Baru sampai Lucas di depan pintu, Alexa membuka pintu lebih dulu.“Kau mau ke mana?” Lucas mengerutkan keningnya tidak suka, melihat Alexa sudah berpakaian lengkap lagi dan terlihat bersiap-siapa akan pergi.“Aku lapar Lucas.”“Aku lebih lapar Alexa,” jawab Lucas.“Kita bisa makan lebih dulu.”“Aku ingin memakanmu lebih dulu,” jawab Lucas lagi dengan cepat, tanpa menunggu jawaban dan persetujuan Alexa, Lucas langsung menarik tangan Alexa, membawanya masuk kembali ke kamar.Begitu pintu kamar ditutup, Lucas langsung menyerang Alexa dengan ciuman yang dalam, tidak memberikan kesempatan untuk gadis itu pergi apalagi menolak.Alexa terbawa suasana, keterbiasaannya menerima sentuhan Lucas membuatnya merasa nyaman dan tidak ragu membalas, memeluk leher Lucas begitu pria itu memangku tubuhnya dengan mudah, membawanya pergi menuju ranjang tanpa melepaskan ciuman mereka.Alexa menjauhkan wajahnya dan bernapas kasar bercampur rintihan, meraskan sapuan basah cumbuan Lucas di sepanjang leher menu
Lucas mengaduk-ngaduk makanannya tanpa selera, matanya masih melihat ke arah paha Alexa yang duduk di sampingnya.Otak Lucas sudah di kuasai selangkangan, pria itu sudah tidak bisa berpikir apapun lagi.“Sekarang Alexa sudah lulus sekolah, hubungan Lucas dan Alexa juga sudah berkembang pesat lebih dari apa yang kita harapkan. Bagaimana jika kita melanjutkan pembahasan pernikahan mereka berdua?” tanya Caroline angkat bicara.Connor memperhatikan Alexa dan Lucas bergantian, “Aku tidak keberatan. Sekarang semuanya tergantung pada Alexa Lucas.”“Kita sudah pernah membicarakan hal ini sebelumnya, Alexa dan Lucas juga setuju.”Connor terperanjat kaget. “Apa itu benar Alexa?”Wajah Alexa sedikit terangkat, gadis itu menyunggingkan sebuah senyuman yang memaksakan. Perasaan Alexa tidak menjadi tidak menentu karena semua orang tiba-tiba membicarakan pernikahan yang sama sekali tidak pernah dia pikirkan akan terjadi dalam waktu cepat, terlebih Alexa harus melakukannya dengan Lucas William.“Be
Armin duduk di tepi ranjang, melihat Alexa yang kembali mengunci pintu, sejenak gadis itu berdiri dan bersandar, saling melihat dengan Armin. Tidak berapa lama Alexa berlari, memeluk Armin dan menangis lebih keras.Armin yang bisa memahami situasi yang terjadi tidak berbicara apapun, pria itu membalas pelukan Alexa tanpa berkata apapun dan menunggu Alexa kembali mendapatkan ketenagannya kembali.“Aku benci Lucas! Tolong bantu aku keluar dari rumah ini, aku benar-benar tidak tahan,” rintih Alexa terdengar tersiksa.Armin tidak menjawab, pria itu menepuk-nepuk bahu Alexa dan mendengarkan semua keluh kesahnya yang tidak nyaman diperlakukan semena-mena.“Aku mohon Armin, bantu aku keluar dari rumah ini. Katakan pada Ayah, aku tidak mau menikah dengannya,” Alexa memohon dan menguraikan pelukannya.“Berhentilah menangis Lex, tenangkan dirimu lebih dulu agar kita bisa bicara,” nasihat Armin mengusap wajah Alexa yang sudah basah oleh air mata.Beberapa kali Alexa mengatur napasnya, lalu duduk
“Kenapa lama sekali?” Bentak Lucas begitu melihat Armin di balik pintu, tatapannya tajam menyelidik di penuhi kecurigaan.Sebenarnya Lucas berharap jika kedatangan Armin bisa membantunya, namun dibandingkan dengan lega, kini Lucas merasa cemburu, Alexa lebih memilih berbicara dengan pria itu di bandingkan dengan dirinya, dan Lucas benci mengetahui jika Armin cinta pertama Alexa.Armin memasukan kedua tangannya ke dalam saku celananya, pria itu balik menatap tajam Lucas penuh penghakiman.“Ada apa?” tanya Lucas menyadari sesuatu.“Ikut aku,” titah Armin dengan nada dinginnya, tanpa menunggu persetujuan Lucas, pria itu pergi menuju ujung ruangan agar bisa jauh dari keberadaan kamar Alexa.“Kau sangat tidak menghargainya, Tuan Lucas. Aku benar-benar tidak mengerti dengan isi pikiranmu,” ucap Armin memulai percakapan yang serius.Kening Lucas mengerut samar, tidak memahami apa yang sebenarnya Armin katakan kepadanya. “Apa maksudmu?”Armin membuang napasnya dengan berat, pria itu berbalik
