Shun Yuan alias Yin itu tidak tahu, kalau yang dia naiki adalah sebuah mobil listrik!
Dia pikir, dirinya berada dalam kereta besi yang mampu bergerak dan berbicara sendiri dengan memberitahu arah tujuan. Sungguh berbeda dengan kehidupan lamanya, yang selalu mengandalkan kuda atau kereta yang ditarik dengan seekor binatang.
Dia juga melihat kereta besi bergerak lain yang melaju di jalan raya. Ada yang melintas di atas kepalanya dengan ukuran yang sangat panjang. Ditambah lagi adanya jembatan layang yang malang melintang serta keberadaan bangunan yang tingginya hampir mencapai langit.
“WOW! Ini benar-benar luar biasa! Sejak kapan manusia bisa membangun kota yang hebat seperti ini? Seandainya aku bisa mencapai atap gedung yang paling tinggi, mungkin saja Kaisar Langit ada di sana,” gumam Yin, yang tanpa sadar membuat Lu Dong dan Li Na memperhatikannya dari kaca spion.
Sialnya, Yin yang sekarang tidak mampu menikmati keindahan Kota Shanghai menjelang malam!
Tak lama kemudian mobil listrik yang dikemudikan Lu Dong akhirnya berhenti di halaman sebuah rumah besar bergaya Eropa.
Lu Dong turun lebih dulu. Dia mengayunkan dagunya kepada sekolompok pria. Enam orang serentak bergerak menuju pintu belakang mobil. Mereka mencengkeram pakaian tipis Yin. Menyeretnya keluar dengan kasar, lalu mengempaskan tubuhnya layaknya kertas bungkus yang tidak terpakai.
BUGH!
Tubuh Yin yang kurus itu langsung jatuh tersungkur. Dia terkejut. Dia tidak menyangka, kalau perhatian serta keramah tamahan yang ditunjukkan oleh kedua mertuanya di rumah sakit hanyalah sandiwara belaka.
Inilah wajah Keluarga Lu yang sesungguhnya. Benar-benar keluarga munafik!
Satu kejutan kembali mengguncang Yin. Ketika mencoba untuk bangkit, dia malah dipertemukan dengan pemilik sepatu bot putih yang menatapnya dari atas.
Wajah cantik yang dingin dan sepasang mata bulat hitam.
Dua hal yang membuka kembali ingatan masa lalu Yin alias Shun Yuan.
“Yue Jing …!” geramnya tanpa suara.
Dia masih mengingat nama wanita yang telah membunuhnya 354 tahun yang lalu. Tidak ada peperangan yang tidak dimenangkan oleh Jenderal Besar Shun Yuan kala itu, tetapi hanya satu kecerobohan yang membuat dia kehilangan segalanya.
Seperti kata pepatah, karena kecantikan wanitalah, seorang pria mengalami kejatuhan.
Yue Jing bukanlah musuh Shun Yuan di medan perang. Gadis itu adalah putri perdana menteri yang dihadiahkan oleh Kaisar Qing sebagai istrinya, karena telah berhasil menumpas para pemberontak. Seandainya saja dia tidak menerima hadiah tersebut, tetapi meminta hadiah lain, tentu dia tidak akan mati pada malam pernikahannya.
Dan sekarang ….
Wanita muda yang memiliki segala kecantikan Yue Jing itu adalah putri bungsu Keluarga Lu. Dia membalas tatapan Yin dengan sorot mata yang dingin. Dia tidak memeluk atau menanyakan keadaan suaminya yang baru saja keluar dari rumah sakit, padahal sudah tiga bulan lamanya mereka tidak bertemu.
“Yin, apa kau juga lupa dengan istri sendiri? Dia Lu Wan Wan!” tegur Li Na menghampiri keduanya.
“Lu Wan Wan? Istriku?” Bibir coklat Yin bergetar saat mengucapkannya.
Dia menggeleng cepat. Tidak mungkin kalau Dewa Kematian juga memberikan kesempatan kedua kepada wanita jahanam ini! Wanita lacur ini tidak mungkin mati dalam penyesalan setelah berhasil meracuninya dan membuang tubuhnya ke dalam Sungai Yang Tze.
