Nyonya Sanjaya akhirnya mempertemukan Bu Merys dan Miss Arabella. Namun sebelum mempertemukan mereka, Nyonya Sanjaya sudah bicara lebih dulu pada Bu Merys. Dia mengajak Bu Merys bekerja sama dengannya. Awalnya Bu Merys tidak setuju tapi setelah ditawarkan uang seratus juta, Bu Merys akhirnya setuju untuk mengikuti rencana Nyonya Sanjaya.Keduanya bertemu di sebuah restoran mewah yang sudah dipesan khusus oleh Miss Arabella sebagai tempat pertemuannya. Bahkan Miss Arabella memesan seluruh restoran itu agar dirinya bisa leluasa bicara dengan Bu Merys tanpa diganggu siapapun."Halo Bu Merys, saya Arabella yang ingin bertemu dengan Anda!" Miss Arabella mengulurkan tangannya, mengajak Bu Merys berjabat tangan, dan Bu Merys tentu menerima keramahan Miss Arabella."Halo Nyonya Arabella! Saya sudah dengar tentang Anda dari Nyonya Sanjaya." Bu Merys tersenyum lebar dengan ekspresi ramah melihat Miss Arabella."Silahkan duduk Bu Merys, Nyonya Sanjaya!" kata Miss Arabella mempersilahkan Nyonya S
"Saya juga tidak rela melepaskan Yusita, Nyonya. Karena dari umur lima tahun, saya yang menjaganya. Saya membesarkan dia dengan penuh kasih sayang dan juga mendidiknya menjadi wanita terhormat.""Saya mengerti perasaan nyonya tapi tolong, nyonya juga harus mengerti perasaan seorang ibu yang kehilangan anaknya selama bertahun-tahun. Saya sudah lama menantikan ini. Bahkan saya tidak pernah sekalipun melewatkan kesempatan untuk mencari putri saya dan takdir mempertemukan saya dengan Yuriana yang akhirnya membawa saya pada kebenaran tentang putri saya.""Baiklah Nyonya. Saya akan mempertemukan Anda dan Yusita tapi saya tidak akan membantu Anda untuk membujuk Yusita agar menerima Anda," ujar Nyonya Sanjaya yang pura-pura tak senang."Tidak masalah tapi nyonya jangan menghalangi jika Yusita ingin pergi bersama saya," tegas Miss Arabella."Yusita sudah dewasa. Dia berhak memilih Nyonya Arabella. Sebagai orang tua, kita hanya perlu mendukungnya saja!"Obrolan Nyonya Sanjaya dan Miss Arabella
“Pergi dari hadapanku Emran! Aku tidak ingin melihatmu atau pun bicara denganmu saat ini!” Matanya tajam melihat Emran. Ia geram dengan kelakuan pria tidak tahu diri itu.Emran semakin mendekati Yuriana. Bahkan dia memegang dagu Yuriana.“Lepas Emran!” Yuriana berusaha melepaskan tangan Emran yang mencengkram dagunya tapi kekuatan pria itu lebih besar darinya.Emran malah tersenyum miring menatap Yuriana yang terlihat ketakutan. “Aku tahu kamu masih marah padaku karena aku malah menikah dengan Yusita tapi ketahuilah Yuriana, aku hanya mencintaimu seorang. Sampai kapanpun itu, perasaanku tidak akan berubah. Bahkan jika kau sudah tidur dengan Erland, tidak akan membuat cintaku hilang begitu saja.”Setelah mengatakan itu, Emran melepaskan dagu Yuriana. Dengan cepat, Yuriana melangkah mundur, menjauh dari Emran. Matanya yang menatap Emran, bagai elang yang siap memangsa.“Dasar brengsek kamu!”Emran tidak mengatakan apapun. Dia hanya menaikkan ujung bibirnya sembari melihat Yuriana kemudia
Yuriana mengangguk dengan senyuman manis yang tampak diwajahnya. Hal itu membuat Erland ikut tersenyum melihat Yuriana senang. Bahkan dia mencubit kedua pipi Yuriana. “Kenapa aku baru sadar kalau kau sangat menggemaskan?” “Sakit,” protes Yuriana sembari menarik tangan Erland, dan bibirnya cemberut melihat Erland yang senang menjahilinya. “Suapi aku!” pinta Erland. Dia membuka mulutnya lebar-lebar di depan Yuriana. Yuriana menggeleng dengan senyuman yang masih tampak diwajahnya melihat tingkah manja Erland. Namun dia tidak menolak permintaan kecil suaminya itu. Dia mengambil satu kue itu lalu memasukkannya ke dalam mulut Erland. Erland menguyah, menikmati kue buatan istrinya itu. Yuriana hanya memperhatikan suaminya dengan penuh rasa penasaran. “Gimana? Enak?” tanya Yuriana. “Memangnya kamu tidak coba dulu? Kok malah tanya aku?” Bukannya menjawab, Erland malah bertanya balik. “Aku udah coba. Enak sih tapi aku mau dengar pendapat kamu. Kalau enak, berarti aku berhasil bikin kue.
