“Aku mau berterima kasih.” “Terima kasih untuk apa?” Erland sedikit kaget karena tak menyangka jika istrinya yang tadinya tidak senang dengannya, malah berterima kasih kepadanya. “Anak-anak ini sudah lama sekali tidak makan, makanan seperti ini. Aku jarang sekali membelikan mereka makanan enak karena kemampuanku. Jadi, aku sangat berterima kasih padamu karena sudah memberikan mereka makanan enak! Lain kali, aku pasti akan membalas kebaikanmu!” Yuriana sudah menganggap anak-anak panti asuhan itu sebagai adiknya. Oleh sebab itu, dia berniat membalas kebaikan Erland. Namun Erland tidak senang jika Yuriana harus membalas kebaikan yang dia berikan pada anak-anak ini karena jujur, dia tulus kepada mereka. Meski begitu, Erland tetap santai di depan Yuriana. Dia tidak menunjukkan ekspresinya yang tidak senang. “Sama-sama tapi kamu tidak perlu membalasnya karena aku melakukannya dengan sukarela. Bukan karena ingin mendapat balasan dari orang. Lagipula, anak-anak itu pantas mendapatkan kebai
“Ayah!” seru Yuriana ketika melihat ayahnya berdiri di depan perusahaan.Tuan Sanjaya tersenyum. Sementara Yuriana berlari dan langsung menghamburkan tubuhnya ke pelukan ayahnya. Dia memeluk ayahnya dengan erat, seolah dia tidak pernah bertemu dengan ayahnya selama bertahun-tahun.Senyuman diwajah Tuan Sanjaya seketika menghilang karena tahu bahwa jika Yuriana memeluknya seperti ini maka anaknya itu pasti punya masalah atau merasa sedih akan sesuatu.“Ada apa Nak?” tanya Tuan Sanjaya kemudian.“Tidak apa-apa Yah. Aku hanya ingin memeluk ayah saja.” Yuriana semakin mempererat pelukannya, seolah tak ingin melepaskan ayahnya darinya.“Yuri, anakku. Apa kau sedih karena pernikahanmu?” tanya Tuan Sanjaya penasaran.Yuriana tidak menjawab. Dia tiba-tiba bersedih mendengar ayahnya mengungkit pernikahannya. Ditambah ibunya yang masih memaksanya untuk meninggalkan Kediaman Oberon. Yuriana diam tapi air matanya menetes.“Walau Emran tidak menikah denganmu. Bukan berarti semuanya berakhir. Ayah
Yuriana kembali ke Mansion Oberon. Sampai di depan rumah itu, dia melihat mobil Yusita terparkir di antara para mobil di Garasi. Itu menandakan bahwa Yusita sudah ada di dalam rumah. Namun Yuriana tidak terlalu peduli dengan Yusita. Saat ini, dia ingin merebahkan tubuhnya di tempat tidur dan menutup matanya tapi langkahnya berbelok ke ruang makan. Dia sangat haus dan ingin membuat minuman lebih dulu sebelum ke kamar. Di sana, Yuriana bertemu dengan Lilis. Pembantu yang selalu memperhatikan Yuriana di rumah ini. “Mbak Lilis belum tidur?” tanya Yuriana pada Lilis yang sedang melap meja makan. Dia bertanya pada Lilis sembari meletakkan tasnya di atas meja makan. “Saya belum selesai kerja Nona.” Yuriana tidak mengatakan apapun lagi. Dia berjalan menuju dapur untuk membuat minumannya sendiri. Lilis mengikuti Yuriana karena berniat membantu Yuriana. “Anda ingin melakukan apa Nyonya Muda?” tanya Lilis yang kini berdiri di samping Yuriana yang tengah mengambil gelas di lemari. “Mau buat
Yuriana semakin marah tapi kondisi tubuhnya yang lemas karena pengaruh obat, membuatnya sulit untuk melawan pria yang kini menekan bahunya ini.“Bajingan! Menyingkirlah dariku! Atau aku akan berteriak.” Suara Yuriana terdengar lemah dan nafasnya pun semakin terengah-engah karena menahan panas ditubuhnya, tapi dia tetap berusaha menjauhkan pria ini darinya dengan ancaman yang jelas tak membuat pria ini takut.Erland tak mengatakan apapun. Dalam gelap, dia tertawa kecil sembari menatap wajah Yuriana yang tak terlihat jelas namun tentu dia tahu bahwa raut wajah Yuriana saat ini seperti orang yang berniat membunuhnya. Dia sudah hafal raut wajahnya istrinya yang sedang marah meski tak bisa melihatnya dengan jelas.Erland sama sekali tidak marah. Dia malah menganggap amarah serta ancaman Yuriana menggemaskan untuknya yang tidak pernah melihat seorang perempuan semarah Yuriana. Bahkan dia menjadi semakin bersemangat ingin mempermainkan istrinya.“Bagaimana kalau aku menunjukkan padamu, pria
