"Apa kamu yakin, mereka tidak akan mengenaliku?" Hanna bertanya ragu-ragu. Kini dia sudah berada di depan sebuah gedung yang besar bersama Ricky. Tidak hanya wajahnya yang berubah cantik, dia mengganti gaun yang dia kenakan agar Adrian tidak mengenalinya.
Ricky tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Malam ini kamu benar-benar menjadi Cinderella. Sekarang, aku akan memikirkan nama yang cocok untukmu." Dia mengangkat bola mata ke atas dan berpikir keras."Bagaimana jika Cindy? Atau Ella?" Ricky menjentikkan tangan, tepat pada saat itu Hanna melihat Adrian sedang bergandengan tangan dengan seorang wanita yang memakai one shoulder dress warna merah. "Siapa wanita itu?" Hanna bergumam lirih sambil mengerutkan kening menatap wanita yang sedang bergandengan tangan dengan Adrian.Ricky mengikuti arah pandangan Hanna. "Dia Elmira, mantan tunanganku." Tatapannya penuh dendam pada wanita berpakaian seksi yang sedang bersama Adrian."Aku mengerti sekarang. Jadi, karena wanita itu kamu ingin aku berpura-pura menjadi kekasihmu?" Hanna menatap Elmira dengan seksama. Hatinya bergemuruh saat melihat wanita seksi itu berbincang mesra dengan Adrian. Hati Hanna semakin bergemuruh saat melihat Adrian yang memperlakukan Elmira dengan sangat manis. Perlakuan yang tidak pernah dia dapatkan dari Adrian selama menjadi istrinya.Hanna melirik Ricky. Dia bisa merasakan sakit hati yang dirasakan lelaki tampan penjual kosmetik itu. Sangat jelas tatapan mata lelaki itu dipenuhi api yang membara."Apa kamu cemburu melihat mantan tunanganmu bersama laki-laki lain?" tanya Hanna menyelidik."Dia meninggalkanku karena laki-laki yang lebih kaya. Sialnya, laki-laki itu adalah Adrian, musuh bebuyutanku sejak SMA." Ricky mengepalkan tangan kuat dan menatap tajam Elmira.Hanna bersembunyi di belakang Ricky saat Adrian dan Elmira mulai mendekat. Dia menutupi wajah dengan telapak tangan, tidak ingin Adrian melihat dan mengenalinya.Adrian dan Elmira berdiri tepat di depan Ricky. Mereka berdua menatap Ricky dengan tatapan merendahkan."Jadi kamu masih betah sendirian saja? Pertunangan kita telah berakhir. Kuharap kamu segera mencari penggantiku, karena sampai kapan pun aku tidak akan mau kembali pada pria miskin yang pekerjaannya hanya jualan skincare." Elmira tersenyum menyeringai. Dia merangkul Adrian, lalu kembali berkata, "Sekarang, aku sudah punya kekasih yang jauh lebih kaya darimu. Adrian akan menikahiku sebentar lagi."Adrian tersenyum miring. Dia merangkul Elmira lebih erat, lalu menatap Ricky dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Bukankah kamu si ketua OSIS yang sok pintar itu? Aku tidak menyangka, murid pintar sepertimu sekarang hanya menjadi sales kosmetik. Nasib memang tidak bisa ditebak," ejeknya seraya tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala."Aku yakin, dengan keadaanmu yang miskin seperti sekarang, tidak akan ada wanita yang mau denganmu." Elmira menatap jijik Ricky. "Kalaupun ada, wanita itu pasti tidak akan bisa menandingi kecantikanku," ujarnya penuh percaya diri sambil mengibaskan rambut panjangnya.Tiba-tiba Ricky menggeser tubuhnya hingga terlihat Hanna yang sedang berdiri sambil menutupi wajah. "Perkenalkan, dia adalah calon istriku." Ricky memperkenalkan Hanna kepada Adrian dan Elmira sebagai calon istrinya.Hanna tercengang. Jantungnya berdebar kencang. Dia masih menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Matanya terpejam rapat. Dia tidak tahu harus berbuat apa dalam kondisi terdesak seperti ini. Bagaimana jika Adrian mengenalinya?Ricky menurunkan