Alexa melenggang dengan riang, membawa nampan kopi, setelah memastikan aroma kopi bercampur dengan beberapa bumbu yang dia tuangkan sedikit mereda. Kedatangan Alexa kembali ke ruang makan berhasil menghentikan percakapan Lucas dan Caroline. “Maaf lama,” ucap Alexa dengan senyuman melebar. Alexa meletakan kopinya di depan Lucas dan untuk dirinya sendiri. Begitu selesai, Alexa ikut duduk di sebelah Lucas masih dengan senyuman ceria. Senyuman lebar cerah penuh kebahagiaan Alexa membuat insting Lucas langsung curiga dengan tingkah gadis itu. “Kau terlihat bahagia,” komentar Caroline dengan senyuman lebarnya. Alexa menyesap kopinya perlahan, lalu berkata, “Pagi ini saya harus bersemangat, semangat itu dibangun dengan suasana hati yang bahagia dulu,” ujar Alexa. “Itu benar.” Pupil mata Lucas menyempit, Lucas meneliti wajah Rosea dan menemukan pipi merah muda Alexa telah kembali. Terakhir Lucas melihatnya, ketika setelah ciuman panas mereka tadi pagi. “Alexa, apa Lucas berbuat kasar
Alecas (jiwa Alexa dalam tubuh Lucas) LuXa (jiwa Lucas dalam tubuh Alexa) ---- Lucas membawa Alexa ke kamar mandi, pria itu menyalakan shower dan menurunkan tubuh Alexa di bawah pancuran air yang paling dingin. Teriakan Alexa kembali terdengar, tubuhnya dibuat mengigil kedinginan, merasakan air menyerap melalui baju yang di pakaiannya dengan mudah. “Berhenti Lucas! Ya, aku akan mandi, berhentilah,” jerit Alexa memohon dan menyerah. “Berhenti bersikap manja dan kekanak-kanakan Alexa!” Lucas mematikan showernya. Begitu air berhenti jatuh, dengan mudahnya Lucas meraih wajah cantik Alexa dan mencengkram rahang dengan kuat hingga membuat gadis itu meringis kesakitan. “Jangan main-main denganku. Apa kau mengerti?” Alexa mengangguk ketakutan. “Hikss.. aku mengerti.” Perlahan cengkraman Lucas mengendur, pria itu mengenyahkan kemarahan di dalam hatinya agar tidak berbuat kasar lagi kepada Alexa yang kini terisak menangis ketakutan. Lucas mundur satu langkah hanya untuk memberi jarak
Alecas (jiwa Alexa dalam tubuh Lucas) LuXa (jiwa Lucas dalam tubuh Alexa) ---- “Kenapa harus memakainya sih?” LuXa menggerutu, merasa sesak di dadanya saat Alecas mengaitkan tali bra di punggungnya. “Semalaman kau tidak memakainya, kenapa sekarang harus memakainya?” “Kau tidak perlu tahu.” “Aku bertanya Alexa. Apa bedanya menggunakan bra dan tidak menggunakan bra? Dadamu masih tetap menggantung di tempatnya.” “Berhenti bicara mesum.” “Mesum?” LuXa menyerigai jahat. “Seperti ini?” luXa meremas dadanya dengan keras. Alecas diam ternganga kaget sekaligus marah, sangat di sayangkannya Alecas merasa tidak begitu tega bila harus memarahi wajahnya miliknya sendiri. Melihat keterdiaman Alecas, LuXa langsung tersenyum dan kembali meremas dadanya lagi. Plak Alecas memukul tangan LuXa dengan keras. “Diam Lucas. Kau pria brengsek,” maki Alecas terlihat marah. “Kau tidak perlu marah Alexa. Yang menyentuh dadamu kan, tanganmu sendiri,” jawab luXa dengan enteng. Alecas mendengus kesal,
Alexa membawa Lucas pergi ke sebuah rumah seseorang yang sempat Alexa ceritakan bahwa itu adalah rumah seorang dokter, sekaligus sahabat Alexa. Lucas tidak protes dengan keputusan Alexa membawanya kembali keseorang dokter, meski sesungguhnya, jauh di dalam lubuk hatinya Lucas, pria itu begitu ragu dan yakin bahwa kenalan Alexa sama sekali tidak dapat membantunya. “Satu jam lagi aku akan ada pertemuan penting, untuk kali ini saja aku mengalah padamu,” Lucas menutup pintu mobilnya dengan sebuah bantingan. “Sebaiknya kau diam saja Lucas,” jawab Alexa. Lucas segera mengikuti ke mana arah Alexa pergi. Kedatangan Lucas dengan Alexa disambut oleh seorang assistant rumah tangga yang langsung mengarahkan mereka masuk dalam rumah untuk menunggu sang tuan rumah. Lama mereka menunggu, kesabaran Lucas yang semula cukup luas, berubah hilang tanpa sisa dan berganti menjadi segumpal kekesalan yang begitu kuat. Lucas merasa terhina, dia dan Alexa datang jauh-jauh, mereka sudah duduk selama sat