Erland melihat istrinya sedang duduk di sofa. Yuriana tengah sibuk menggambar di sana tapi Erland malah tiba-tiba datang dan langsung memeluk Yuriana. “Sayang, aku menginginkanmu mala mini!” Yuriana tidak mau diganggu untuk saat ini hingga dia mendorong tubuh Erland menjauh darinya, lalu segera berdiri. Ia melangkah menuju kamar mandi untuk menghindari lelaki itu, namun Erland dengan cepat menangkap tubuhnya dari belakang. “Kamu mau kabur gitu aja, hem. Sebelum aku bersenang-senang dengan kamu, kamu tidak boleh lari dariku,” bisik Erland di telinga Yuriana. Kedua tangan besar Erland memeluk dada Yuriana, dan bibirnya mulai bermain di telinga wanita cantik itu. “Erland, aku masih ada kerjaan yang masih harus kuselesaikan,” ucap Yuriana berusaha menghentikan Erland. “Lupakan itu dulu sayang. Malam ini, aku akan kasih kamu malam yang indah.” Bisikan lembut dari suaranya, lagi-lagi dilontarkan Erland di telinga Yuriana, dan pada saat bersamaan pula ia terus mengecup telinga Yuriana sa
Yuriana baru saja selesai mandi dan dia masih melihat Erland tidur di kasur. Padahal, sebelum ke kamar mandi, dia membangunkan suaminya itu.“Erland, ayo bangun lalu mandi!” kata Yuriana sembari menggoyang-goyangkan tubuh Erland agar cepat bangun.“Emm! Sebentar saja. Aku masih mengantuk!” Pria itu menjawab tanpa membuka matanya. Bahkan posisinya masih berbaring terlentang.“Sekarang udah jam tujuh pagi! Nanti kamu terlambat ke kantor,” ucap Yuriana."Badanku sakit semua. Rasanya sulit bangun. Tolong bantu bangun dong!" Erland kembali menjadi pria manja. Dia mengulurkan kedua tangannya di depan Yuriana, meminta perempuan itu menariknya dengan raut wajahnya yang memohon.Yuriana tidak langsung menuruti suaminya. Dia malah menghela nafas panjangnya melihat Erland. "Badanmu kok sakit semua. Padahal, orang yang terluka di sini adalah aku. Jadi orang yang seharusnya mengeluh itu adalah aku, bukan kamu.""Aku banyak menggerakkan tubuhku semalam. Jadi hasilnya begini. Makluminlah, aku berusa
“Bu Karin, nggak perlu jelasin sama mereka saya siapa. Bagi saya, nggak penting mereka tahu tentang saya. Toh, saya kerja di sini untuk masa depan saya, karir saya. Bukan untuk mereka. Saya juga nggak maksa orang untuk suka sama saya. Itu hak mereka, Bu Karin.” Yuriana lebih baik dibenci oleh teman sekantornya daripada menjelaskan tentang dirinya yang belum tentu membuat mereka menerimanya dengan tulus.“Tapi Yuriana, mereka harus tahu supaya mereka nggak seenaknya lagi padamu,” ucap Bu Karin.“Dari awal saya masuk kerja sini, mereka memang udah nggak suka sama saya. Mereka menunggu waktu yang tepat untuk bisa mengeluarkan saya dari sini. Sekarang mereka punya sesuatu yang menurut mereka bisa ngebuat saya keluar dari sini,” ucap Yuriana sembari menatap mereka dengan tatapan tajam.Stesy dan yang lainnya penasaran dengan lanjutan kata-kata Bu Karin tentang Yuriana tapi melihat respon Yuriana membuat mereka semakin tidak senang dengan Yuriana.“Jadi kamu berpikir kalau kita protes begin
