“Tunggu!” Teriak Lucas menggema, dia terbangun dari semua mimpi buruknya. Dengan napas tersenggal dan wajah berpeluh keringat, pandangannya mengedar waspada, dan di lihatnya sosok Alexa yang masih tertidur di sampingnya.Lucas membuang napasnya dengan kasar, merasakan ketegangan yang sangat nyata.Alis Lucas mengerut heran, merasakan tangannya yang menggenggam sesuatu dibalik selimut. Begitu Lucas mengangat kedua tangannya, pupil mata Lucas melebar, wajahnya pucat pasi tidak dapat menutupi keterkejutannya melihat sebuah belati di tangan kanannya dan sebuah botol kecil berisi beberapa tetes darah terlihat bercahaya berada di tangan kirinya.“Tidak mungkin” lirihnya dalam ketidak percayaan.Lucas tidak percaya jika ternyata apa yang terjadi di dalam mimpinya memang bukan hanya sebatas bunga tidur semata. Dan kini mimpi itu mengancam dirinya untuk mengambil keputusan.Lucas terbangun dan bergerak ke tepi mencoba untuk menetralkan ketegangannya. Dia harus berpikir tenang, sekilas dia meli
Alecas (jiwa Alexa dalam tubuh Lucas)LuXa (jiwa Lucas dalam tubuh Alexa)***“Tuan Armin akan menyelesaikan sarapannya dulu, beliau akan segera kembali,” ucap seorang pelayan memberitahu, pelayan itu segera kembali ke belakang.LuXa mendengus kesal, dia tidak suka menunggu, tapi LuXa sangat membutuhkan bantuan Armin. Dengan berat hati LuXa tetap duduk dan menunggu dibandingkan dengan mengomel.Beberapa kali LuXa mengatur napasnya dalam kebisuan, pria itu berusaha untuk tetap tenang di tengah pikirannya yang berkecamuk, terus terbayang mimpinya semalam.Jiwa Lucas khawatir, dia takut tidak bisa menaklukan hati Alexa dan semuanya akan berakhir dengan buruk.“Selamat pagi” Armin tersenyum menawan, menyambut kedatangan tamunya yang sudah hampir lima belas menit menunggu, tanpa mempedulikan kekesalan di wajah LuXa. “Mari ikut denganku,” ajak Armin mempersilahkan LuXa dan Alecas pergi ke tempat lain.Armin membawa Alecas dan LuXa pergi ke salah satu rumahnya lagi yang terletak di pinggir
Alecas (jiwa Alexa dalam tubuh Lucas)LuXa (jiwa Lucas dalam tubuh Alexa)***Wajah LuXa berubah pucat, pria itu tercekat kaget menatap tidak percaya. “Apa maksudmu?” tanya LuXa tidak percaya.“Bukankah di dalam mimpimu kau di beri pilihan? Jika kutukan kalian sudah tidak ada lagi, kemungkinan besar, semuanya akan kembali seperti semula, lebih tepatnya saat kau dan Alexa belum bertemu, kalian menjadi tidak saling mengenal lagi,” jelas Armin memberitahu.LuXa menggeleng, menolak apa yang telah dia dengar, dia tidak ingin kehilangan Alexa begitu saja setelah semua hal yang telah mereka lewati bersama-sama selama ini.“Berusahalah untuk membuat Alexa jatuh cinta padamu. Sejauh ini hanya itu yang bisa aku katakan padamu. Jika kau berhasil membuat Alexa jatuh cinta kepadamu, mungkin kalian berdua akan kembali bersama meski nanti sempat saling melupakan.”“Aku tidak ingin kehilangan Alexa apapun alasannya.”“Jika seperti itu maumu, menikahlah dengan Alexa secepatnya,” usul Armin.LuXa terdi
“Tuan Lucas, ini tidak hanya untuk menguji apakah Alexa akan jatuh cinta dengan tulus atau tidak, ini juga untuk mengingatkanmu, apakah kau menyesal dengan segala tidak tindakanmu jika mengingatnya.”“Sekarang keputusan ada di tanganmu. Tugas utamamu adalah membuat Alexa jatuh cinta, dan aku sudah memberikan jalan agar kau bisa menyentuhnya.”LuXa menghela napasnya dengan berar, ada sedikit senyuman yang terukir di bibirnya, untuk pertama kalinya setelah kejadian memuakan sepanjang pagi ini, akhirnya LuXa sedikit senang karena Armin membantunya untuk lebih intim dengan Alexa.LuXa senang bukan hanya karena masalah seks yang mungkin akan terjadi padanya dengan Alexa di waktu mendatang. Mudah untuknya tidur dengan wanita manapun yang dia mau, namun jika ini berkaitan dengan Alexa, LuXa cukup berdebar.Sudah cukup lama LuXa dan Alecas tinggal bersama dan mengenal satu sama lain, bahkan mengetahui tubuh masing-masing secara menyeluruh. Tinggal bersama Alecas tidaklah mudah, LuXa harus
