“Dia bercinta dengan wanita lain di saat kami berpesta bersama. aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Devon menghianatiku, dan ya...” suara Alexa menghilang, dia menghapus air matanya yang terjatuh. “Aku juga sudah menikah dengan laki-laki pilihan ayahku.”Daniel terperangah semakin dibuat terkejut dan tidak percaya. “Jangan gila Alexa. Tidak mungkin Devon melakukan ini padamu, aku tahu betul seberapa sayangnya Devon padamu,” ucap Daniel masih tidak percaya.“Aku juga tidak pernah percaya bahwa ini akan terjadi, tapi pada kenyataannya begitu, Dev mengkhianatiku,” tekan Alexa tampak frustasi.Daniel terdiam sesaat tampak tidak enak hati melihat mata Alexa yang menyiratkan jika hatinya masih sangat terluka atas pengkhianatan Devon. Daniel berdeham pelan mencoba untuk memecahkan ketegangan.“Lalu, mengenai pernikahanmu, bagaimana bisa?” Daniel mengalihkan topic pembicaraan.“Aku sudah dijodohkan dengan pria lain sejak berpacaran bersama Devon, dan aku tidak memiliki pilihan lain sela
***Pertengkaran yang tidak diketahui penyebab sebenarnya menciptakan keregangan di antara Alexa dan Lucas yang baru akan membangun hubungan baik.Lucas terlihat tidak begitu menyesal karena sudah menciptakan kekacauan, namun dia merasa bersalah karena sudah berbuat kasar kepada Alexa.Saat lucas kembali ke kamar, Alexa sudah tertidur meringkuk membelakanginya, rasa bersalah kian terasa di hati Lucas begitu melihat tubuh kecil Alexa yang tengah membelakanginya.Seharusnya malam ini mereka bersenang-senang dengan bahagia, bukan kembali bertengkar.Lucas menyadari jika dia tidak pandai mengontrol amarahnya, kecemburuan terkadang meledak-ledak seperti orang gila, termasuk dengan apa yang telah terjadi satu jam lalu.Lucas terbutakan cemburu dan amarah pada Daniel yang mengingatkan dirinya pada kenangan kelam yang sejak dulu selalu ingi dia lupakan.Lucas duduk di tepi ranjang dan memunggungi Alexa. Kedua tangan Lucas saling bertaut, pria itu memandangi langit kota Caracas yang samar ber
Lucas tersenyum konyol, ada sebuah kelegaan yang tersirat di wajahnya setelah mengatakan semuanya, untuk malam ini dia akan bercerita cukup sampai di sini saja.Lucas beranjak dari duduknya dan berpindah ke sofa, Lucas membaringkan diri di sofa dengan kaki yang sedikit menekuk karena kependekan.Perlahan Lucas memejamkan matanya, mencoba untuk tertidur.Alexa yang sejak tadi diam tidak bergerak dan terlihat tertidur itu, kini perlahan membuka matanya dan menghapus sudut matanya yang berair.Sesungguhnya, sejak Lucas masuk ke dalam kamar, Alexa belum benar-benar tidur, dia hanya berpura-pura agar tidak terlibat percakapan apapun dengan Lucas. Alexa sama sama sekali tidak menyangka akan mendengarkan cerita Lucas yang kelam dan menyakitkan. Alexa sedikit tersadar jika segala sesuatu yang terjadi pada sikap Lucas ternyata memiliki banyak alasan-alasan dibaliknya.Alexa bergerak dan turun dari ranjang, di dapatinya Lucas tengah tertidur di sofa.Alexa berjongkok di sisi sofa, dia melihat