“Aku dengar kamu ada masalah dengan karyawan lain?” tanya Erland pada istrinya yang duduk di sampingnya.Keduanya berada di mobil yang dikendarai Paman Hans. Baru saja mobil itu melaju meninggalkan perusahaan, Erland tiba-tiba bertanya.“Pasti kamu dengar dari Bu Karin.”“Benar. Tadi siang Karin kasih tahu aku kalau sebagian karyawan menuduh kamu sebagai simpananku. Aku mau mendatangi tempatmu tapi Bu Karin melarang karena katanya, kamu nggak suka kalau aku ikut campur,” jelas Erland dengan serius.“Aku nggak suka kalau kamu ikut-ikutan. Bukan karena nggak menghargai kamu. Aku hargain kamu kok tapi kalau masalah karyawan itu, aku nggak perlu bantuan siapapun. Nanti malah jadi kebiasaan. Aku nggak mau jadi manja. Lagipula, nggak penting juga aku jelasin sama mereka tentang hubungan kita. Toh, aku kerja di sana untuk aku sendiri, bukan untuk mereka.”Erland malah terlihat tidak senang setelah mendengar penjelasan Yuriana. “Aku tahu kalau kamu begini karena ingin mandiri. Tapi Yuri, beke
Tiga hari kemudian, Yuriana akhirnya sadar. Erland dan yang lainnya tentu senang melihat Yuriana sudah sadarkan diri. Namun Yuriana masih belum bisa banyak bicara. Jika ditanya atau diajak bicara oleh dokter, Yuriana hanya mengangguk atau menjawab singkat saja. "Aku senang bisa lihat kamu sadar kembali Yuri. Kau tahu, kau sudah buat aku takut. Aku pikir, aku akan kehilanganmu." Tanpa sadar Erland mengeluarkan air matanya, dan itu adalah air mata bahagia. Perlahan, Yuriana mengulurkan tangannya ke wajah Erland lalu menghapus air mata suaminya di sana. Senyuman diwajahnya pun tampak begitu jelas. Erland menangkap tangan istrinya itu dan menempelkannya ke pipinya. "Yuriana, setelah kamu mengalami hal seperti ini, aku sadar bahwa kamu ternyata segalanya untukku. Aku mencintaimu Yuriana!" Yuriana terkejut. Baru sadar, ia tiba-tiba dapat pengakuan cinta dari Erland. "Mencintaiku?" Erland mengangguk. "Ya. Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu." "Erland, sebenarnya. Aku hamil." Erlan
Erland berlari di lorong rumah sakit menuju ruang IGD setelah mendengar kabar kecelakaan Yuriana dari pihak rumah sakit. Sesaat lalu, beberapa orang menemukan mobil mereka terbalik di jalan dan mereka membawa Yuriana dan Yusita ke rumah sakit. Erland kini berada di depan ruang IGD. Di saat yang sama, dokter keluar sembari mendorong keluar brankar. Di sana ada Yuriana yang berlumuran darah. Masker oksigen sudah dipasang dan selang infus pun sudah menempel dilengannya. Di belakang brankar Yuriana, ada brankar Yusita. Keduanya sama-sama dalam kondisi kritis. Erland tentu sangat khawatir melihat kondisi istrinya. Tubuhnya seketika menjadi lemas melihat kondisi Yuriana yang tak berdaya. "Dokter, saya suami dari pasien Yuriana!" "Nona Yuriana akan dibawa ke ruang operasi. Kami akan mengoperasinya. Tuan silahkan mengurus administrasinya saja," jelas dokter itu."Baik Dok."Kedua brankar itu kembali didorong oleh dokter. Di saat itu, Nyonya Sanjaya, Tuan Sanjaya dan Miss Arabella datang. M
"Kau baik-baik saja kan, Yuriana?" tanya Erland tampak khawatir melihat ekspresi wajah Yuriana yang pucat. "Aku baik. Cuma agak pusing aja sih," jawab Yuriana sembari memegang pelipisnya. "Oke, kamu istirahat dulu. Biar besok kamu merasa lebih baik saat kita meninggalkan tempat ini." Yuriana mengangguk. Lalu ia mengikuti Erland ke tempat tidur. Esok harinya, Yuriana dan Erland meninggalkan tempat itu. Mereka menuju bandara untuk kembali ke Indonesia. Selama berjam-jam di pesawat, mereka