Lucas berjalan keluar dengan tergesa-gesa begitu mobil yang di tumpanginya berhenti di depan mansion. Lucas tidak sabaran ingin bertemu dengan Alexa dan membicarakan apa yang sudah mereka diskusikan tadi pagi di rumah Armin. Tanpa sadar Lucas tersenyum sumringah membayangkan sesuatu.“Selamat datang Tuan,” Shwan menyambut kedatangan Lucas dan membukakan pintu untuknya.“Di mana Alexa?”“Sejak tadi Nona Alexa belum keluar dari kamarnya.”Tanpa bertanya dua kali, Lucas segera melangkah lebar, pergi menemui Alexa yang ada di kamarnya. Begitu sampai di depan kamarnya Lucas langsung masuk tanpa permisi.“Alexa kau di mana?” panggil Lucas dengan sedikit teriakan.Tidak berapa lama Alexa muncul dari kamar mandi, gadis itu hanya memakai handuk yang membelit tubuhnya.“Apa yang kau lakukan?”“Aku baru selesai mandi,” jawab Alexa polos, gadis itu tidak tahu jika ketika Lucas terjebak di dalam tubuhnya, Lucas sudah memandikannya.Dalam langkah pelannya Alexa mendekat. “Ada apa?” tanya Alexa.Luc
“Maaf Tuan. Tuan Julian menelpon, ini tentang Jetbuss yang sedang di produksi,” jawab Shwan di luar. “Beliau berpesan ingin melakukan zoom meeting malam ini karena beliau baru memiliki waktu senggang.”Lucas mengacak-ngacak rambutnya dengan frustasi, “Nanti aku buhungi.”“Baik,” jawab Shwan segera pergi.Perhatian Lucas kembali tertuju pada Alexa sepenuhnya, dia membungkuk dan mencium kening Alexa dengan lembut, lalu turun ke pipi, hidung dan bibirnya.Wajah Alexa memerah malu, dia berdebar dengan perlakuan lembut Lucas yang tidak seperti biasanya.Lucas mulai melepaskan pakaian Alexa hingga gadis itu sepenuhnya telanjang. Dia ikut melepaskan kemejanya dengan cepat dan melemparkannya ke sembarangan tempat.Lucas kembali mencium Alexa dan melanjutkan cumbuannya yang memabukan.“Sentuhlah aku Alexa,” bisik Lucas sedikit memohon.Alexa terlihat ragu, namun pada akhirnya gadis itu memberanikan diri menyentuh setiap lekuk otot Lucas dengan segala sikap polos dan kurang pengalaman diriny
Baru sampai Lucas di depan pintu, Alexa membuka pintu lebih dulu.“Kau mau ke mana?” Lucas mengerutkan keningnya tidak suka, melihat Alexa sudah berpakaian lengkap lagi dan terlihat bersiap-siapa akan pergi.“Aku lapar Lucas.”“Aku lebih lapar Alexa,” jawab Lucas.“Kita bisa makan lebih dulu.”“Aku ingin memakanmu lebih dulu,” jawab Lucas lagi dengan cepat, tanpa menunggu jawaban dan persetujuan Alexa, Lucas langsung menarik tangan Alexa, membawanya masuk kembali ke kamar.Begitu pintu kamar ditutup, Lucas langsung menyerang Alexa dengan ciuman yang dalam, tidak memberikan kesempatan untuk gadis itu pergi apalagi menolak.Alexa terbawa suasana, keterbiasaannya menerima sentuhan Lucas membuatnya merasa nyaman dan tidak ragu membalas, memeluk leher Lucas begitu pria itu memangku tubuhnya dengan mudah, membawanya pergi menuju ranjang tanpa melepaskan ciuman mereka.Alexa menjauhkan wajahnya dan bernapas kasar bercampur rintihan, meraskan sapuan basah cumbuan Lucas di sepanjang leher menu