Ucapan Armin kembali berhasil membuat Lucas mematung kaget hingga tidak dapat berkata-kata. Armin, pria itu lebih tahu banyak hal tentang Lucas, bahkan kejadian yang pernah terjadi di masa lalu. Terasa sangat tidak masuk akal dan juga mustahil jika Armin mengetahui segalanya tanpa sebab, pria itu bukanlah cenayang, dia adalah seorang dokter yang seharusnya menggunakan ilmu medisnya dalam mengungkap masalah. Lucas harus bertindak hati-hati, mungkin kali ini Alexa membawanya pergi ke orang yang tepat. “Jika kau mengetahuinya. Katakan, apa yang akan terjadi?” Suara lucas merendah, pria itu menjadi sedikit lembut dan menyimpan taringnya. Armin segera melihat Alexa dan tersenyum ringan. “Lex, bisakah kamu menunggu di atas?” Alexa menggeleng pelan. “Kenapa? Aku juga ingin tahu, aku kan terlibat disini.” “Ini sesuatu yang penting. Lebih tepatnya, aku harus membicarakan masalah pribadi Tuan Lucas lebih dulu,” jawab Armin dnegan penjelasan singkatnya. Alexa terdiam dan menatap Armin ra
“Kalian terlihat dekat,” Lucas mengomentari kedekatan Alexa dengan Armin yang terlihat akrab satu sama lainnya. Ini untuk pertama kalinya Lucas melihat Alexa tampak bahagia dan bersikap begitu tenang saat berbicara. “Armin sahabatku, kita saling mengenal sejak aku masih sekolah dasar.” “Apa dia begitu hebat.” Sorot mata Alexa yang berkilauan itu sedikit meredup gelap, gadis itu tersenyum lebar, namun matanya menunjukan sesuatu yang terlihat menyedihkan. “Kau akan melihatnya nanti. Kau bisa mengandalkannya, dia salah satu orang yang paling baik yang kukenal.” Lucas mendengus geli, pria itu tidak tahu seberapa dalam hubungan Alexa dengan Armin. Namun, dari cara Armin yang mempedulikan Alexa, bisa dikatakan Armin adalah sosok teman yang baik untuk Alexa. “Kita akan pergi ke kantorku dulu. Ada banyak hal-hal dasar yang perlu kau pelajari dalam pekerjaanku untuk berjaga-jaga, aku tidak tahu kapan tubuh kita akan kembali tertukar dan seberapa lama kita akan terjebak.” “Kepalaku pusing
Alexa tersenyum lebar tampak bahagia bisa berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan setelah hampir satu bulan ini hanya mengandalkan uang hasil bekerjanya sebagai model dan bantuan Devon. Connor menghentikan keuangan Alexa dengan membekukan kartunya usai mengetahui jika Alexa masih sering bertemu dengan Devon. Pembekuan kartu Alexa adalah sebuah bentuk dari hukuman Connor karena Alexa tidak mau mendengarkan keinginannya. Beruntung Alexa memiliki wajah cantik dan tubuh yang bagus, setidaknya dalam satu minggu sekali dia mendapatkan kesempatan dalam pemotretan meski hanya untuk majalah-majalah local. Kini, berkat Lucas Alexa merasa bahagia karena bisa pergi makan makanan favoritnya, membeli beberapa aksesoris idolanya. “Sayang, apakah ini tidak berlebihan?” Tanya Devon sambil menggaruk tengkuknya terlihat sedikit tidak nyaman. Alexa mengangkat wajahnya, mengalihkan perhatiannya dari kalung berlian yang baru dia beli dengan uang Lucas. “Kenapa Dev?” tanya Alexa. “Kalung itu san