tangan Hanna dan menggenggamnya erat. Dia ingin Hanna memperlihatkan wajah cantiknya pada Elmira dan Adrian. Di saat bersamaan, sebuah lampu menyorot tepat di wajah Hanna."Hanna?" Adrian terbelalak melihat istrinya yang berubah menjadi cantik bak bidadari sedang berdiri di depannya. "Kamu Hanna, 'kan? Bagaimana kamu bisa bersama laki-laki penjual kosmetik itu?" tanyanya dengan nada marah.Hanna melepaskan tangannya dari genggaman tangan Ricky. Dia tidak ingin disentuh oleh laki-laki selain suaminya. "Hanna siapa? Dia bukan Hanna. Perkenalkan dirimu pada mereka, Sayang." Ricky merangkul pundak Hanna dan berpura-pura tersenyum mesra.Hanna berusaha melepaskan diri dari rangkulan tangan Ricky sambil tersenyum kikuk."Maafkan aku, sepertinya calon istriku masih malu-malu." Ricky merangkul Hanna semakin erat, lalu membawanya pergi menjauhi Adrian dan Elmira.Elmira berdecak kesal. "Siapa wanita itu? Bisa-bisanya Ricky memamerkan wanita sok cantik itu di depanku. Dia pasti sengaja ingin memanas-manasiku," gerutunya kesal.Elmira menyipitkan mata menatap Adrian sambil berkata, "Apa kamu mengenal wanita itu?""Dia seperti wanita yang kukenal." Adrian menjawab seraya terus memperhatikan Hanna yang berjalan semakin menjauh. "Ah, sudahlah. Mungkin hanya perasaanku saja. Mungkin mereka hanya mirip saja," lanjutnya seraya mengibaskan tangan dan memalingkan muka. Mereka segera berjalan memasuki gedung yang sudah ramai para peserta reuni.Elmira berjalan penuh percaya diri saat melewati pintu utama gedung. "Apakah aku terlihat cantik malam ini?" tanyanya pada Adrian."Kamu yang tercantik malam ini," puji Adrian. Dia memuji Elmira, tetapi netranya tidak berpaling menatap Hanna. Elmira tidak menyadari itu, maka dia tetap tersenyum bangga.Elmira berjalan penuh percaya diri. Dia tersenyum seraya melambai-lambaikan tangan pada para peserta reuni yang ada di dalam gedung, seolah-olah dia adalah selebriti yang menjadi pusat perhatian semua orang. Elmira memang cantik. Jangan tanya secantik apa dia. Dia adalah model sekaligus bintang iklan salah satu brand produk kecantikan ternama. Wajahnya sering muncul di televisi. Namun, kecantikan Elmira tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kecantikan Hanna yang terpancar dari wajah dan hati. Semua orang menatap takjub pada Hanna. Wajahnya yang cantik terlihat cerah. Cahaya lampu yang menyorot membuat wajah cantik itu semakin terlihat berkilau. "Siapa wanita itu? Aku belum pernah melihat dia sebelumnya.""Dia sangat cantik, apa dia seorang model atau bintang iklan kecantikan?"Semua orang baik laki-laki maupun perempuan membicarakan Hanna. Mereka sangat mengagumi kecantikan Hanna yang bagaikan Cinderella. Gaun yang dipakai Hanna sederhana, tetapi tampak anggun dan cantik di tubuh Hanna.Elmira berdecak kesal melihat semua orang mengabaikannya. Dia melirik Adrian dan bertanya, "Jawab aku. Siapa yang lebih cantik, aku atau wanita yang bersama Ricky itu?" "Tentu saja kamu, Sayang." Adrian menjawab, tetapi matanya tetap tidak mau berpaling dari menatap Hanna."Bohong! Bahkan aku bisa melihat sejak tadi kamu terus mencuri pandang kepada wanita itu," ujar Elmira kesal."Lihatlah, kamu sama saja dengan teman-temanmu itu. Kalian semua mengabaikan aku hanya karena wanita sok cantik itu. Apa mereka tidak tahu? Aku model dan bintang iklan paling cantik di dunia ini. Buat apa aku berada di sini jika mereka tidak menganggapku ada? Lebih baik aku pulang!" Elmira berbalik hendak melangkah pulang. Adrian sama sekali tidak menahannya."Kenapa kamu membiarkan aku