Lucas mengaduk-ngaduk makanannya tanpa selera, matanya masih melihat ke arah paha Alexa yang duduk di sampingnya.Otak Lucas sudah di kuasai selangkangan, pria itu sudah tidak bisa berpikir apapun lagi.“Sekarang Alexa sudah lulus sekolah, hubungan Lucas dan Alexa juga sudah berkembang pesat lebih dari apa yang kita harapkan. Bagaimana jika kita melanjutkan pembahasan pernikahan mereka berdua?” tanya Caroline angkat bicara.Connor memperhatikan Alexa dan Lucas bergantian, “Aku tidak keberatan. Sekarang semuanya tergantung pada Alexa Lucas.”“Kita sudah pernah membicarakan hal ini sebelumnya, Alexa dan Lucas juga setuju.”Connor terperanjat kaget. “Apa itu benar Alexa?”Wajah Alexa sedikit terangkat, gadis itu menyunggingkan sebuah senyuman yang memaksakan. Perasaan Alexa tidak menjadi tidak menentu karena semua orang tiba-tiba membicarakan pernikahan yang sama sekali tidak pernah dia pikirkan akan terjadi dalam waktu cepat, terlebih Alexa harus melakukannya dengan Lucas William.“Be
Suara roda ranjang yang dorong berderak melewati setiap lorong rumah sakit, genggaman tangan Lucas mengerat memandangan Alexa yang terbaring kesakitan.Seorang dokter menahan langkah Lucas yang akan ikut memasuki ruangan bersalin, "Maaf Tuan, silahkan tunggu."“Aku ingin menemani isteriku, dia membutuhkan aku!” Geram Lucas tidak suka dengan siapapun yang mengahalangi keinginannya.“Anda ikuti prosedurnya, dengan begitu semuanya akan berjalan lebih cepat,” ucap dokter tersebut masih dengan ketanangan.“Tuan, sebaiknya ikuti apa yang di katakan Dokter. Biar Nyonya Alexa lebih cepat di tangani,” usul Shwan mengusap bahu Lucas agar tuannya bisa lebih tenang.Kemarahan Lucas sedikit berkurang, dengan terpaksa dia mundur dan memberi jalan dokter tersebut. Ketegangan dibahu Lucs mengedur, perlahan Lucas terduduk di kursi, memandang daun pintu yang masih tertutup rapat. Ledua tangannya saling bertautan memanjatkan do'a dan berusaha meredakan kecemasan juga rasa takutnya. “Nyonya Alexa akan
Kemurungan hati Lucas tampak jelas di raut wajahnya, Julian adalah sahabat satu-satunya yang dia miliki di muka bumi ini.Lucas mengerti, Julian telah jatuh cinta kepada kekasih Armin. Pria itu benci di usik karena kedatangan Armin dalam kebahagiannya.Kebingungan Lucas bertambah, dia tidak dapat menjauhkan Armin sedikit pun. Pria itu sama kuatnya dengan Julian.Suara deringan telepon masuk menjeda Lucas yang sempat akan membuka pintu mobil. “Shwan.”“Tuan,” suara napas Shwan memburu dan kasar, “nyonay Alexa kabur.”“Sialan!” maki Lucas murka. “Dapatkan dia sebelum membuat ulah!”“Iya, Tuan.”Decitan kasar suara mobil yang meninggalkan tempat sangat terdengar keras. Hati Lucas bergemuruh kesal dengan sikap manja Alexa yang tidak pernah berubah, bahkan dengan perut besarnya yang sekarang pun Alexa masih gemar membuat ulah.***Sorak suara penonton baseball bergemuruh penuh semangat, mereka menyanyikan lagu kebagsaan Neydish setelah pertarungan usai.Alexa berteriak merasakan euforia pe
Peluh keringat membasahi wajah Alexa, sesekali gadis itu menyekanya dengan punggung tangan dan melanjutkan untuk mendekor kamar untuk calon buah hatinya.Shwan dan para pengawal mengangkut beberapa barang, meletakannya sesuai dengan apa yang Alexa inginkan.Nuansa warna hijau sangat mencolok dengan banyaknya hiasan dinding, beberapa mainan sudah tersedia di dalam kurungan pagar. Sebuah teleskop berdiri kokoh di depan jendela, boneka-boneka pesawat kecil menggantung dan berputar di atas ranjang kecil bayi.Alexa menjatuhkan dirinya ke sofa, menyangga bawah perutnya yang semakin membesar dan membuatnya merasakan beban berat.“Nyonya” Shwan berdiri di hadapan Alexa. “Ada yang bisa saya kerjakan lagi?”Tubuh Alexa meringkuk di sofa, gerakan matanya melambat, ia menguap merasakan kantuk yang menyerang. “Apa aku boleh jalan-jalan?”Shwan tersenyum kaku. “Maaf Nyonya, sebaiknya Anda meminta izin pada Tuan Lucas terlebih dahulu,” jawabnya sebijak mungkin. Semakin bertambahnya usia kandunga