Hari ke dua di Venezuela tampaknya masih dipadati banyak pekerjaan Lucas, setelah sibuk bekerja akhirnya siang ini Lucas memiliki waktu untuk menemaninya jalan-jalan seperti apa yang telah dijanjikan.Cuaca panas kota Caracas hari ini cukup terasa, hembusan angin yang kuat menggerakan rambut Alexa.Bola mata Alexa bergerak pelan, melihat pemandangan sekitar jalanan yang dilewatinya.“Kenapa orang-orang naik bus sejak tadi?” Tanya Alexa menunjuk orang-orang yang membawa koper dan ransel beramai-ramai, mereka berjalan kaki secara berkelompok besar dan terlihat seperti akan bepergian jauh.Lucas membelokan arah kendaraannya tanpa berminat melihat apa yang telah ditunjuk oleh Alexa. “Mereka beramai-ramai angkat kaki dari negara ini.”Tubuh Alexa menegak kaget, sekaligus penasaran. “Kenapa?”“Semenjak kematian presiden Hugo Chavez di tahun 2013 Venezuela mengalami krisis ekonomi yang menajam. Mata uang mereka melemah, satu dollar AS adalah enam koma tiga juta Bolivar, tingkat inflasi sanga
“Aku tidak menyangka kita bertemu di sini” Melby tertawa memecahkan ketegangan semua orang. “Bagaimana kabar kalian?”Lucas menegakan tubuhnya, melihat Melby dengan penuh kewaspadaan. Lucas khawatir jika kedatangan Melby membawa Devon kemari untuk mengatakan sesuatu kepada Alexa, mustahil jika mereka datang dan bertemu karena ketidak sengajaan.Lucas bergerak gelisah, melihat tatapan sensual sekaligus mengancam dari Melby. Lucas khawatir jika wanita itu datang kemari untuk mengatakan suatu kebenaran pada Alexa.Pandangan Lucas dan Melby bertemu, tersirat jelas di mata Melby jika dia menginginkan sesuatu.“Kami baik,” suara Alexa yang menjawab samar terdengar di pendengaran Lucas.Melby semakin tersenyum lebar. “Kalian akan lama di sini? Mungkin kita bisa liburan bersama.”Alexa menggeleng dengan berat, sekilas dia melirik Devon yang sejak tadi diam dan berusaha menenangkan diri dari ketegangan. Tidak mudah menerima kenyataan jika gadis yang selama ini selalu berada di sisinya lepas be
Lucas berdiri di kejauhan, dia menatap tajam dan waspada pada Devon dan Alexa yang tengah berbicara. Setiap gerak di mulut mereka tidak lepas dari perhatiannya yang risau jika Alexa akan segera mengetahui apa yang sudah dia lakukan.Lucas sendiri tidak menyangka jika Melby akan berhubungan dengan Devon setelah menjebaknya, rupanya Lucas sudah salah memerintah seseorang.Sepasang tangan tiba-tiba memeluknya dari belakang. Tanpa terduga Melby mengecup tengkuk Lucas dan menjatuhkan kepalanya di bahu kokoh pria itu. “Aku sangat merindukanmu sayang.”“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Lucas dengan penuh tekanan.“Aku memiliki pekerjaan bersama Devon. Dia cukup kaya dan orang tuanya sebagai public figure sangat menguntungkanku,” jawab Melby setengah tersenyum, tangannya yang memeluk Lucas meraba perut pria itu mencoba menggoda.“Lepaskan!” Perintah Lucas seraya menepis pelukan Melby.“Lucas, santailah.”Lucas berbalik dan berhadapan dengan Melby. “Aku tidak tahu apa tujuanmu sebenarnya M
Italia, VeronaAlexa menopang dagunya melihat ke luar jendela mobil, bola matanya bergerak pelan melihat pemandangan berbeda Verona. Sudah melewati banyak perjalanan, akhir dia dan Lucas sampai ke kota Verona, Alexa tidak tahu kemana lagi Lucas akan membawanya pergi.Verona, tempat ini menyimpan banyak kenangan dirinya dengan Devon. Dulu Alexa sering kabur hanya untuk bisa menemani Devon di acara peragaan busana Verona.Mengingat Devon, tiba-tiba Alexa kembali teringat pertemuan singkatnya dengan Devon di Caracas.Masih ada sesuatu yang mengganjal di hati Alexa saat melihat mata Devon, Alexa bisa merasakan masih ada banyak hal yang ingin Devon katakan kepadanya.“Ayo Alexa,” suara Lucas yang memanggil menyentak lamunan Alexa.Ternyata mereka sudah sampai di tempat tujuan.Lucas membawa Alexa pergi kesebuah apartementnya.Sesudah mengantar Alexa ke apartement, Lucas meninggalkan beberapa kartu dan dua pengawalan untuk Alexa karena Lucas harus langsung bekerja dan tidak bisa menemani Al