pulang? Seharusnya kamu menahan aku." Elmira menoleh ke arah Adrian sambil berdecak kesal."Kamu membuatku bingung Elmira. Aku tidak mengerti, sebenarnya kamu ini bintang iklan atau ratu drama?" Adrian mulai merasa kesal."Lihatlah calon istri mantan tunanganmu itu. Dia bisa bersikap anggun dan lemah lembut di depan semua orang. Sebaiknya kamu mencontoh dia," ucap Adrian sambil menunjuk ke arah Hanna.Elmira melebarkan mata tidak percaya. Dia tidak menyangka, Adrian bisa bersikap kasar kepadanya. Sebelumnya, Adrian selalu bersikap manis dan romantis. Apa semua ini karena wanita sok cantik itu?Elmira menatap tajam Adrian dan berkata, "Kamu mulai membanding-bandingkan aku dengan wanita lain?""Ricky, kenapa aku ngerasa semua orang sedang memperhatikan aku?" Hanna berbisik lirih pada Ricky yang sedang berjalan di sampingnya."Aku sudah mengira sebelumnya, malam ini kamu akan menjadi pusat perhatian. Mereka semua pasti kagum dengan wajah cantikmu malam ini," puji Ricky.Hanna merasa tidak nyaman saat semua mata tertuju ke arahnya. Dia menutupi wajahnya dengan dompet warna hitam, tetapi Ricky malah menurunkan dompet itu dari wajah cantik Hanna."Jangan menutupi wajahmu. Aku ingin semua orang tahu jika kekasihku sangat cantik," ucap Ricky seraya menatap lekat Hanna."Cukup! Aku tidak mau melakukan ini. Aku tidak mau berpura-pura menjadi kekasihmu lagi. Aku mau pulang saja." Hanna berbalik hendak pergi, tetapi Ricky menghentikannya dengan menarik pergelangan tangan Hanna."Kamu tidak bisa pergi saat ini, Hanna. Cinderella tidak boleh pulang sebelum jam dua belas malam," ucap Ricky seraya menarik Hanna ke pelukannya. "Kamu harus membayar denda seribu kali lipat harga kosmetik y
“Maaf, saat melihatmu, aku jadi teringat dengan seseorang yang kukenal. Kamu sangat mirip dengan dia." Adrian berkata terbata-bata. Dia menggaruk kepala yang tidak gatal. Tiba-tiba merasa salah tingkah di depan wanita secantik Hanna."Perkenalkan, namaku Adrian. Ngomong-ngomong, siapa namamu? Sepertinya aku belum pernah melihatmu sebelumnya. Apa kamu juga alumni siswa di Sekolah Harapan Bangsa?” Adrian mengulurkan tangan pada Hanna. Dia merasa sangat penasaran dengan wanita cantik yang berdri di depannya itu. Hanna mengambil napas lega. Adrian tidak mengenalinya. Sekarang, saatnya dia beraksi. “Namaku Cindy. Baru satu bulan aku pindah di kota ini. Sebelumnya, aku tinggal di desa bersama nenekku. Jadi, kurasa kita memang belum pernah bertemu.” Dia menggenggam tangan Adrian sambil tersenyum manis. Netranya melirik sinis ke arah Elmira yang sedang berjalan mendekat.Tangan Adrian dan Hanna menyatu untuk beberapa menit lamanya. Mereka saling berpandangan lekat. Entah sihir apa yang dimi
PLAKSatu tamparan mendarat ke pipi Ricky. Hanna mendorong tubuh Ricky dengan kuat. “Jangan macam-macam kamu, Ricky,” ucapnya seraya mengacungkan tangan di depan wajah Ricky.“Hey, kamu kenapa, Hanna? Aku hanya bercanda, dan kamu menyerangku seakan aku ini penjahat.” Ricky memegangi pipinya yang memerah dan membentuk bekas tangan Hanna.Hanna menyadari telah keterlaluan memukul Ricky. “Maaf,” ucapnya terbata-bata. “Maaf, aku pikir kamu ingin....” ucapan Hanna terputus oleh tawa Ricky.“Tidak masalah. Aku memahaminya.” Ricky tertawa pelan. “Aku yang seharusnya meminta maaf karena telah membuatmu ketakutan tadi.” Dia berkata dengan santai, seolah tidak terjadi apa-apa di antara mereka.“Baiklah, Hanna! Sekarang, ayo kita nikmati pesta ini!” Ricky mengulurkan tangan pada Hanna, seolah dia adalah seorang pangeran yang sedang meminta kepada sang putri untuk berjalan bergandengan tangan bersamanya.Hanna berjalan melewati Ricky begitu saja tanpa memedulikan tangan Ricky yang masih terulur k