Enam bulan kemudian..Suara angin berhembus lembut menerpa dadaunan dan mejatuhkan ranting keringnya ke permukaan air.Hamparan rumput hijau membentang luas mengelilingi rumah baru Lucas dan Alexa. Rumah itu jauh dari kesan mewah seperti mansionnya di Hong Kong, namun deburan ombak di bawah tebing menjadi menjadi pesona tersendiri.Pemandangan di setiap sudut rumah mengarah pada kekuatan hedonisme, gedung-gedung menjulang kokoh di depan taman hiburan yang langsung mengarah ke laut.Club malam, hotel, dan sebuah kasino yang berkilauan di puncak tertinggi gedung, layaknya sebuah berlian raksasa yang menggambarkan kekayaan.Hekataran kincir berdiri kokoh telah menjadi penerang sebagian pulau itu.Jauh dari keramaian, jalanan yang luas membentang indah menembus, hutan dan kebun lavender yang menghidupi ratusan petani yang hidup di pinggiran sungai.Lucas berdiri di pinggiran tebing, berpegangan pada pagar sambil menikmati segelas anggur.Rambutnya bergerak mengikuti ke mana arah angin men
Dalam remang cahaya, Alexa duduk menikmati popcornnya sambil melihat layar depannya yang menampilkan film THE LEGO MOVIE 2: THE SECONDPART.Tanpa Alexa sadari, jika Lucas telah menyusul masuk dan duduk di sampingnya. Setelah perkataan Armin mengenai keadaan Alexa yang kemungkinan hamil berhasil membuat Lucas tidak bisa tidur sepanjang malam. Pria itu gelisah, tenggelam dalam renungan dan banyak kekhawatiran.Lucas masih trauma dengan kehamilan yang menimpa Lucy, dan Lucas belum siap menjadi seorang ayah.Lucas bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Apa yang kini harus dia lakukan?Lucas masih belum bisa menjadi suami yang baik untuk Alexa, dan kini Lucas harus memikirkan kemungkinan jika Alexa tengah mengandung anaknya.Tanggung jawab di tangan Lucas kian membesar.Sempat Lucas berpikir untuk meminta Alexa menggugurkan kandungannya, mungkin itu keputusan yang terbaik.Tapi, jauh di dalam lubuk hati Lucas, dia akan menjadi bajingan paling kotor dan menjijikan di dunia ini bila menolak k
Langkah Lucas langsung terhenti, dalam satu gerakan dia berbalik. Alexa langsung menjatuhkan tubuhnya ke lantai sambil memijat kepalanya.Dengan cepat Lucas berlari ke arah Alexa dan memeluknya. “Apa kau terluka?” Tanya Lucas khawatir. Alexa menggelengkan kepalanya membiarkan Lucas menggendongnya.“Di mana kamarmu?” Tanya Lucas dengan langkah lebarnya, Alexa menunjuk ke arah tangga menunjuk kamar pertama yang dulu sering dia gunakan ketika menginap di rumah Armin.Tubuh Alexa di baringkan di atas ranjang, Lucas menaikan selimut sampai dadanya. “Aku Akan memanggil Doker.”“Jangan!” jawab cepat Alexa,. “Armin juga Dokter. Dia bisa mengurusku,” cegah alexa mulai panik, setetes keringat dingin langsung membasahi pelipisnya.Lucas mengangguk sedih, mengusap helain rambut yang menempel di wajah Alexa. “Aku akan pesan makanan. Kamu mau apa?”Alexa menggeleng lemah, perutnya sudah sangat keras dan penuh tidak dapat menampung apapun lagi. “Aku tidak nafsu makan.”“Aku mohon Alexa, makanlah.