“Brengsek, kau, Dewa Kematian! Kau sudah membuatku kehilangan kemampuan untuk melihat warna dan sekarang kau pertemukan aku kembali dengan Yue Jing, yang sekarang menjadi istri dari pemilik tubuh baruku. Tidak adakah wanita lain yang kau pilih, selain si keparat ini, hah?” protes Yin dalam hati sambil mengepalkan kedua telapak tangannya dengan erat.
Tiba-tiba saja sebuah cengkeraman dari belakang membuat bayang-bayang masa lalu itu sirna.
Salah satu dari enam anak buah Lu Dong menarik paksa rambut Yin yang langsung membuatnya bangkit berdiri, menghadap lima orang anggota Keluarga Lu yang baru saja berkumpul di halaman.
Seperti informasi yang dikatakan Dokter Bert di rumah sakit, Lu Dong juga memberitahu ketiga putrinya kalau penyakit gagap Yin telah sembuh, tetapi ingatannya sedikit terganggu.
Dua orang pria tiba-tiba maju. Mereka menahan kedua tangan Yin di belakang punggung, sedangkan dua orang lain bergantian memberi pukulan pada wajah dan perutnya.
BUGH!
BUGH!
BUGH!
Berapa kali pun mereka memukul hingga membuat salah satu sudut bibir Yin mengeluarkan darah, nyatanya sang menantu tidak mampu merasakan rasa sakit itu. Kulit tubuhnya juga tidak mampu merasakan betapa dinginnya musim dingin kali ini.
Semua ini karena kutukan yang diberikan Dewa Kematian kepada Yin alias Shun Yuan, mengingat betapa kejam dan bengis hidupnya kala itu.
Selalu ada harga yang harus dibayar untuk sebuah pertukaran!
Tiga kutukan telah dia rasakan dalam satu hari ini.
Apakah masih ada lagi? Dia sendiri tidak tahu.
Yin yang telah memiliki segala kemampuan dari seorang Jenderal Besar Dinasti Qing itu bisa saja membalas perbuatan mereka, namun dia tidak melakukannya. Karena dia merasa waktunya belum tepat.
Dia masih ingin mempelajari kehidupan orang-orang yang ada di dunia barunya saat ini. Sekaligus mencari tahu, kenapa dia harus melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh pemilik tubuh barunya ketika masih hidup.
“Cukup!” teriak Lu Dong, membuat orang-orang yang tadinya menghajar Yin akhirnya berhenti. Dia lalu melempar sesuatu ke wajah menantunya.
Dengan tangkas Yin menangkap selembar kertas putih yang ditujukan kepadanya. “Apa ini?”
“Kenapa kau tidak mati saja dalam kecelakaan itu, hah? Gara-gara kau bangun, aku harus membayar seluruh tagihan rumah sakitmu selama tiga bulan! Kau tahu berapa jumlahnya? 1.042.700 Yuan!” seru Lu Dong berapi-api.
“Hanya satu juta. Memangnya kenapa?” Yin asal menjawab. Sebenarnya dia tidak tahu berapa banyak satu juta Yuan itu, karena mata uang di negaranya telah berubah.
“Kau bilang hanya satu juta?” Suara Lu Dong meninggi, tetapi kemudian dia dan semua orang yang ada di halaman tertawa mengejek, kecuali Lu Wan Wan. “Apa kau pikir dirimu itu anak Kaisar Langit yang bisa menghadirkan satu juta Yuan dalam sekejap, hah?”
“Ya ampun, Yin! Tak masalah kalau kau itu menantu gagap dan penyakitan, tapi janganlah terlalu bodoh! Apa setelah bangun dari koma, kau menjadi tidak bisa berhitung?” Li Na ikutan mengejek.
“Siapa bilang aku tidak bisa berhitung?” bantah Yin. “Bukankah satu juta Yuan itu setara dengan sepuluh ekor kuda? Dua kereta besi bergerak yang tadi aku naiki? Atau setara dengan—“
“CUKUP!” potong Lu Dong yang telah habis kesabarannya. “Bisa-bisanya kau membandingkan uang satu jutaku dengan sepuluh ekor kuda dan kereta besi bergerak! Yang kau naiki tadi itu adalah mobil listrik yang kubeli lima tahun lalu!”
Li Na dan kedua putrinya pun mendengkus. Keluarga Lu hanya memiliki seorang menantu, tetapi betapa bodohnya pria yang dipilih oleh Lu Bei—paman mertua Li Na. Wanita paruh baya itu kemudian menjelaskan kepada Yin, kalau gaji Lu Wan Wan sebulan saja tidak akan sanggup untuk membayar biaya rumah sakitnya.
