
“Hosh ... hosh ... sialan kenapa mereka terus mengejarku?” ucap Bruno dengan napas tersenggal.Usai melakukan penusukan di rumah sakit, Bruno memang berhasil melarikan diri. Dia bahkan sudah kembali ke tempat kosnya. Sayangnya saat pergi keluar hendak membeli makan, polisi dan orang suruhan Juan mengenali Bruno. Mereka terus mengejar Bruno hingga pria itu kelelahan.“Apa yang harus aku lakukan kini? Aku lelah kalau harus terus berlari.”Mata Bruno jelalatan melihat ke sana ke mari. Kini dia berdiri di sudut gang sempit sambil bersandar ke tembok. Bruno sudah tidak punya kendaraan bahkan uang tidak tersisa di kantongnya. Gara-gara membayar jasa pembunuh bayaran kemarin, Bruno terpaksa mengeluarkan banyak uang yang pada akhirnya gagal.Pria itu kini putus asa dan ulahnya tadi di rumah sakit adalah puncak kemarahannya. Ia marah melihat Mina dan Alby terus bahagia sementara hidupnya semakin berantakan seperti ini. Bruno tersenyum menye
“Bagaimana, Dok? Bagaimana keadaan istri saya?” tanya Alby.Pria tampan itu tampak panik dan langsung menyerbu ke arah dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi. Telihat dokter itu berulang kali menarik napas panjang sambil sesekali melihat ke arah Alby.“Luka tusuknya sangat dalam, Tuan. Kami sudah melakukan yang terbaik untuknya.”Alby hanya diam saat dokter itu menjelaskan apa yang terjadi pada Mina. Kalau saja Alby lebih perhatian terhadap keadaan sekitar pasti hal seperti ini tidak akan terjadi. Alby tadi terlalu fokus menerima panggilan sehingga tidak menyadari ada sosok yang tiba-tiba mendekat dan menyerangnya. Kejadiannya sangat cepat bahkan bodyguard Alby yang berada di sekitar sana terkejut.“Untungnya luka tusuk itu tidak mengenai kandungan istri Anda, Tuan. Jadi bisa dipastikan kalau kandungan tidak apa-apa.”Alby seketika menghela napas lega. Setidaknya masih ada nyawa yang bernapas di sana.
“TIDAK!!! TIDAAAK!! MINA!!” seru Alby.Juan langsung berhambur keluar dan ikut membantu Alby. Mina tampak setengah tersadar menatap Alby. Wanita cantik itu memegang perutnya yang tertusuk dan sudah mengeluarkan banyak darah. Juan langsung berlari masuk ke dalam rumah sakit memanggil bantuan. Sementara Alby sudah bersimpuh di tanah menyanggah Mina.“Alby ... .” Mina bersuara dengan sangat lirih.Alby sudah berurai air mata sambil terus menggelengkan kepala.“Tidak. Kamu jangan bicara. Juan sedang memanggil bantuan.”Mina hanya diam, menelan ludah sambil menatap Alby dengan sendu. Kemudian tangan Mina menyentuh wajah tampan Alby dan membelainya. Alby hanya diam menatapnya.“Ada ... ada tiga kematian, Alby.” Mina kembali bersuara lagi dan terdengar sangat lirih. Alby yang mendengarnya kembail berurai air mata dan terus menggelengkan kepala.“Enggak!! Kamu gak boleh mati, Mina. KAMU GA
“Kamu mengenalnya, Juan?” tanya Alby.Pria tampan itu kini melihat ke arah Juan dengan seksama. Juan menarik napas panjang kemudian menganggukkan kepala dengan mantap. Kemudian melihat ke arah Alby dan Mina.“Apa Anda masih ingat dengan kasus penggelapan di salah satu anak cabang perusahaan kita, Tuan? Kalau tidak salah saat itu, Anda baru saja lulus kuliah. Anda baru saja masuk perusahaan sehingga belum terlalu paham.”Alby diam sejenak seakan sedang mengingat apa yang dikatakan Juan barusan. Kemudian tidak lama, Alby mengangguk.“Akh, iya. Aku ingat. Kalau tidak salah itu dilakukan oleh orang kepercayaan Papa, seorang wanita, bukan? Apa itu ada hubungannya dengan Bruno?”Juan mengangguk lagi.“Iya, Tuan. Itu ada hubungannya dengan Bruno alias Alex Wijaya itu. Saat itu saya juga yang diminta Tuan Alvin menyelidiki kasusnya. Memang banyak kejanggalan dan saya yakin itu bukan dikerjakan hanya oleh ora