“Kenapa berubah pikiran begitu cepat?” tanya Lucas curiga. Alexa menggeleng tidak bisa menjelaskan. Lucas meraih dagu Alexa dan mengangkat wajahnya agar keduanya saling menatap. Sudut bibir Lucas terangkat membentuk senyuman sinisnya. “Kenapa Alexa? Melukai harga dirimu lagi?” “Itu bukan uangku.” “Seharusnya kau berpikir itu jauh sebelum menggunakan kartuku.” “Aku belum menyadarinya, tapi sekarang aku sud_” Suara Alexa menghilang di udara, bibirnya sudah berada di bibir Lucas, Lucas menarik pinggang Alexa, merengkuh tubuh gadis itu begitu kuat. Karena terlalu sering berciuman dengan Lucas, hal ini membuat Alexa sempat membalasnya. Alexa Lupa jika sekarang tubuh mereka tidak tertukar. Lucas mengerang dengan suara yang dalam, rengkuhan pelukannya bergerak turun ke bokong Alexa dan masuk ke balik gaun gadis itu. Lucas sangat ingin menyentuhnya lebih jauh. Sentuhan Lucas yang berani membuat Alexa mulai tersadar, refleks gadis itu mendorong dada Lucas dan lepas dari pelukannya. Al
Suara roda ranjang yang dorong berderak melewati setiap lorong rumah sakit, genggaman tangan Lucas mengerat memandangan Alexa yang terbaring kesakitan.Seorang dokter menahan langkah Lucas yang akan ikut memasuki ruangan bersalin, "Maaf Tuan, silahkan tunggu."“Aku ingin menemani isteriku, dia membutuhkan aku!” Geram Lucas tidak suka dengan siapapun yang mengahalangi keinginannya.“Anda ikuti prosedurnya, dengan begitu semuanya akan berjalan lebih cepat,” ucap dokter tersebut masih dengan ketanangan.“Tuan, sebaiknya ikuti apa yang di katakan Dokter. Biar Nyonya Alexa lebih cepat di tangani,” usul Shwan mengusap bahu Lucas agar tuannya bisa lebih tenang.Kemarahan Lucas sedikit berkurang, dengan terpaksa dia mundur dan memberi jalan dokter tersebut. Ketegangan dibahu Lucs mengedur, perlahan Lucas terduduk di kursi, memandang daun pintu yang masih tertutup rapat. Ledua tangannya saling bertautan memanjatkan do'a dan berusaha meredakan kecemasan juga rasa takutnya. “Nyonya Alexa akan
Kemurungan hati Lucas tampak jelas di raut wajahnya, Julian adalah sahabat satu-satunya yang dia miliki di muka bumi ini.Lucas mengerti, Julian telah jatuh cinta kepada kekasih Armin. Pria itu benci di usik karena kedatangan Armin dalam kebahagiannya.Kebingungan Lucas bertambah, dia tidak dapat menjauhkan Armin sedikit pun. Pria itu sama kuatnya dengan Julian.Suara deringan telepon masuk menjeda Lucas yang sempat akan membuka pintu mobil. “Shwan.”“Tuan,” suara napas Shwan memburu dan kasar, “nyonay Alexa kabur.”“Sialan!” maki Lucas murka. “Dapatkan dia sebelum membuat ulah!”“Iya, Tuan.”Decitan kasar suara mobil yang meninggalkan tempat sangat terdengar keras. Hati Lucas bergemuruh kesal dengan sikap manja Alexa yang tidak pernah berubah, bahkan dengan perut besarnya yang sekarang pun Alexa masih gemar membuat ulah.***Sorak suara penonton baseball bergemuruh penuh semangat, mereka menyanyikan lagu kebagsaan Neydish setelah pertarungan usai.Alexa berteriak merasakan euforia pe
Peluh keringat membasahi wajah Alexa, sesekali gadis itu menyekanya dengan punggung tangan dan melanjutkan untuk mendekor kamar untuk calon buah hatinya.Shwan dan para pengawal mengangkut beberapa barang, meletakannya sesuai dengan apa yang Alexa inginkan.Nuansa warna hijau sangat mencolok dengan banyaknya hiasan dinding, beberapa mainan sudah tersedia di dalam kurungan pagar. Sebuah teleskop berdiri kokoh di depan jendela, boneka-boneka pesawat kecil menggantung dan berputar di atas ranjang kecil bayi.Alexa menjatuhkan dirinya ke sofa, menyangga bawah perutnya yang semakin membesar dan membuatnya merasakan beban berat.“Nyonya” Shwan berdiri di hadapan Alexa. “Ada yang bisa saya kerjakan lagi?”Tubuh Alexa meringkuk di sofa, gerakan matanya melambat, ia menguap merasakan kantuk yang menyerang. “Apa aku boleh jalan-jalan?”Shwan tersenyum kaku. “Maaf Nyonya, sebaiknya Anda meminta izin pada Tuan Lucas terlebih dahulu,” jawabnya sebijak mungkin. Semakin bertambahnya usia kandunga