Sebuah taman bunga mawar dan violet tertata indah di sepanjang jalan, air mancur membundar membasahi patung Poseidon, lampu-lampu menyala menerangi keberadaan taman yang luas. Tidak banyak orang berada di taman itu sehingga membuat Alexa bisa leluasa bergerak.Lucas berdecak pinggang dengan wajah menekuk kesal, sementara Alexa bertengker di sepedanya dan tersenyum angkuh.Mereka pergi ke taman untuk bersepeda, namun sepanjang perjalanan mereka terus berdebat karena Lucas hanya mau menyewa satu sepeda meski dia tahu Alexa ingin mereka berdua memakai sepeda masing-masing dan berkeliling menikmati waktu yang santai.“Apa lagi yang kau mau? Kenapa diam saja? Bukankah tadi kau bilang ingin bersepeda?” tanya Lucas.“Tapi bukan ini yang kumau Lucas!”“Sialan Alexa, berhenti membuat hal yang sederhana menjadi sulit.”“Kau yang melakukannya, aku kan sudah bilang padamu sejak tadi. Aku ingin kita berdua bersepeda, bukan aku saja!” protes Alexa seraya membuang muka.Lucas membuang napasnya deng
Suara roda ranjang yang dorong berderak melewati setiap lorong rumah sakit, genggaman tangan Lucas mengerat memandangan Alexa yang terbaring kesakitan.Seorang dokter menahan langkah Lucas yang akan ikut memasuki ruangan bersalin, "Maaf Tuan, silahkan tunggu."“Aku ingin menemani isteriku, dia membutuhkan aku!” Geram Lucas tidak suka dengan siapapun yang mengahalangi keinginannya.“Anda ikuti prosedurnya, dengan begitu semuanya akan berjalan lebih cepat,” ucap dokter tersebut masih dengan ketanangan.“Tuan, sebaiknya ikuti apa yang di katakan Dokter. Biar Nyonya Alexa lebih cepat di tangani,” usul Shwan mengusap bahu Lucas agar tuannya bisa lebih tenang.Kemarahan Lucas sedikit berkurang, dengan terpaksa dia mundur dan memberi jalan dokter tersebut. Ketegangan dibahu Lucs mengedur, perlahan Lucas terduduk di kursi, memandang daun pintu yang masih tertutup rapat. Ledua tangannya saling bertautan memanjatkan do'a dan berusaha meredakan kecemasan juga rasa takutnya. “Nyonya Alexa akan
Kemurungan hati Lucas tampak jelas di raut wajahnya, Julian adalah sahabat satu-satunya yang dia miliki di muka bumi ini.Lucas mengerti, Julian telah jatuh cinta kepada kekasih Armin. Pria itu benci di usik karena kedatangan Armin dalam kebahagiannya.Kebingungan Lucas bertambah, dia tidak dapat menjauhkan Armin sedikit pun. Pria itu sama kuatnya dengan Julian.Suara deringan telepon masuk menjeda Lucas yang sempat akan membuka pintu mobil. “Shwan.”“Tuan,” suara napas Shwan memburu dan kasar, “nyonay Alexa kabur.”“Sialan!” maki Lucas murka. “Dapatkan dia sebelum membuat ulah!”“Iya, Tuan.”Decitan kasar suara mobil yang meninggalkan tempat sangat terdengar keras. Hati Lucas bergemuruh kesal dengan sikap manja Alexa yang tidak pernah berubah, bahkan dengan perut besarnya yang sekarang pun Alexa masih gemar membuat ulah.***Sorak suara penonton baseball bergemuruh penuh semangat, mereka menyanyikan lagu kebagsaan Neydish setelah pertarungan usai.Alexa berteriak merasakan euforia pe
Peluh keringat membasahi wajah Alexa, sesekali gadis itu menyekanya dengan punggung tangan dan melanjutkan untuk mendekor kamar untuk calon buah hatinya.Shwan dan para pengawal mengangkut beberapa barang, meletakannya sesuai dengan apa yang Alexa inginkan.Nuansa warna hijau sangat mencolok dengan banyaknya hiasan dinding, beberapa mainan sudah tersedia di dalam kurungan pagar. Sebuah teleskop berdiri kokoh di depan jendela, boneka-boneka pesawat kecil menggantung dan berputar di atas ranjang kecil bayi.Alexa menjatuhkan dirinya ke sofa, menyangga bawah perutnya yang semakin membesar dan membuatnya merasakan beban berat.“Nyonya” Shwan berdiri di hadapan Alexa. “Ada yang bisa saya kerjakan lagi?”Tubuh Alexa meringkuk di sofa, gerakan matanya melambat, ia menguap merasakan kantuk yang menyerang. “Apa aku boleh jalan-jalan?”Shwan tersenyum kaku. “Maaf Nyonya, sebaiknya Anda meminta izin pada Tuan Lucas terlebih dahulu,” jawabnya sebijak mungkin. Semakin bertambahnya usia kandunga