“Apalagi jika hanya mengandalkan dirimu yang bekerja sebagai petugas perpustakaan. Bisa-bisa aku harus menunggu lima puluh tahun untuk membuat uang suamiku kembali. Bukan kebahagian yang kau berikan pada Wan Wan tapi rasa malu!” cecar Li Na.
Mendengar namanya disebut, Lu Wan Wan hanya mengatupkan kedua bibirnya. Dia tidak membantah, juga tidak menambahi, apalagi ikut menertawakan Yin. Dia hanya menatap pria yang menjadi suaminya itu dengan pandangan yang sulit dimengerti.
“Sudahlah, Ayah. Yin tidak mungkin sanggup untuk menggantinya. Jangankan satu juta Yuan, seratus Yuan saja dia tidak punya. Benar’kan, Wan Wan?” sindir Lu Fen Fen—putri sulung Keluarga Lu.Lu Wan Wan hanya mengangkat kedua pundaknya. Dia memang tidak tahu berapa banyak tabungan yang dimiliki Yin. Karena selama tiga tahun mereka menikah, dia tidak pernah menanyakan berapa besar gaji dan pengeluaran pria itu setiap bulan.Yang dia tahu, sebelum menikah, Yin tinggal dan dibesarkan di sebuah panti asuhan.Jika bukan karena Yin pernah menolong Kakek Lu Bei—paman ayahnya yang saat itu sedang terjebak di dalam lift yang ada di Shanghai Mall hingga mengalami serangan jantung, pernikahan mereka tidak akan pernah terjadi.Tiga hari setelah masa berkabung, seorang pengacara datang ke rumah. Pengacara itu membacakan surat wasiat mendiang Kakek Lu Bei yang berisi, jikalau mereka ingin mewarisi semua harta kekayaan mendiang Tuan Lu Bei, maka Lu Wan Wan harus menikah dengan Yin.Hanya satu syarat!Te
“Berhenti!”Suara teriakan bernada rendah yang berasal dari dalam rumah membuat Li Man dan yang lainnya urung mengayunkan langkah. Begitu juga dengan sang menantu yang ikut melepaskan cengkeramannya dari pergelangan tangan Akai.Wajah para maskulin itu langsung membeku tatkala melihat seorang wanita paruh baya yang masih mengenakan mantel bulunya datang menghampiri.“Haiz, Bibi! Mengejutkanku saja." Li Man berkata gusar."Kenapa kalian semua masih berada di halaman?" Li Na bertanya. "Kami hanya ingin memberi menantu ini sedikit pelajaran." “Bukankah kalian sudah melakukannya tadi?” “Aku rasa itu masih belum cukup untuk membuatnya menyadari, siapa sebenarnya yang berkuasa di rumah ini!”Li Na menghela napas. “Kalau kalian terus menyiksanya, kapan dia mulai bekerja? Sekarang hampir pukul tujuh malam! Untuk malam ini lepaskan saja dia! Aku tidak peduli, kalau kalian ingin memberinya pelajaran di lain hari.” Mendengar permintan Li Na, maka mundurlah semua anak buah Lu Dong. N
Lemparan pisau buah yang begitu cepat.Suara senjata tajam yang menancap dan mengiris daun pintu.JLEB!Semua itu membuat wajah Li Na memucat. Dia yang semula ingin memaki-maki dan memukul menantunya dengan gagang sapu mendadak hilang keberanian. Wanita paruh baya itu memilih mundur, meninggalkan Yin sambil membawa detak jantungnya yang berdegup kencang.Li Na berhasil menemukan Lu Dong. Rupanya suaminya itu berada di ruang keluarga. Berulang kali dia memanggil bahkan sampai mengentakkan kaki, nyatanya tatapan mata pria paruh baya itu masih terpaku pada ipad yang ada di pangkuannya.Entah apa yang dilihat oleh suaminya, padahal malam ini adalah malam tahun baru. Tidak ada bursa saham yang buka dan seluruh perusahan di Shanghai telah mengumumkan hari libur mereka hingga tujuh hari ke depan. “SUAMIKU!”Teriakan yang disertai dengan gebrakan meja itu langsung membuat Lu Dong tersentak. Pria paruh baya itu buru-buru mematikan layar ipadnya. Sambil mengangkat wajah, dia menatap mata kecil