[“Apa benar ini Nyonya Mina Namari?”] tanya suara di seberang sana.Mina yang baru saja masuk kamar terkejut saat mendapat panggilan dari nomor tidak dikenal. Ia menarik napas panjang kemudian menjawab dengan lugas.“Iya, benar sekali. Ini dari mana?”[“Sebentar, Nyonya. Ada yang ingin bicara.”] Suara di seberang sana malah sudah mengalihkan panggilannya. Mina hanya terdiam dan menunggu suara siapa yang akan bicara padanya. Entah mengapa panggilan ini mengingatkan Mina pada saat Bruno meneleponnya dulu.[“Kak, aku Melan.”] Sudah terdengar suara di sana dan Mina tampak terkejut saat tahu yang berbicara adalah Melan.“Melan? Ada apa?”Hal yang sangat aneh saat Melan tiba-tiba meneleponnya. Padahal ia sudah putus hubungan, terakhir kali Mina bertemu Melan saat ulang tahunnya. Sebelum Damian terbunuh, karena setelah itu Melan menjadi buronan. Kini setelah Melan tertangkap polisi malah a
“Iya, itu namanya. Kamu mengenalnya?” tanya Melan.Kini dia yang terkejut dan menatap wanita di depannya ini dengan bingung. Sementara wanita paruh baya itu hanya diam sambil tersenyum masam ke arah Melan. Perlahan wanita itu meringsek mendekat hingga duduk bersebelahan dengan Melan sambil bersandar di dinding.“Nama aslinya adalah Alex Wijaya. Nama itu juga yang aku kenal sepuluh tahun silam. Dia masih muda, tampan dan sangat energik. Dia itu bawahanku di kantor, tapi dia sangat menawan dan aku dengan bodohnya tergoda oleh bujuk rayunya.”Melan terkejut dan mengernyitkan alis sambil menoleh ke arah wanita di sampingnya. Wanita itu hanya menatap datar ke arah Melan.“Namaku Betty dan aku di sini karena terlibat dalam kasus penipuan serta manipulasi data. Sesungguhnya bukan aku seratus persen yang melakukannya. Aku hanya korban yang dijebak dan dijadikan kambing hitam oleh Alex atau Bruno.”Melan tampak bingung da
“Ada apa, Sayang? Apa masih ada yang kamu pikirkan?” tanya Alby.Usai berjalan pagi di taman belakang tadi, mereka kembali ke kamar dan kali ini Mina tampak sedang melamun di depan jendela. Mina menarik napas panjang dan membalikkan badan. Ia melihat Alby baru selesai mandi dan tampak lebih segar dari pada tadi. Aroma sabun nan segar dengan parfum maskulin menguar mengusik hidung Mina.Mina menarik napas panjang kemudian berjalan menghampiri Alby.“Entahlah, Alby. Hanya saja di kehidupanku sebelumnya ada tiga kematian yang harus aku lalui. Kematian Papa, Damian dan terakhir aku. Apa di kehidupan ini juga akan sama? Aku juga akan meninggal pada akhirnya?”Alby langsung terkejut saat Mina berkata seperti itu.“Sayang ... kok kamu ngomong gitu, sih. Kamu senang melihat aku bersedih karena kehilanganmu?”Mina tersenyum dan gegas menggeleng. Siapa juga yang ingin berpisah dengan orang yang dicintai. Hanya saja
“Kamu sudah bangun, Sayang?” sapa Alby pagi itu. Mina baru saja terjaga dan sedikit terkejut saat mendapati Alby sudah terbangun. Alby tidur miring sambil menyanggah kepala melihat dengan sebuah senyuman manis ke arah Mina. Mina langsung tersenyum dan mengecup pipi Alby sekilas. “Jam berapa ini, Alby? Aku tidur nyenyak sekali semalam.” Alby melihat jam di dinding kamarnya kemudian kembali melirik Mina yang terbaring di sebelahnya. “Masih jam lima. Kamu kepagian bangunnya. Apa kamu ingin melakukan aktivitas denganku?” Mina langsung mendelik sambil menggelengkan kepala. Alby hanya tersenyum melihatnya. “Apa tidak ada bahasan lain, Alby? Ini masih pagi.” “Malah masih pagi itu bagus, Sayang. Ayo, buruan bangun!! Kita jalan-jalan!!” Mina seketika terkejut mendengar ucapan Alby. Ternyata dia yang sudah salah sangka. Ia pikir Alby akan