akhirnya sampai di Indonesia. Di depan bandara itu, sudah ada bawahan Erland yang menunggu. Erland dan Yuriana segera masuk ke mobil lalu mobil itu melaju meninggalkan bandara menuju Kediaman Oberon. Sampai di rumah, mereka malah mendengar keributan di dalam rumah. Erland dan Yuriana segera melangkah ke ruang kerja Tuan Oberon, di mana asal suara itu terdengar. Pintu terbuka lebar hingga Erland dan Yuriana bisa masuk. Mereka berdua melihat Tuan Oberon membentak Emran dan di sana ada Emran, Nyonya
Pada akhirnya, Yuriana memakai baju kaos dan celana jeans pilihan Erland. Bibirnya cemberut karena tidak menyukainya. Perempuan itu ingin memakai pakaian seksi seperti perempuan seksi yang ada di negara ini tapi keinginannya itu malah ditentang oleh Erland. Erland sendiri malah tersenyum melihat Yuriana cemberut, bahkan ia mencubit pipi Yuriana yang sedang menunjukkan ekspresi kesal."Bu Karin dan yang lainnya pasti akan menertawakanku karena memakai baju biasa. Padahal, ini adalah pesta karena kita berhasil tugas dari perusahaan dan aku dapat penghargaan sebagai desainer terbaik.""Kalau kau mau mengumumkan di depan semua orang kalau kau adalah Nyonya Erland, aku akan menuruti semua keinginanmu. Termasuk memakai apapun yang kamu sukai," ucap Erland yang membuat Yuriana bungkam."Aku pasti akan mengatakannya nanti. Tunggu aja tanggal mainnya." Yuriana masih belum siap untuk mengatakan statusnya di depan rekan kerjanya. Ia butuh persiapan untuk melakukannya agar dirinya pun tidak disal
Yuriana sudah sampai di lokasi restoran yang disebutkan Erland. Namun, ia tidak masuk ke dalam. Yuriana malah mengambil tempat di luar restoran agar ia bisa tahu jika suaminya nanti datang. Terlebih, baginya menyenangkan duduk makan di sana sembari memperhatikan orang lalu lalang di depan restoran. Pemandangan di sana cukup bagus dinikmati sambil makan siang.Tak lama duduk di sana, akhirnya Erland datang. Mata Yuriana yang tadinya memperhatikan orang-orang lalu lalang, kini memperhatikan Erland yang melangkah masuk.“Land, di sini!” Yuriana segera menaikkan tangannya, melambai ke arah Erland yang tidak melihatnya.Erland yang mendengar namanya dipanggil, menoleh ke asal suara. Dengan segera, Erland melangkah mendekati Yuriana yang tersenyum ke arahnya.“Kenapa kamu duduk di sini? Kenapa tidak ambil tempat di dalam ruangan?” tanya Erland penasaran. Pria itu tidak duduk di kursi melainkan berdiri di depan Yuriana.“Nungguin kamu. Aku juga belum pesan apa-apa kok. Aku tunggu kamu datang
Hari ini adalah hari di mana diadakan fashion week.Yuriana selaku penyelenggara acara bersama Bu Karin dan rekan lainnya, sudah ada di lokasi acara. Mereka yang mengatur acara ini memang harus hadir lebih awal untuk mengatur para model yang secara bergantian memperkenalkan pakaian dari Star King. "Yuriana, pokoknya hari ini harus berjalan lancar. Jadi, kamu harus fokus dengan tugasmu!" tegas Bu Karin yang kembali mengingatkan Yuriana. "Baik Bu Karin." Selama dua jam, acara itu berjalan lancar. Tidak ada keluhan atau masalah lain. Apalagi ketika para desainer pakaian itu naik menunjukkan dirinya. Yuriana dan rekan-rekannya pun dipuji oleh Bu Karin yang berhasil menyukseskan acara hari ini. "Hari ini peragaan busananya berjalan baik. Saya bangga pada kalian semua. Nah, besok acara Jewelry Week. Itu acara yang sangat penting untuk kita. Terutama untuk Yuriana dan Mila yang berkesempatan menjadi desainer perhiasan untuk beberapa perhiasan baru kita. Kalian harus lebih semangat, dan le