Hanna berdiri, dia berjalan menjauhi kursi melingkar tempat Ricky sedang duduk dan berdebat kusir dengan Elmira. Diam-diam Adrian mengikuti Hanna tanpa diketahui oleh Ricky dan Elmira.Hanna melihat toilet dan masuk ke dalam toilet itu. Di dalam toilet sedang sepi. Dia berdiri di depan cermin wastafel dan mengeluarkan secarik kertas dari dalam tas.Adrian melihat Hanna masuk ke dalam toilet. Dia menunggu di luar toilet itu dengan perasaan gelisah. Beberapa kali dia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan Elmira atau Ricky tidak mengikutinya.Hanna mulai membuka secara perlahan secarik kertas berisi tulisan dari Adrian. ‘Bisakah kita bertemu setelah acara reuni ini, Cindy? Aku ingin mengenalmu lebih dekat. Jika kamu setuju, kirimlah alamat rumahmu di nomer ini....’ Dia membaca secarik kertas itu dalam hati.Hanna tersenyum miring. Dia kembali melipat kertas tersebut dan memasukkannya kembali ke dalam tas kecil yang dia bawa. Dia berjalan ke luar toilet dan mendapati Adrian sedang
“Di mana rumahmu? Aku akan mengantarmu sampai rumah,” ujar Ricky seraya menyetir mobil. Sialnya, mobil Ricky tiba-tiba mogok.“Maafkan aku, Hanna. Bimo memang sering mogok. Apa kamu bisa menyetir mobil?" tanya Ricky. Bimo adalah sebutan Ricky untuk mobil bututnya. Hanna mengangguk pasti. "Baiklah, kalau begitu tolong setirin Bimo, biar aku mendorongnya,” ujar Ricky. Dia bergegas turun dan mendorong mobil butut itu.Saat sedang serius menyetir mobil yang didorong Ricky, tiba-tiba mobil Adrian menyalip. Mobil Adrian menghadang mobil Ricky hingga membuat Hanna terkejut.Adrian turun dari dalam mobil dan mengetuk jendela mobil Ricky. “Turunlah, Cindy. Aku akan mengantarmu pulang. Bukankah aku sudah bilang, kamu akan menderita jika hidup bersama pria miskin itu?” ujarnya seraya melirik sinis Ricky yang masih berada di belakang mobil.Ricky berjalan mendekati Adrian. Dia melihat jam tangan, lalu bertanya kepada Hanna, “Ini sudah malam, Cindy. Aku tidak masalah jika kamu pulang bersama Adri
“Ini sudah larut malam, Ricky. Bagaimana jika kamu ke sana sendiri saja? Aku harus pulang sekarang,” ucap Hanna. Dia tidak mau kemalaman sampai rumah. Bisa-bisa Adrian curiga kepadanya.“Baiklah, aku akan mengantarmu pulang lebih dulu,” ucap Ricky. “Di mana rumahmu?” lanjutnya bertanya.“Aku turun di sini saja. Tdak apa-apa. Rumahku sudah dekat. Kamu bisa kemalaman jika mengantarku pulang lebih dulu. Pergilah. Aku tahu kamu pasti mengkhawatirkan Elmira,” ucap Hanna. Dia membuka pintu hendak turun, tetapi berhenti sejenak setelah mengingat sesuatu.Hanna mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Dia memberikan ponsel itu kepada Ricky. “Tulislah nomermu di sini. Kamu masih berutang banyak kepadaku," ucapnya.Ricky bergegas menulis nomernya di ponsel Hanna. “Baiklah, terima kasih sudah mau menemaniku dan berpura-pura menjadi kekasihku malam ini. Jika butuh bantuan, kamu bisa menghubungiku kapan saja.” Dia mengembalikan ponsel Hanna setelah selesai memasukkan nomernya.Hanna berjalan pelan menu