Armin bersedekap dan duduk santai melihat Alexa yang tengah duduk di depannya memakan sup dengan lahap, sepertinya belum cukup bagi Alexa makan dua loyang pizza.Namun, sepertinya dengan banyak makan cukup efektif bagi Alexa agar tidak menangis terus menerus, memikirkan perkataan Lucas yang berhasil mematahkan hatinya. Jika diteliti, Alexa memiliki nafsu makan yang lebih banyak dari biasanya. Alexa seorang model, biasanya dia akan pilih-pilih makanan, tapi sekarang ada sesuatu yang berbeda.“Kau memiliki pola makan yang berbeda dari biasanya,” komentar Armin.“Aku juga tidak tahu, satu minggu terakhir ini aku terus-terus suka makan dan ingin dekat-dekat dengan Lucas”“Benarkah?”Alexa termenung sedih dengan mulut yang mengunyah. “Awalnya aku sangat membencinya karena dia kasar dan bertempramen buruk, terkadang aku suka takut dengannya. Namun, setelah aku lebih dekat mengenal Lucas, aku merasa nyaman meski dia tidak selembut Dev. Meski Lucas sering membentakku dan memaksaku untuk berc
Dengan tangan terkepal Lucas berkata. “Jadi, kau lebih memilih temanmu dibandingkan aku? Apa itu artinya, kita harus bercerai Alexa?”Alexa tertunduk menatap dedaunan di tanah, air matanya berjatuhan membasahi tangangannya. Alexa tidak dapat berbicara lagi.“Lepaskan cincin pernikahan itu!” pinta Lucas.Alexa tersenyum getir melihat cincin pernikahannya yang masih tersemat di jari manisnya, dengan gemetar dan beruraian air mata Alexa melepaskannya.Hati Alexa semakin hancur dan sakit, perkataan Lucas sangat mengguncangnya. Alexa tahu letak kesalahannya, namun keputusan Lucas yang secepat ini tanpa beban sudah membuat Alexa menerka-nerka jika hubungan pernikahan mereka tidaklah sekuat yang Alexa pikirkan.Dengan kasar Armin mengambil cincinnya dari tangan Alexa. “Biar aku yang memberikannya Alexa, sekarang kau masuklah ke rumahku, ada yang harus aku katakan pada Lucas.”Tangis Alexa yang kuat terdengar lebih jelas, gadis itu merintih merasakan hatinya yang sangat sakit.Alexa berbalik
Dalam diam Alexa duduk di kusen jendela, tangannya menggenggam sebuah remote yang tidak dia ketahui seutuhnya.Tanpa rasa curiga apapun Lucas meninggalkannya pergi menyelesaikan semua keributan yang ada.Sudah kesekian kalinya Alexa memeriksa arah jam dinding karena sudah cukup lama dia menunggu.Sementara di tempat lain Lucas menggelar pertemuan penting. Kerusuhan yang baru terjadi satu hari itu telah mempengaruhi saham perusahaanya. Berkali-kali Alexa menguap dan menahan pegal di punggungnya, namun pandangannya masih fokus ke jalanan.Mobil yang di tunggunya datang..Alexa turun dari kusen jendela dan menutup gordengnya. Perlu waktu beberapa detik agar bagi Alexa menunggu mobil itu sampai di depan gerbang dan mendekat sebuah belokan halaman.Geggaman tangan Alexa menguat, ibu jarinya menekan tombol merah di remote.Sebuah ledakan dahsyat di bawah tanah berhasil melemparkan mobil box itu dengan mudah. Para pengawal Lucas berlari berhamburan mengeluarkan senjata mereka. “Tidak!” Tubuh