Lamaran yang tidak normal dan pernikahan dadakan yang terjadi di tengah malam berhasil membuat banyak orang bekerja ekstra keras, termasuk kantor urusan pernikahan yang dibuka ditengah malam karena terror dari gerombolan yakuza keluarga William.Feng Teng, seorang petugas urusan pernikahan, mendorong dua buku pernikahan dengan tangan gemetar, wajahnya sudah babak belur dengan hidung yang di sumpal tishu karena berdarah dan di bawah matanya terdapat memar, begitu pula dengan pakaian tidurnya yang terkoyak sampai dua kancing atasnya hilang entah kemana.“Silahkan, sekarang Anda berdua tinggal tanda tangan.”Lucas menandatangani buku nikahnya dan bergantian dengan Alexa.“Semua prosedur pernikahan sudah selesai, Anda berdua sudah sah sebagai suami isteri, buku pernikahan yang asli akan segera di kirim dalam waktu beberapa hari," Feng teng tersenyum, memperlihatkan giginya yang menghilang dua biji di depan.“Terima kasih atas kerjasamanya,” jawab Alexa sungkan.“Ayo Alexa,” Lucas beranjak
“Selamat menikmati perjalanan Anda ke Venezuela Tuan, selamat menikmati bulan madu Anda.” Shwan membungkuk, mempersilahkan Lucas menaiki tangga.“Terima kasih,” jawab Lucas dengan senyuman formalitas.Lucas dan Alexa memasuki pesawat dan duduk manis dengan tenang, keduanya sempat terlihat canggung satu sama lainnya, mereka berdua tampak malu karena kini sudah menjadi suami isteri.Setengah jam setelah pesawat mengudara, mereka berdua masih belum terlibat percakapan.Tubuh Alexa terasa lelah, namun kegelisahan lebih kuat dia rasakan untuk saat ini. Dilihatnya keluar jendela, melihat pemandangan malam yang hitam pekat dan sedikit berkabut, samar terlihat lampu-lampu yang menyala di bawah.Perjalanan dari Hong Kong ke Venezuela akan memakan banyak waktu, namun Alexa tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang.Lucas menegakan tubuhnya dan berdeham canggung. “Alexa, sekarang kita sudah resmi menjadi suami isteri. Apa kau tidak lupa dengan pesan Armin?”“Aku ingat,” jawab Alexa malu.“K
Alexa berdiri melihat dirinya sendiri di depan cermin, melakukan sesuatu yang normal di dalam pesawat terasa cukup aneh dan tidak biasa, sesekali kepalanya terasa pusing karena tidak terbiasa.“Aku lupa menanyakan pakaian baru,” gumam Alexa tersadar.Alexa pergi keluar dari kamar mandi, gadis itu sempat terlonjak kaget karena melihat Lucas yang berdiri di depan pintu kamar mandi dan bersedekap menatap tajam.“Kenapa kau lama sekali?” tanya Lucas terdengar seperti omelan.“Di mana pakaianku?” Alexa balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan Lucas.“Untuk apa pakaian? Tidak usah!” jawab Lucas dengan cepat.Alis Alexa mengerut, dia tidak mengerti dengan apa yang di maksudkan Lucas. “Apa maksudmu? Aku ingin ganti pakaian Lucas”“Ini malam pertama kita. Memangnya kau tidak ingin melakukannya?”Alexa langsung menalikan tali kimononya lebih kencang dan melihat ke sekitar dengan waspada. “Kau sudah gila? Ini di dalam pesawat!”Lucas mendekat dan mengurung Alexa di dinding, tangannya bergerak me