“Pergilah, Reyhan! Atau aku akan melaporkanmu pada polisi,” ancam Elmira sembari kembali membuka mata. Saat dia membuka mata, bukan Reyhan yang berada di depannya, melainkan Ricky."Ricky?" Elmira melompat keluar dari tong sampah dan berlari mendekati Ricky. Dia berhambur ke pelukan Ricky sambil terisak-isak dan memejamkan mata. Rasa ketakutan masih menyelimuti hatinya.Ricky tidak tahu harus berbuat apa saat tiba-tiba Elmira berhambur ke pelukannya. Dia mengangkat tangan, hendak mendorong tubuh Elmira menjauh, tetapi tangisan Elmira membuatnya tidak tega. Akhirnya dia mengusap-usap pundak Elmira untuk menenangkan gadis itu.“Tenanglah, Elmira! Reyhan sudah pergi. Aku akan melindungimu,” ujar Ricky menenangkan Elmira.Elmira membuka mata dan mengangkat kepala menjauhi Ricky. “Maafkan aku," ucapnya seraya mengusap air mata. “Jangan salah paham. Aku tidak sengaja memelukmu. Aku, hanya sedang merasa takut,” ujarnya pada Ricky.“Tidak masalah. Aku mengerti. Ayo, aku akan mengantarmu pulan
"Jawab aku! Kenapa kamu ada di sini, Elmira?" Adrian mengulangi pertanyaannya. Dia memindai tubuh Elmira yang memakai pakaian laki-laki.Adrian menatap Ricky, lalu berjalan mendekatinya. "Apa yang kamu lakukan pada Elmira, hah?" teriak Adrian. Dia menatap tajam Ricky dan mengangkat tangan hendak menghajar wajah innocent pria di depannya itu.Sebelum Adrian memberikan pukulan, Ricky lebih dulu menangkis tangan Adrian. Dia tersenyum kecut. "Seharusnya kamu bertanya pada dirimu sendiri, Adrian. Di mana kamu semalam? Kamu meninggakkan Elmira sendirian di acara reuni. Elmira hampir saja mengalami situasi berbahaya karena itu," ucapnya pada Adrian.Adrian menatap Elmira dengan perasaan bersalah. "Apa itu benar, Elmira?" tanyanya lembut.Elmira mengangguk sedih. Dia kembali menangis mengingat kejadian semalam.Adrian mendekati Elmira. Dia mendekap gadis itu untuk menenangkannya.Ricky kembali tersenyum kecut. Dia memalingkan muka, merasa jijik melihat dua sejoli di hadapannya."Apa kalian su
Tiba waktunya pulang kerja. Saat berjalan di trotoar, tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di sampingnya. Seorang lelaki menurunkan kaca jendela mobil dan memindai Hanna dari ujung kepala hingga ujung kaki. Adegan ini mengingatkan Hanna pada Ricky. Namun kali ini Hanna lebih berdebar karena pria yang sedang dia hadapi adalah atasan kerjanya. "Ada apa, Pak?" tanya Hanna ragu-ragu. Dia bertanya-tanya di dalam hati, kesalahan apa yang dia perbuat sampai membuat marah atasannya. Apa Pak Alan sedang marah kepadanya? Dia memejamkan mata dan menundukkan kepala, menutupi rasa gugupnya. "Kamu pulang sendirian, Hanna?" Akan bertanya basa-basi. "Eh?" Hanna mengangkat wajahnya menatap Alan. Bibir ranumnya ternganga. "Bapak bertanya apa?" Dia bertanya untuk memastikan bahwa dia tidak salah dengar. "Apa kamu pulang sendirian?" Alan mengulangi pertanyaannya."Oh ya, saat di luar jam kantor, jangan memanggilku "bapak". Aku belum setia itu." Alan berkata dengan suara bariton. "Panggil aku "Alan
Hanna kembali ke ruang kerjanya. Dia tersenyum senang sambil menikmati makanan. Beruntung sekali rasanya, di saat perut sedang lapar, tiba-tiba sudah ada makanan siap tersaji di meja kerjanya. Jadi tidak perlu susah-susah memesan atau membeli makanan di luar kantor. Hanna terlalu asyik menikmati makanan hingga tidak menyadari jika diam-diam Alan sedang tersenyum memperhatikannya. Telepon Alan berdering. Lelaki itu segera mengangkat telepon dan berbicara pada orang di seberang. "Kamu tenang saja. Aku akan memastikan semuanya baik-baik saja. Dia aman di sini." Alan berbicara dengan suara bariton pada sesorang di seberang telepon. "Sebentar lagi jam kerja. Jangan terlalu sering menggangguku." Alan menutup telepon dengan cepat. Dia kembali memperhatikan Hanna dan tersenyum tipis. Adrian merebahkna tubuhnya di sofa depan televisi rumahnya. Dia bersendawa sambil memegangi perutnya yang kekenyangan.Hampir saja Adrian tertidur saat tiba-tiba pintu rumahnya berbunyi. Dengan malas Adrian