Lu Dong menaikkan salah satu ujung alisnya. “Sejak kau bangun dari koma, kepercayaan dirimu semakin menjadi. Baiklah, Anak Kaisar Langit, aku akan menunggu pembayaranmu di sini. 5.000 Yuan! Tidak kurang dan tidak lebih!”Ekspresi harap-harap cemas menggelanyuti wajah para feminin ketika mereka melihat kepergian Yin. Namun tidak bagi Lu Dong, pria paruh baya itu malah tertawa menyeringai di atas kursi makannya.“Mau ke mana dia?” Li Na bertanya pada Lu Wan Wan.“Mungkin ke kamarnya.”Seperti dugaan Lu Wan Wan. Dengan bantuan sistem pengetahuan baru yang ada pada indera penglihatnya, akhirnya Yin berhasil menemukan letak kamar pemilik tubuh barunya itu.Ternyata selama tiga tahun ini, Keluarga Lu yang mendapat predikat keluarga terkaya nomor lima se-Shanghai, justru menempatkan menantunya di dalam sebuah ruangan bekas gudang yang sudah tidak terpakai. Letaknya berada di belakang bangunan utama. Terpisah dari kamar Lu Wan Wan.“Sungguh keterlaluan!” umpat Yin, begitu melihat tumpukan kard
Dia telah memotong 120 lidah para pemberontak, sebelum akhirnya membunuh mereka yang berusia muda dan melepaskan mereka yang lanjut usia!Itulah jawaban yang didapat Yin alias Shun Yuan ketika mencoba mengingat-ingat kesalahan apa yang telah dia perbuat, hingga Dewa Kematian memberikan kutukan keempat kepadanya.TOK! TOK! TOK!Suara ketukan pintu tidak membuat Yin mengangkat wajah. Siapa pun yang datang, dia tidak peduli!Dia sengaja tidak menyalakan penerangan dan membiarkan pintu kamarnya terbuka. Siapa pun bisa langsung masuk untuk melihat keadaannya saat ini.Suara ketukan pintu lenyap. Digantikan dengan suara langkah bersepatu yang perlahan mendekati Yin yang sedang duduk di lantai. Sang pemilik sepatu itu berhenti di depan Yin. Dia lalu membungkuk kemudian menyodorkan telapak tangannya.“Selamat tahun baru,” ucap Lu Wan Wan.Suara merdu itu membuat Yin tersentak. Dia seperti mendengar kicauan burung bernyanyi di tengah malam. Segera saja dia mengangkat wajahnya dengan ragu.Sebua
Yin tidak tahu apa itu saldo dan WeChat Pay!Namun, sepasang matanya yang kecil itu langsung mengerling begitu melihat ada angka 200 Yuan tertera di sana!Dia tahu kalau itu adalah UANG! Karena Yin sering mendengar Lu Dong mengatakan saat sedang memarahinya.Dengan bantuan sistem pengetahuan baru yang ada pada indera penglihatnya, Yin mengetahui nama benda tersebut dan kegunaannya. Ponsel itu dapat membantunya berkomunikasi dengan orang lain serta melakukan transaksi tanpa uang fisik atau non tunai!Dia segera mengambil ponsel kepunyaan si pemilik tubuh baru, lalu mengocok benda itu berulang kali. Siapa tahu, apa yang dilakukannya itu mampu membuat 200 Yuan keluar dari sana.Karena dengan uang tersebut, Yin berharap dapat melunasi biaya rumah sakit dan bisa duduk di samping Lu Wan Wan, meskipun nilainya sangat jauh dari jumlah hutang-hutangnya pada Lu Dong.Namun, yang terjadi ….“Kenapa 200 Yuan itu tidak keluar?” gumam Yin, yang merasa kalau ternyata usahanya itu sia-sia. “Padahal j
Yin tidak tahu keberadaan Lu Wan Wan!Akan tetapi, sistem pengetahuan baru itu telah memberitahu Yin, kalau dia bisa menggunakan ponsel kepunyaan si pemilik tubuh baru untuk menghubungi wanita muda itu.Dan dia melakukannya.Puluhan detik telah berlalu, akan tetapi panggilan yang dibuat Yin tak kunjung mendapat jawaban. Sementara luka memar yang pada tangannya itu masih terus bertambah hingga terlihat ujung betisnya. Karena tidak ingin membuang waktu, Yin akhirnya mengurungkan niatnya untuk pergi ke Perpustakaan Shanghai.Bagaimana pun juga, keadaan istri sang pemilik tubuh ini sama pentingnya dengan keadaan nyawanya sendiri!Meskipun pada akhirnya dia akan mati malam ini, tetapi setidaknya dia harus berbuat satu kebaikan dalam hidupnya!Yin bergegas kembali ke tempat kediaman Keluarga Lu. Namun, keberadaannya itu malah terhalang dengan sebuah pagar besi tinggi yang terkunci rapat dari dalam.Namun, Yin alias Shun Yuan tidak kekurangan akal!Dia menemukan sebuah sela kecil yang ada di