Suara bising pesawat yang mendarat di Bandara Internasional Simon Bolivar, mereka akhirnya sampai ke Venezuela setelah melewati perjalanan yang sangat lama dan melelahkan.Alexa melihat beberapa orang petugas yang datang menyambut, mereka terlihat sibuk, samar pandangan Alexa sedikit mengabur tidak dapat menahan lelah dan mengantuk.“Ayo Alexa.” Lucas mengulurkan tangannya dan mengajak pergi.Dengan lemas Alexa beranjak, samar gadis itu terlihat meringis masih merasakan sesuatu yang tidak nyaman di antara kakinya. Menyadari kesakitan Alexa, Lucas langsung membungkuk dan menggendong gadis itu dengan mudah.“Aku bisa berjalan sendirian Lucas,” protes Alexa.“Sebaiknya kau diam saja Alexa, atau aku akan melemparmu,” ancam Lucas memperingatkan.Alexa langsung memeluk leher Lucas dan berpegangan erat, dia menyembunyikan wajahnya di lekuk leher pria itu, menyembunyikan rasa malunya karena menjadi pusat perhatian. “Penjahat!” umpat Alexa, membuat Lucas terkekeh geli.“Memang aku penjahat,
Suara roda ranjang yang dorong berderak melewati setiap lorong rumah sakit, genggaman tangan Lucas mengerat memandangan Alexa yang terbaring kesakitan.Seorang dokter menahan langkah Lucas yang akan ikut memasuki ruangan bersalin, "Maaf Tuan, silahkan tunggu."“Aku ingin menemani isteriku, dia membutuhkan aku!” Geram Lucas tidak suka dengan siapapun yang mengahalangi keinginannya.“Anda ikuti prosedurnya, dengan begitu semuanya akan berjalan lebih cepat,” ucap dokter tersebut masih dengan ketanangan.“Tuan, sebaiknya ikuti apa yang di katakan Dokter. Biar Nyonya Alexa lebih cepat di tangani,” usul Shwan mengusap bahu Lucas agar tuannya bisa lebih tenang.Kemarahan Lucas sedikit berkurang, dengan terpaksa dia mundur dan memberi jalan dokter tersebut. Ketegangan dibahu Lucs mengedur, perlahan Lucas terduduk di kursi, memandang daun pintu yang masih tertutup rapat. Ledua tangannya saling bertautan memanjatkan do'a dan berusaha meredakan kecemasan juga rasa takutnya. “Nyonya Alexa akan
Kemurungan hati Lucas tampak jelas di raut wajahnya, Julian adalah sahabat satu-satunya yang dia miliki di muka bumi ini.Lucas mengerti, Julian telah jatuh cinta kepada kekasih Armin. Pria itu benci di usik karena kedatangan Armin dalam kebahagiannya.Kebingungan Lucas bertambah, dia tidak dapat menjauhkan Armin sedikit pun. Pria itu sama kuatnya dengan Julian.Suara deringan telepon masuk menjeda Lucas yang sempat akan membuka pintu mobil. “Shwan.”“Tuan,” suara napas Shwan memburu dan kasar, “nyonay Alexa kabur.”“Sialan!” maki Lucas murka. “Dapatkan dia sebelum membuat ulah!”“Iya, Tuan.”Decitan kasar suara mobil yang meninggalkan tempat sangat terdengar keras. Hati Lucas bergemuruh kesal dengan sikap manja Alexa yang tidak pernah berubah, bahkan dengan perut besarnya yang sekarang pun Alexa masih gemar membuat ulah.***Sorak suara penonton baseball bergemuruh penuh semangat, mereka menyanyikan lagu kebagsaan Neydish setelah pertarungan usai.Alexa berteriak merasakan euforia pe
Peluh keringat membasahi wajah Alexa, sesekali gadis itu menyekanya dengan punggung tangan dan melanjutkan untuk mendekor kamar untuk calon buah hatinya.Shwan dan para pengawal mengangkut beberapa barang, meletakannya sesuai dengan apa yang Alexa inginkan.Nuansa warna hijau sangat mencolok dengan banyaknya hiasan dinding, beberapa mainan sudah tersedia di dalam kurungan pagar. Sebuah teleskop berdiri kokoh di depan jendela, boneka-boneka pesawat kecil menggantung dan berputar di atas ranjang kecil bayi.Alexa menjatuhkan dirinya ke sofa, menyangga bawah perutnya yang semakin membesar dan membuatnya merasakan beban berat.“Nyonya” Shwan berdiri di hadapan Alexa. “Ada yang bisa saya kerjakan lagi?”Tubuh Alexa meringkuk di sofa, gerakan matanya melambat, ia menguap merasakan kantuk yang menyerang. “Apa aku boleh jalan-jalan?”Shwan tersenyum kaku. “Maaf Nyonya, sebaiknya Anda meminta izin pada Tuan Lucas terlebih dahulu,” jawabnya sebijak mungkin. Semakin bertambahnya usia kandunga