"Mengundurkan diri?" Hanna mengerutkan kening, tidak mengerti bisa-bisanya rekan kerjanya meminta dia untuk mengundurkan diri dan mundur dari pekerjaan yang baru saja dia dapatkan. Padahal, mendapatkan pekerjaan itu bukanlah hal yang mudah. Jika dia mundur, belum tentu dia bisa mendapatkan pekerjaan lagi. Terlebih, dia sangat butuh uang untuk menafkahi dirinya sendiri setelah perpisahannya dengan suami. Dia tidak mungkin mengundurkan diri begitu saja. "Iya, kamu harus mengundurkan diri secepatnya." Anita menatap tajam Hanna dan tersenyum sinis. Hanna membalas tatapan Anita, lalu berkata, "Memangnya apa urusanmu? Apa dengan menjadi sekretaris aku merugikanmu? Kenapa aku harus mengundurkan diri?" Dia benar-benar tidak mengerti. "Tentu saja. Bukankah sudah kubilang jika seharusnya akulah yang menjadi sekretaris direktur? Aku lebih lama kerja di sini dari pada kamu." Anita bersikukuh. "Maaf, Mbak Anita. Aku paham, sepertinya kamu sangat menginginkan posisi sebagai sekretaris. Namun, s
Hanna serius sekali mempelajari berkas-berkas yang ada di meja. Dia bertekad untuk bekerja dengan maksimal dan tidak ingin mengecewakan perusahaan yang telah menerimanya bekerja. Hanna masih merasa tatapan Alan tertuju kepadanya. Dia merasa risih dan salah tingkah. Karena merasa terus diperhatikan oleh Alan, konsentrasi Hanna menjadi terganggu. Apa ada yang salah dengan penampilannya? Hanna menoleh ke arah kaca dan merapikan kerudung hitam yang dia kenakan. Rasanya tidak ada yang aneh dengan penampilannya. Perusahaannya memperbolehkan karyawan wanitanya untuk berhijab. Apakah direkturnya itu sedang mengawasi pekerjaannya? Gawat, mungkin dia akan dipecat sewaktu-waktu jika ketahuan melakukan kesalahan. Hanna kembali sibuk membuka-buka berkas. Dia tidak ingin memberi kesan buruk pada direktur sekaligus pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Jam istirahat akhirnya tiba. Perut Hanna tiba-tiba berbunyi. Dia merasa sangat lapar karena tadi pagi lupa sarapan. Sepanjang pagi tadi dia bekerj
Elmira berjalan menjauh dari rumah Adrian dengan hati penuh dendam. Dia benaknya terus berputar bayangan saat Adrian mengusirnya dari rumah dan tidak mengakui calon bayi yang dikandungnya. "Kamu wanita licik, Elmira! Kamu pasti menggunakan alat itu untuk memaksaku menerimamu," teriak Adrian dengan tatapan mengerikan. "Aku tidak bohong. Bukankah kita pernah melakukannya? Ingatlah malam-malam saat kita bersama, Adrian," lirih Elmira. Tatapannya begitu memohon. Dia sangat berharap Adrian mau mengakui anak di kandungannya. "Kamu pikir aku percaya? Aku tidak akan pernah mempercayaimu, Elmira. Pergilah dari rumah ini. Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi." Kata-kata Adrian yang begitu menyakitkan bagi Elmira. "Oh ya? Kamu tidak percaya? Bagaimana kalau aku mempunyai bukti?" Elmira menantang Adrian. "Bukti apa yang kamu maksud?" Adrian tidak mau kalah. Dia tidak akan terpedaya oleh wanita licik seperti Elmira. "Bukti apa lagi, tentu saja bukti saat kita bercocok tanam." Elmira tersenyu