Enam bulan kemudian..Suara angin berhembus lembut menerpa dadaunan dan mejatuhkan ranting keringnya ke permukaan air.Hamparan rumput hijau membentang luas mengelilingi rumah baru Lucas dan Alexa. Rumah itu jauh dari kesan mewah seperti mansionnya di Hong Kong, namun deburan ombak di bawah tebing menjadi menjadi pesona tersendiri.Pemandangan di setiap sudut rumah mengarah pada kekuatan hedonisme, gedung-gedung menjulang kokoh di depan taman hiburan yang langsung mengarah ke laut.Club malam, hotel, dan sebuah kasino yang berkilauan di puncak tertinggi gedung, layaknya sebuah berlian raksasa yang menggambarkan kekayaan.Hekataran kincir berdiri kokoh telah menjadi penerang sebagian pulau itu.Jauh dari keramaian, jalanan yang luas membentang indah menembus, hutan dan kebun lavender yang menghidupi ratusan petani yang hidup di pinggiran sungai.Lucas berdiri di pinggiran tebing, berpegangan pada pagar sambil menikmati segelas anggur.Rambutnya bergerak mengikuti ke mana arah angin men
Dalam remang cahaya, Alexa duduk menikmati popcornnya sambil melihat layar depannya yang menampilkan film THE LEGO MOVIE 2: THE SECONDPART.Tanpa Alexa sadari, jika Lucas telah menyusul masuk dan duduk di sampingnya. Setelah perkataan Armin mengenai keadaan Alexa yang kemungkinan hamil berhasil membuat Lucas tidak bisa tidur sepanjang malam. Pria itu gelisah, tenggelam dalam renungan dan banyak kekhawatiran.Lucas masih trauma dengan kehamilan yang menimpa Lucy, dan Lucas belum siap menjadi seorang ayah.Lucas bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Apa yang kini harus dia lakukan?Lucas masih belum bisa menjadi suami yang baik untuk Alexa, dan kini Lucas harus memikirkan kemungkinan jika Alexa tengah mengandung anaknya.Tanggung jawab di tangan Lucas kian membesar.Sempat Lucas berpikir untuk meminta Alexa menggugurkan kandungannya, mungkin itu keputusan yang terbaik.Tapi, jauh di dalam lubuk hati Lucas, dia akan menjadi bajingan paling kotor dan menjijikan di dunia ini bila menolak k
Langkah Lucas langsung terhenti, dalam satu gerakan dia berbalik. Alexa langsung menjatuhkan tubuhnya ke lantai sambil memijat kepalanya.Dengan cepat Lucas berlari ke arah Alexa dan memeluknya. “Apa kau terluka?” Tanya Lucas khawatir. Alexa menggelengkan kepalanya membiarkan Lucas menggendongnya.“Di mana kamarmu?” Tanya Lucas dengan langkah lebarnya, Alexa menunjuk ke arah tangga menunjuk kamar pertama yang dulu sering dia gunakan ketika menginap di rumah Armin.Tubuh Alexa di baringkan di atas ranjang, Lucas menaikan selimut sampai dadanya. “Aku Akan memanggil Doker.”“Jangan!” jawab cepat Alexa,. “Armin juga Dokter. Dia bisa mengurusku,” cegah alexa mulai panik, setetes keringat dingin langsung membasahi pelipisnya.Lucas mengangguk sedih, mengusap helain rambut yang menempel di wajah Alexa. “Aku akan pesan makanan. Kamu mau apa?”Alexa menggeleng lemah, perutnya sudah sangat keras dan penuh tidak dapat menampung apapun lagi. “Aku tidak nafsu makan.”“Aku mohon Alexa, makanlah.