Enam bulan kemudian..Suara angin berhembus lembut menerpa dadaunan dan mejatuhkan ranting keringnya ke permukaan air.Hamparan rumput hijau membentang luas mengelilingi rumah baru Lucas dan Alexa. Rumah itu jauh dari kesan mewah seperti mansionnya di Hong Kong, namun deburan ombak di bawah tebing menjadi menjadi pesona tersendiri.Pemandangan di setiap sudut rumah mengarah pada kekuatan hedonisme, gedung-gedung menjulang kokoh di depan taman hiburan yang langsung mengarah ke laut.Club malam, hotel, dan sebuah kasino yang berkilauan di puncak tertinggi gedung, layaknya sebuah berlian raksasa yang menggambarkan kekayaan.Hekataran kincir berdiri kokoh telah menjadi penerang sebagian pulau itu.Jauh dari keramaian, jalanan yang luas membentang indah menembus, hutan dan kebun lavender yang menghidupi ratusan petani yang hidup di pinggiran sungai.Lucas berdiri di pinggiran tebing, berpegangan pada pagar sambil menikmati segelas anggur.Rambutnya bergerak mengikuti ke mana arah angin men
Dalam remang cahaya, Alexa duduk menikmati popcornnya sambil melihat layar depannya yang menampilkan film THE LEGO MOVIE 2: THE SECONDPART.Tanpa Alexa sadari, jika Lucas telah menyusul masuk dan duduk di sampingnya. Setelah perkataan Armin mengenai keadaan Alexa yang kemungkinan hamil berhasil membuat Lucas tidak bisa tidur sepanjang malam. Pria itu gelisah, tenggelam dalam renungan dan banyak kekhawatiran.Lucas masih trauma dengan kehamilan yang menimpa Lucy, dan Lucas belum siap menjadi seorang ayah.Lucas bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Apa yang kini harus dia lakukan?Lucas masih belum bisa menjadi suami yang baik untuk Alexa, dan kini Lucas harus memikirkan kemungkinan jika Alexa tengah mengandung anaknya.Tanggung jawab di tangan Lucas kian membesar.Sempat Lucas berpikir untuk meminta Alexa menggugurkan kandungannya, mungkin itu keputusan yang terbaik.Tapi, jauh di dalam lubuk hati Lucas, dia akan menjadi bajingan paling kotor dan menjijikan di dunia ini bila menolak k
Langkah Lucas langsung terhenti, dalam satu gerakan dia berbalik. Alexa langsung menjatuhkan tubuhnya ke lantai sambil memijat kepalanya.Dengan cepat Lucas berlari ke arah Alexa dan memeluknya. “Apa kau terluka?” Tanya Lucas khawatir. Alexa menggelengkan kepalanya membiarkan Lucas menggendongnya.“Di mana kamarmu?” Tanya Lucas dengan langkah lebarnya, Alexa menunjuk ke arah tangga menunjuk kamar pertama yang dulu sering dia gunakan ketika menginap di rumah Armin.Tubuh Alexa di baringkan di atas ranjang, Lucas menaikan selimut sampai dadanya. “Aku Akan memanggil Doker.”“Jangan!” jawab cepat Alexa,. “Armin juga Dokter. Dia bisa mengurusku,” cegah alexa mulai panik, setetes keringat dingin langsung membasahi pelipisnya.Lucas mengangguk sedih, mengusap helain rambut yang menempel di wajah Alexa. “Aku akan pesan makanan. Kamu mau apa?”Alexa menggeleng lemah, perutnya sudah sangat keras dan penuh tidak dapat menampung apapun lagi. “Aku tidak nafsu makan.”“Aku mohon Alexa, makanlah.