Orang gila mana yang nekat menyusuri jalan raya di musim dingin, hanya dengan mengenakan kemeja tipis dan celana panjangnya?Memang tidak ada yang lebih gila, selain Yin alias Shun Yuan di kota ini!Apa yang dikenakan Yin telah membuat puluhan hingga ratusan pasang mata menatapnya dengan kerutan di wajah.Namun, siapa yang peduli?Dia hidup untuk dirinya sendiri.Dengan waktu yang tersisa dan berbekal kecerdasan serta kekuatan yang dimilikinya, dia akan bekerja untuk mendapatkan uang!Sepasang mata Yin yang kecil itu tengah menengadah. Menatap bangunan tinggi dengan atapnya yang berbentuk seperti mercusuar, dengan ketinggian 24 lantai. Sistem pengetahuan baru yang ada dalam indera penglihatnya itu telah memberitahu, bahwa gedung tinggi tersebut adalah tempat si pemilik tubuh bekerja.Ketika sepasang kaki Yin mulai memasuki Perpustakaan Shanghai, kedatangannya itu langsung disambut oleh aroma tumpukan kertas, barisan buku-buku usang serta aroma kayu jati yang berpadu dengan kayu cendan
Suara dobrakan pintu yang disertai teriakan itu langsung direspon oleh sepuluh orang pria yang berada di dalam ruangan. Mereka yang sedang berdiri mengitari meja bilyard itu sekonyong-konyong menegakkan kepala lalu membusungkan dada.BRAKKK!Dua tongkat bilyard terlempar mendarat di atas meja dengan sempurna, membuyarkan beberapa barisan bola biru yang semula terdiam. Beberapa kaki itu pun mengayun santai, seakan tanpa beban begitu mendapati kehadiran seorang pemuda berpostur yang tak lebih dari 170 sentimeter.Feng Siyu mengenal seorang pria yang berada di barisan paling depan. Pria itu mengenakan setelan jas kemeja warna hitam. Dengan tiga barisan kancing teratas yang dibiarkan tetap terbuka, memperlihatkan otot-otot dadanya yang bergelombang.Pria itu mendapat julukan Black Dragon di lingkungan sekitar. Tidak, mungkin sepak terjangnya yang mengerikan dan tidak mengenal belas kasihan itu sudah terdengar seantero Shanghai. Tidak ada seorang pun yang tahu, siapa nama asli pria tersebu
Pada saat itu juga mundurlah Lu Wan Wan dari hadapan Yin alias Shun Yuan. Kegamangan segera menghampirinya seiring dengan mulutnya yang tertutup oleh telapak tangannya sendiri.Ingin rasanya dia tidak mempercayai perkataan pria yang telah mengambil kendali atas tubuh suaminya, tapi apa yang pria ini katakan tidak sepenuhnya salah. Karena dia sendiri juga telah membaca buku harian tersebut.“Siapa? Siapa yang telah mencelakainya?” tanya Lu Wan Wan dengan suaranya yang bergetar.Shun Yuan bisa saja langsung menyebutkan satu nama yang dicurigainya saat ini, tetapi dirinya belum yakin karena kurangnya bukti-bukti yang dimiliki. “Aku masih belum yakin, siapa saja yang telah terlibat. Tapi aku mulai mencurigai beberapa orang.”Tatapan mata Lu Wan Wan memicing. “Apa katamu? Beberapa? Itu artinya ….”“Lebih dari satu orang yang menginginkan kematiannya,” sambung Shun Yuan. “Entah mereka memiliki tujuan yang berbeda atau saling bekerja sama.”Kepala Lu Wan Wan menggeleng. “Aku sungguh tidak per