“Sekarang kau sudah merasa hebat karena menjadi anak dari orang terkenal!” Emran menyahut saat Yurika masuk ke dalam kamar. Bola mata Yurika langsung tertuju ke arah suaminya yang sedang duduk bersandar di sofa sana. “Apa maksudmu Emran?” “Kau melakukan apapun yang ingin kau lakukan tanpa memikirkan statusmu sebagai istriku, Yurika. Bahkan kamu sengaja mendatangi Erland di kamarnya tanpa rasa malu. Apa selama ini kau memang meremehkanku?” “Jangan salah paham! Aku hanya datang untuk bahas kerja sama dengan dia. Sekalian kasih dia susu untuk Erland sebagai adik iparnya. Sekarang ini kan, Yuriana nggak ada. Jadi, sebagai adik ipar yang baik, aku harus peduli dengan suami kakakku.” Meski Yurika punya niat untuk berpisah dengan Emran tapi ia tetap menjelaskan pada Emran karena tidak ingin pria itu menuduhnya telah punya niat buruk. Apalagi jika Emran menceraikannya dengan alasan selingkuh. Yurika tetap harus memperbaiki nama baiknya. Terlebih semua orang tahu bahwa ia adalah anak Miss A
Yusita mulai menjalankan rencananya dalam menarik perhatian Erland. Ia datang ke kamar lelaki itu, membawa susu hangat setelah melihat Erland meminta susu hangat pada seorang pelayan.Dengan penuh percaya diri akan respon baik Erland, Yusita mengetuk pintu kamar lelaki itu hingga sang pemilik kamar membuka pintunya. Namun tatapan pria itu terlihat dingin melihat Yusita berdiri di hadapannya.“Ada apa?” tanya Erland dingin.“Katanya kamu minta susu. Karena kebetulan, aku di bawah. Jadi sekalian aku bikinkan untukmu,” ucap Yusita tersenyum sembari menyodorkan susu hangat itu pada Erland.Erland melihat susu yang dipegang Yusita lalu kembali menatap adik iparnya dengan tatapan dingin. “Aku sudah tidak tertarik minum susu. Buatmu saja,” tolak Erland kemudian berniat menutup pintunya dengan mendorong pintu itu tapi ditahan oleh Yusita.“Sebentar Kak Erland!”Erland menghela nafas kasarnya melihat Yusita. “Ada apa lagi?”"Aku dengar dari ibuku kalau kamu sedang bekerja sama dengannya," uca
Semua orang yang mendengar pengakuan Yusita, terkejut. Mata mereka semua mengarah ke Yusita tapi mereka tampak bingung dan juga tak percaya apa yang dikatakan Yusita.“Sita … kita sekarang sedang makan malam. Tolong, jangan bercanda seperti ini! Hargailah semua orang yang duduk makan di sini!” sahut Eriska yang terlihat tak senang pada Yusita karena mengira Yusita sedang bercanda.“Apa yang dikatakan Yusita memang benar, Nona Eriska.” Miss Arabella ikut menyahut untuk membela Yusita.“Saya bingung Miss. Setahu saya, Yusita ini adalah anak kandung Tuan Sanjaya dan Nyonya Sanjaya. Kenapa Yusita tiba-tiba menjadi anak kandung Anda?” tanya Eriska mengerutkan keningnya.“Selamat malam semuanya!” Tiba-tiba Nyonya Sanjaya datang. Kedatangannya malam ini di kediaman Oberon untuk membantu Yusita agar mereka yakin tentang masalah Yusita dengan Nyonya Sanjaya.Semua orang menoleh ke arah Nyonya Sanjaya. Nyonya Sanjaya langsung membungkuk hormat di depan Tuan Besar Oberon. “Maaf tuan! Kedatangan