Enam bulan kemudian..Suara angin berhembus lembut menerpa dadaunan dan mejatuhkan ranting keringnya ke permukaan air.Hamparan rumput hijau membentang luas mengelilingi rumah baru Lucas dan Alexa. Rumah itu jauh dari kesan mewah seperti mansionnya di Hong Kong, namun deburan ombak di bawah tebing menjadi menjadi pesona tersendiri.Pemandangan di setiap sudut rumah mengarah pada kekuatan hedonisme, gedung-gedung menjulang kokoh di depan taman hiburan yang langsung mengarah ke laut.Club malam, hotel, dan sebuah kasino yang berkilauan di puncak tertinggi gedung, layaknya sebuah berlian raksasa yang menggambarkan kekayaan.Hekataran kincir berdiri kokoh telah menjadi penerang sebagian pulau itu.Jauh dari keramaian, jalanan yang luas membentang indah menembus, hutan dan kebun lavender yang menghidupi ratusan petani yang hidup di pinggiran sungai.Lucas berdiri di pinggiran tebing, berpegangan pada pagar sambil menikmati segelas anggur.Rambutnya bergerak mengikuti ke mana arah angin men
Dalam remang cahaya, Alexa duduk menikmati popcornnya sambil melihat layar depannya yang menampilkan film THE LEGO MOVIE 2: THE SECONDPART.Tanpa Alexa sadari, jika Lucas telah menyusul masuk dan duduk di sampingnya. Setelah perkataan Armin mengenai keadaan Alexa yang kemungkinan hamil berhasil membuat Lucas tidak bisa tidur sepanjang malam. Pria itu gelisah, tenggelam dalam renungan dan banyak kekhawatiran.Lucas masih trauma dengan kehamilan yang menimpa Lucy, dan Lucas belum siap menjadi seorang ayah.Lucas bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Apa yang kini harus dia lakukan?Lucas masih belum bisa menjadi suami yang baik untuk Alexa, dan kini Lucas harus memikirkan kemungkinan jika Alexa tengah mengandung anaknya.Tanggung jawab di tangan Lucas kian membesar.Sempat Lucas berpikir untuk meminta Alexa menggugurkan kandungannya, mungkin itu keputusan yang terbaik.Tapi, jauh di dalam lubuk hati Lucas, dia akan menjadi bajingan paling kotor dan menjijikan di dunia ini bila menolak k
Langkah Lucas langsung terhenti, dalam satu gerakan dia berbalik. Alexa langsung menjatuhkan tubuhnya ke lantai sambil memijat kepalanya.Dengan cepat Lucas berlari ke arah Alexa dan memeluknya. “Apa kau terluka?” Tanya Lucas khawatir. Alexa menggelengkan kepalanya membiarkan Lucas menggendongnya.“Di mana kamarmu?” Tanya Lucas dengan langkah lebarnya, Alexa menunjuk ke arah tangga menunjuk kamar pertama yang dulu sering dia gunakan ketika menginap di rumah Armin.Tubuh Alexa di baringkan di atas ranjang, Lucas menaikan selimut sampai dadanya. “Aku Akan memanggil Doker.”“Jangan!” jawab cepat Alexa,. “Armin juga Dokter. Dia bisa mengurusku,” cegah alexa mulai panik, setetes keringat dingin langsung membasahi pelipisnya.Lucas mengangguk sedih, mengusap helain rambut yang menempel di wajah Alexa. “Aku akan pesan makanan. Kamu mau apa?”Alexa menggeleng lemah, perutnya sudah sangat keras dan penuh tidak dapat menampung apapun lagi. “Aku tidak nafsu makan.”“Aku mohon Alexa, makanlah.