Tiga jam. Itulah waktu yang diperlukan Yin untuk diam termenung di atas Jembatan Sungai Yangtze. Menatap derasnya arus sungai yang tampak kelam dan pekat di waktu malam. Sepercik pertanyaan mendadak terbersit dalam sanubari sang mantan jenderal besar Dinasti Qing tersebut.Mungkinkah selama ratusan tahun, tubuhku tersimpan di dalam sana?Tiga ratus lima puluh empat tahun itu bukan waktu yang singkat. Pantas, keadaan sungai ini juga sudah sangat jauh berbeda dari zaman Dinasti Qing.Dan di dalam sungai inilah, kisah antara dirinya dan si pemilik tubuh terjadi.Mendadak sebuah suara ketukan tumit sepatu yang mengayun di atas trotoar membuat daun telinga Yin bergerak-gerak. Seperti biasa indera pendengaran yang tajam pemberian dari Dewa Kematian, mampu membuat mantan jenderal besar Dinasti Qing itu mampu mendengar suara semut yang berjalan hingga mampu memilah-milah jenis suara meskipun di belakang punggungnya terdengar hiruk pikuk kendaraan roda empat berlalu lalang. Kehad
“Denise, halo …. Halo …!” seru Feng Siyu.Selama beberapa saat pria muda berusia 27 tahun itu tampak tertegun menatap layar ponselnya yang masih menyala. Baru beberapa menit yang lalu, dia menerima panggilan dari adik tirinya yang bernama Denise Allard.Saudara perempuan namun berbeda ayah itu kerap menghubunginya di jam-jam malam. Selepas makan malam lebih tepatnya, karena pada saat itulah segala aktivitasnya di dunia kerja telah terhenti.Namun, apa yang baru saja terjadi?Feng Siyu justru tidak mendengar suara Denise. Bulu kuduknya mendadak dikejutkan dengan suara teriakan minta tolong, suara seorang atau beberapa orang pria dan suara gedebuk-gedubuk yang tak jelas.Jangan-jangan ….Pikiran Feng Siyu lantas tertuju pada panggilan ponsel yang diterimanya sore tadi di Gedung Madox Colour. Kedua tangannya langsung mengepal, mengingat ancaman si penelepon. Padahal mereka telah bersepakat, bahwa si penelepon akan memberinya sedikit waktu dan tidak akan mengganggu adiknya yang saat ini t
Begitu Mey Mey mendengar suara bariton itu berkata, jantungnya seakan hendak melompat keluar dari tubuhnya. Suara yang disertai dengan seringai dan langkah tegap itu benar-benar mengintimidasi dirinya.Menyihir gadis blasteran itu untuk berhenti, lalu bergerak mundur hingga akhirnya punggungnya yang terbungkus dengan selembar pakaian tidur tipis itu menempel di depan dinding ruang tamu.BUGH!Rasa dingin langsung menjalari telapak tangan Mey Mey begitu Lu Dong berhasil mengunci tubuhnya dengan kedua lengannya yang kekar. Manik mata birunya itu tampak bergerak-gerak.“Ma—mau apa kau … kemari?”Mendengar suara intonasi yang terbata-bata itu lantas membuat Lu Dong terkekeh. Puncak hidung kekasih kecilnya itu masih sama seperti dulu. Seperti sebuah papan luncur yang turun ke bawah, lalu menukik tajam ke atas. Dia tidak menyangkal, bahwa dia sangat menyukai hidung Mey Mey, selain dari apa yang tersembunyi di balik pakaian tidur gadis itu.Sembari memberi sedikit kecupan pada puncak hidung
Malam ini mobil listrik yang dikemudikan Lu Dong langsung meluncur membelah lalu lintas Kota Shanghai. Kendaraan roda empat itu bergerak menuju ke arah utara. Di mana terdapat tiga pulau aluvial dataran rendah yang berpenghuni di muara Sungai Yangtze. Salah satu dari ketiga pulau itu adalah Chongming.Lu Dong meninggalkan mobil listriknya di pelabuhan dan memilih menggunakan feri, agar lebih cepat tiba di tempat tujuan. Dia tidak ingin memberi kesempatan Mey Mey untuk kabur lagi dari hadapannya. Malam ini juga, dia harus menuntaskan masalahnya dengan tikus kecil itu.“Berapa lama kapal ini menuju Chongming?” tanyanya kepada nahkoda.“Jika cuaca bagus, dua puluh menit lagi kita akan tiba di sana. Apa Tuan akan berhenti di Desa Terapung Chu Zhang?”“Tidak. Turunkan aku di Chongming!”“Naiklah!” Nahkoda itu berseru kepada Lu Dong.Layar dibentangkan. Suara mesin menderu-deru di bawah alas kaki, diikuti dengan gumaman para penumpang yang sudah mulai berdesakan memasuki kapal. Jumlah mereka