Hampir satu jam lamanya Hanna menunggu di bangku yang terletak di depan perusahaan PT. Cahaya Cosmetics. Sesekali dia melihat jam tangan. Hanna melihat beberapa orang mulai memasuki kantor perusahaan. "Bagaimana, Pak? Apa saya bisa bertemu dengan pemilik perusahaan ini?" Hanna kembali menghampiri seorang satpam dan bertanya. Belum sampai satpam itu menjawab, sorang berbadan kekar menghampiri Hanna. "Ehm, kamu bukannya wanita yang kemarin?" Lelaki kekar itu menatap lekat Hanna. Hanna membalas tatapan lelaki kekar itu. Memang, wajah dan perawakan lelaki itu tidak asing. Tapi di mana mereka pernah bertemu? Hanna mengingat-ingat. "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Hanna bertanya hati-hati. "Kamu melupakannya? Kamu wanita yang menabrakku kemarin, 'kan?" ucap lelaki berbadan kekar itu. Hanna baru mengingatnya. Dia laki-laki yang dia tabrak sebelum jadwal interview di perusahaan lain. Kejadian tabrakan yang membuatnya ketinggalan sesi interview dan kehilangan kesempatan untuk diter
Pagi-pagi sekali, Hanna sudah terbangun dan menyelesaikan semua pekerjaan rumah. Dia membuka ponsel dan tersenyum ketika melihat pesan dari Ricky. Dia segera berdiri dan bersiap-siap. Hari ini dia akan pergi ke alamat yang dikirimkan Ricky. Sebuah perusahaan yang tidak terlalu besar. Tidak mengapa. Itu saja sudah cukup, dari pada tidak memiliki pekerjaan sama sekali. Hanna merapikan kemeja panjang yang ia kenakan, lalu berjalan cepat mendekati bangunan perusahaan. Bukan gedung yang tinggi. Bangunan perusahaan itu lebih mirip dengan rumah sederhana. Di depan bangunan itu bisa dibaca dengan jelas papan bertuliskan PT. Cahaya Cosmetics. Rupanya selama ini Ricky menjadi agen kosmetik yang diproduksi oleh perusahaan milik sepupunya sendiri. Itu tidak terlalu buruk. "Maaf, ada yang bisa dibantu, Bu?" Seorang satpam berusia setengah baya dan berkumia datang mendekati Hanna. "Maaf, Pak. Saya ingin bertemu pemilik perusahaan ini." Hanna menjawab pasti. "Maaf, Bu. Tapi apa Ibu sudah membua
Hari ini, terhitung sudah lima kali Adrian bolak-balik ke kamar mandi. Makanan dari Elmira telah sukses membuat perut Adrian error. Entah apa yang diberikan Elmira ke dalam makanan itu hingga membuat isi perut Adrian terkuras habis. Bukannya kenyang, sekarang dia malah kelaparan. Adrian melirik jam tangan. Dia ingin pergi untuk membeli makanan, tetapi hari sudah larut. Ah, seandainya Hanna masih di rumah itu, Hanna tak akan membiarkan dirinya kelaparan. Adrian memutuskan untuk merebahkan tubuhnya di tempat tidur sambil memegangi perut, menahan lapar. Sementara itu, di tempat tidur lain, Hanna sedang bersiap untuk tidur. Dia terlihat tidak bersemangat. 'Jangan sedih, Hanna. Masih ada kesempatan yang lain. Terus berdoa dan berusaha. Semoga lain kali kamu beruntung.' Monolog Hanna dalam hati.Sebuah bayangan terlintas di benak Hanna. Wanita itu sedang mengingat kejadian pagi tadi di perusahaan tempatnya melamar kerja.Seorang lelaki kekar mengulurkan tangannya pada Hanna yang sedang t
"Jika kamu tidak mau pulang menemui Adrian, kamu bisa tinggal di rumahku untuk sementara waktu, Hanna. Sementara itu, kamu bisa memikirkan lagi tentang keputusanmu bercerai. dengan Adrian." Ricky berkata hati-hati. Tidak ingin menyinggung perasaan Hanna. "Keputusanku sudah bulat. Aku mau bercerai dengannya," tegas Hanna. Tidak ada sedikit pun keraguan dalam kata-katanya."Kamu yakin?" Ricky menyipitkan mata menatap Hanna. Dia bertanya ragu-ragu. "Kamu meragukanku? Apa menurutmu aku harus melanjutkan hubunganku dengan pria seperti dia?" Hanna balik bertanya. Dia tahu jika Ricky tidak pernah menyukai Adrian. Seharusnya dia mendukung keputusannya bercerai, bukan malah mempertanyakan dan meragukannya. "Bukan seperti itu maksudku. Justru aku merasa salut kepadamu karena berani mengambil keputusan tegas itu." Ricky menjelaskan. "Kebanyakan wanita yang hanya menjadi ibu rumah tangga tanpa bekerja akan berpikir seribu kali untuk bercerai dengan suaminya. Jika mereka bercerai dengan suamin