Armin bersedekap dan duduk santai melihat Alexa yang tengah duduk di depannya memakan sup dengan lahap, sepertinya belum cukup bagi Alexa makan dua loyang pizza.Namun, sepertinya dengan banyak makan cukup efektif bagi Alexa agar tidak menangis terus menerus, memikirkan perkataan Lucas yang berhasil mematahkan hatinya. Jika diteliti, Alexa memiliki nafsu makan yang lebih banyak dari biasanya. Alexa seorang model, biasanya dia akan pilih-pilih makanan, tapi sekarang ada sesuatu yang berbeda.“Kau memiliki pola makan yang berbeda dari biasanya,” komentar Armin.“Aku juga tidak tahu, satu minggu terakhir ini aku terus-terus suka makan dan ingin dekat-dekat dengan Lucas”“Benarkah?”Alexa termenung sedih dengan mulut yang mengunyah. “Awalnya aku sangat membencinya karena dia kasar dan bertempramen buruk, terkadang aku suka takut dengannya. Namun, setelah aku lebih dekat mengenal Lucas, aku merasa nyaman meski dia tidak selembut Dev. Meski Lucas sering membentakku dan memaksaku untuk berc
Dengan tangan terkepal Lucas berkata. “Jadi, kau lebih memilih temanmu dibandingkan aku? Apa itu artinya, kita harus bercerai Alexa?”Alexa tertunduk menatap dedaunan di tanah, air matanya berjatuhan membasahi tangangannya. Alexa tidak dapat berbicara lagi.“Lepaskan cincin pernikahan itu!” pinta Lucas.Alexa tersenyum getir melihat cincin pernikahannya yang masih tersemat di jari manisnya, dengan gemetar dan beruraian air mata Alexa melepaskannya.Hati Alexa semakin hancur dan sakit, perkataan Lucas sangat mengguncangnya. Alexa tahu letak kesalahannya, namun keputusan Lucas yang secepat ini tanpa beban sudah membuat Alexa menerka-nerka jika hubungan pernikahan mereka tidaklah sekuat yang Alexa pikirkan.Dengan kasar Armin mengambil cincinnya dari tangan Alexa. “Biar aku yang memberikannya Alexa, sekarang kau masuklah ke rumahku, ada yang harus aku katakan pada Lucas.”Tangis Alexa yang kuat terdengar lebih jelas, gadis itu merintih merasakan hatinya yang sangat sakit.Alexa berbalik
Dalam diam Alexa duduk di kusen jendela, tangannya menggenggam sebuah remote yang tidak dia ketahui seutuhnya.Tanpa rasa curiga apapun Lucas meninggalkannya pergi menyelesaikan semua keributan yang ada.Sudah kesekian kalinya Alexa memeriksa arah jam dinding karena sudah cukup lama dia menunggu.Sementara di tempat lain Lucas menggelar pertemuan penting. Kerusuhan yang baru terjadi satu hari itu telah mempengaruhi saham perusahaanya. Berkali-kali Alexa menguap dan menahan pegal di punggungnya, namun pandangannya masih fokus ke jalanan.Mobil yang di tunggunya datang..Alexa turun dari kusen jendela dan menutup gordengnya. Perlu waktu beberapa detik agar bagi Alexa menunggu mobil itu sampai di depan gerbang dan mendekat sebuah belokan halaman.Geggaman tangan Alexa menguat, ibu jarinya menekan tombol merah di remote.Sebuah ledakan dahsyat di bawah tanah berhasil melemparkan mobil box itu dengan mudah. Para pengawal Lucas berlari berhamburan mengeluarkan senjata mereka. “Tidak!” Tubuh