Kegelapan baru saja muncul menyapa Shanghai. Meskipun Li Na tidak menyukai kedatangan Lu Dong, tetapi berkat Lu Shen Shenlah, pria paruh baya itu akhirnya memiliki tempat tinggal untuk meletakkan kepalanya malam ini.Lu Dong sudah tidak perlu repot-repot lagi memikirkan menu makan malamnya hari ini dan hari-hari selanjutnya. Dia juga tidak perlu risau akan angin malam yang kerap menusuk-nusuk persendiannya yang sudah tidak muda lagi.Tak masalah jika Li Na tidak mengizinkannya untuk tidur dalam kamar. Dia tahu, kalau kemarahan istrinya itu hanya sementara. Esok hari, wanita itu pasti akan kembali merajuk dan malam berikutnya, dia akan kembali menikmati empuknya busa kasur yang ada di apartemen ini, pikirnya. “Ayah, kami hanya punya ini.” Lu Shen Shen berkata sembari memberikan potongan selimut tipis kepada Lu Dong.“Tak masalah.” Lu Dong menarik kedua sudut bibirnya lebar ketika menerima pemberian putri keduanya itu. “Kau memang putri Ayah yang paling berbakti. Ngomong-ngomong … di
Yin tersenyum dingin, karena dia memiliki jawaban atas pertanyaan Arthur. Namun, dia tidak langsung memberitahu pria tua tersebut. Dia justru menanyakan topik utama mengenai kedatangannya kali ini."Lalu bagaimana dengan Denise Allard dan kakak laki-lakinya?"“Aku telah menemukan tempat tinggal Denise. Gadis itu sekarang tinggal di rumah Keluarga Feng.” Arthur menunjuk ke sebuah titik koordinat yang berkedip pada layar laptopnya.Yin menatap titik koordinat yang letaknya agak jauh dari tempat Kediaman Keluarga Lu. “Kau mendatanginya?”“Tentu saja! Aku membantumu sekaligus mengerjakan tugas yang diberikan Lu Dong. Untuk menemuinya, aku menyamar menjadi seorang nenek tua. Salah seorang tetangganya yang sedang kehabisan gula."Yin tergelak. Membayangkan bagaimana wajah maskulin yang keriput itu berubah menjadi seorang nenek tua dengan rambut putihnya yang tergelung ke belakang lengkap dengan selembar daster bermotif bunga yang menutupi tubuh atletis Arthur. "Melihat nenek-nenek jadian y
DEG!Kali ini bukan hanya wajahnya saja yang membeku, melainkan juga detak jantungnya serasa hampir berhenti mendadak tatkala mendengar suara bisikan tersebut. Perlu waktu beberapa detik untuk membuat Ma Yin Fei palsu menyadari bahwa ada seseorang yang mengetahui dosa masa lalunya.“Siapa kau?” teriak Ma Yin Fei palsu sembari mengarahkan pandangannya ke sekitar koridor.Pria yang memiliki tinggi tidak lebih dari 170 sentimeter itu memutar tumitnya beberapa kali, lalu bergerak ke sana kemari. Namun, apa yang dilakukannya itu tak kunjung mendapat jawaban. Koridor panjang itu terlihat kosong, dingin dan lengang. Dari kejauhan dia hanya mampu menangkap pintu ruang kerja Ma Zimo yang masih tertutup.Berarti mantan pustakawan itu masih berada di dalam, lalu siapa yang bicara tadi? Pikiran Ma Yin Fei palsu mulai berkecamuk. Embusan angin yang membelai tengkuk lehernya serta kebisuan yang tejadi di sekitar koridor, membuat sekujur tubuh Ma Yin Fei palsu meremang. Tatapan matanya mendadak beru