Armin bersedekap dan duduk santai melihat Alexa yang tengah duduk di depannya memakan sup dengan lahap, sepertinya belum cukup bagi Alexa makan dua loyang pizza.Namun, sepertinya dengan banyak makan cukup efektif bagi Alexa agar tidak menangis terus menerus, memikirkan perkataan Lucas yang berhasil mematahkan hatinya. Jika diteliti, Alexa memiliki nafsu makan yang lebih banyak dari biasanya. Alexa seorang model, biasanya dia akan pilih-pilih makanan, tapi sekarang ada sesuatu yang berbeda.“Kau memiliki pola makan yang berbeda dari biasanya,” komentar Armin.“Aku juga tidak tahu, satu minggu terakhir ini aku terus-terus suka makan dan ingin dekat-dekat dengan Lucas”“Benarkah?”Alexa termenung sedih dengan mulut yang mengunyah. “Awalnya aku sangat membencinya karena dia kasar dan bertempramen buruk, terkadang aku suka takut dengannya. Namun, setelah aku lebih dekat mengenal Lucas, aku merasa nyaman meski dia tidak selembut Dev. Meski Lucas sering membentakku dan memaksaku untuk berc
Dengan tangan terkepal Lucas berkata. “Jadi, kau lebih memilih temanmu dibandingkan aku? Apa itu artinya, kita harus bercerai Alexa?”Alexa tertunduk menatap dedaunan di tanah, air matanya berjatuhan membasahi tangangannya. Alexa tidak dapat berbicara lagi.“Lepaskan cincin pernikahan itu!” pinta Lucas.Alexa tersenyum getir melihat cincin pernikahannya yang masih tersemat di jari manisnya, dengan gemetar dan beruraian air mata Alexa melepaskannya.Hati Alexa semakin hancur dan sakit, perkataan Lucas sangat mengguncangnya. Alexa tahu letak kesalahannya, namun keputusan Lucas yang secepat ini tanpa beban sudah membuat Alexa menerka-nerka jika hubungan pernikahan mereka tidaklah sekuat yang Alexa pikirkan.Dengan kasar Armin mengambil cincinnya dari tangan Alexa. “Biar aku yang memberikannya Alexa, sekarang kau masuklah ke rumahku, ada yang harus aku katakan pada Lucas.”Tangis Alexa yang kuat terdengar lebih jelas, gadis itu merintih merasakan hatinya yang sangat sakit.Alexa berbalik
Dalam diam Alexa duduk di kusen jendela, tangannya menggenggam sebuah remote yang tidak dia ketahui seutuhnya.Tanpa rasa curiga apapun Lucas meninggalkannya pergi menyelesaikan semua keributan yang ada.Sudah kesekian kalinya Alexa memeriksa arah jam dinding karena sudah cukup lama dia menunggu.Sementara di tempat lain Lucas menggelar pertemuan penting. Kerusuhan yang baru terjadi satu hari itu telah mempengaruhi saham perusahaanya. Berkali-kali Alexa menguap dan menahan pegal di punggungnya, namun pandangannya masih fokus ke jalanan.Mobil yang di tunggunya datang..Alexa turun dari kusen jendela dan menutup gordengnya. Perlu waktu beberapa detik agar bagi Alexa menunggu mobil itu sampai di depan gerbang dan mendekat sebuah belokan halaman.Geggaman tangan Alexa menguat, ibu jarinya menekan tombol merah di remote.Sebuah ledakan dahsyat di bawah tanah berhasil melemparkan mobil box itu dengan mudah. Para pengawal Lucas berlari berhamburan mengeluarkan senjata mereka. “Tidak!” Tubuh