Armin bersedekap dan duduk santai melihat Alexa yang tengah duduk di depannya memakan sup dengan lahap, sepertinya belum cukup bagi Alexa makan dua loyang pizza.Namun, sepertinya dengan banyak makan cukup efektif bagi Alexa agar tidak menangis terus menerus, memikirkan perkataan Lucas yang berhasil mematahkan hatinya. Jika diteliti, Alexa memiliki nafsu makan yang lebih banyak dari biasanya. Alexa seorang model, biasanya dia akan pilih-pilih makanan, tapi sekarang ada sesuatu yang berbeda.“Kau memiliki pola makan yang berbeda dari biasanya,” komentar Armin.“Aku juga tidak tahu, satu minggu terakhir ini aku terus-terus suka makan dan ingin dekat-dekat dengan Lucas”“Benarkah?”Alexa termenung sedih dengan mulut yang mengunyah. “Awalnya aku sangat membencinya karena dia kasar dan bertempramen buruk, terkadang aku suka takut dengannya. Namun, setelah aku lebih dekat mengenal Lucas, aku merasa nyaman meski dia tidak selembut Dev. Meski Lucas sering membentakku dan memaksaku untuk berc
Dengan tangan terkepal Lucas berkata. “Jadi, kau lebih memilih temanmu dibandingkan aku? Apa itu artinya, kita harus bercerai Alexa?”Alexa tertunduk menatap dedaunan di tanah, air matanya berjatuhan membasahi tangangannya. Alexa tidak dapat berbicara lagi.“Lepaskan cincin pernikahan itu!” pinta Lucas.Alexa tersenyum getir melihat cincin pernikahannya yang masih tersemat di jari manisnya, dengan gemetar dan beruraian air mata Alexa melepaskannya.Hati Alexa semakin hancur dan sakit, perkataan Lucas sangat mengguncangnya. Alexa tahu letak kesalahannya, namun keputusan Lucas yang secepat ini tanpa beban sudah membuat Alexa menerka-nerka jika hubungan pernikahan mereka tidaklah sekuat yang Alexa pikirkan.Dengan kasar Armin mengambil cincinnya dari tangan Alexa. “Biar aku yang memberikannya Alexa, sekarang kau masuklah ke rumahku, ada yang harus aku katakan pada Lucas.”Tangis Alexa yang kuat terdengar lebih jelas, gadis itu merintih merasakan hatinya yang sangat sakit.Alexa berbalik
Dalam diam Alexa duduk di kusen jendela, tangannya menggenggam sebuah remote yang tidak dia ketahui seutuhnya.Tanpa rasa curiga apapun Lucas meninggalkannya pergi menyelesaikan semua keributan yang ada.Sudah kesekian kalinya Alexa memeriksa arah jam dinding karena sudah cukup lama dia menunggu.Sementara di tempat lain Lucas menggelar pertemuan penting. Kerusuhan yang baru terjadi satu hari itu telah mempengaruhi saham perusahaanya. Berkali-kali Alexa menguap dan menahan pegal di punggungnya, namun pandangannya masih fokus ke jalanan.Mobil yang di tunggunya datang..Alexa turun dari kusen jendela dan menutup gordengnya. Perlu waktu beberapa detik agar bagi Alexa menunggu mobil itu sampai di depan gerbang dan mendekat sebuah belokan halaman.Geggaman tangan Alexa menguat, ibu jarinya menekan tombol merah di remote.Sebuah ledakan dahsyat di bawah tanah berhasil melemparkan mobil box itu dengan mudah. Para pengawal Lucas berlari berhamburan mengeluarkan senjata mereka. “Tidak!” Tubuh