Erland tidak ingin pergi begitu saja setelah memakai kembali pakaiannya. Matanya yang tertuju pada beberapa kertas yang berserakan di atas meja, menarik perhatiannya. Erland melangkah ke meja itu kemudian meraih salah satu kertas dengan gambar desain kalung berlian yang cukup indah. Dia melihat setiap detail desain itu hingga memunculkan senyuman tipis diwajahnya.“Kenapa orang berbakat seperti dia ditolak oleh Perusahaan Oberon? Apa mereka tidak bisa menilai orang berbakat dengan baik? Sayang sekali, mereka tidak menerima Yuriana. Padahal, dia berbakat. Dan jarang sekali bisa menemukan orang berbakat seperti dia. Desainnya unik dan elegan. Aku yakin, kalau desainnya diterbitkan, akan diterima dengan baik di pasar Eropa.”CEO Star King yang disandang Erland, bukan hanya sekedar jabatan tanpa kemampuan. Dia adalah desainer fashion terbaik yang pernah menerima empat penghargaan sebagai seorang desainer dan penilai perhiasan teratas di Prancis ketika pertama kali memulai bisnisnya di dun
Matahari pagi masuk dari sela-sela jendela dan mengenai wajah Yuriana. Dia merasakan cahaya matahari pagi itu diwajahnya hingga membuat matanya perlahan-lahan terbuka. Dia masih belum sadar dengan kejadian yang dia alami semalam.Kepalanya menoleh ke arah jendela. Cahaya mataharinya mengenai matanya hingga membuat matanya tak bisa terbuka sempurna. Tangannya refleks menutup kedua matanya.Namun kemudian dia sadar dengan kejadian semalam. Dengan cepat, Yuriana menggerakkan tubuhnya bangun hingga duduk di tepi kasur dengan kondisi tubuh terlilit selimut.“Pria bajingan itu.”Raut wajah penuh amarah tampak begitu jelas diwajahnya. Kedua tangannya yang memegang tepi kasur, meremas kuat sprei itu saking marahnya pada lelaki semalam.“Beraninya orang itu menodaiku.” Mata Yuriana berkaca-kaca ingin menangis. Raut wajahnya masih tampak marah.Yuriana berdiri dari tempat tidur sembari memegang selimut didadanya. Dia berjalan ke arah kamar mandi dengan tubuhnya yang terbalut selimut panjang sa
(“Aku ingin bertemu denganmu, sekarang!”)Yuriana mengirim pesan pada Erland setelah melakukan panggilan telfon beberapa kali tetapi lelaki itu tidak mengangkat panggilannya. Dia curiga jika pria yang datang semalam adalah Erland dan ingin menanyakan langsung pada Erland.“Pokoknya, aku harus bertemu dengan Erland. Aku yakin sekali kalau laki-laki yang mengaku tukang kebun adalah dia,” gumam Yuriana sembari berjalan keluar ke teras depan rumah.Meski curiga pada Erland tapi dia tetap ingin memeriksa tukang kebunnya gara-gara pria semalam mengaku sebagai tukang kebun.Setiap hari tukang kebun itu berada di halaman depan rumah, bahkan juga terkadang ada di taman belakang rumah, merapikan taman itu, tapi Yuriana tidak pernah melihat langsung tukang kebun itu hingga dia menjadi penasaran. Dia begitu ingin melihatnya secara langsung poster tubuh si tukang kebun itu.Yuriana melihat ke sana kemari, mencari sosok tukang kebun rumah itu. Namun tidak ada siapapun selain dua pengawal di depan p
“Jadi Erland selalu datang ke sini?” Meski Erland masih asing bagi Yuriana karena jarang berinteraksi tapi pria itu tetaplah suaminya. Oleh sebab itu, Yuriana berusaha mencari tahu semua mengenai Erland. Jadi setiap mendengar tentang Erland maka dia akan memanfaatkan kesempatan itu untuk bertanya atau mencari tahu sosok suaminya. Terlebih setelah dia mendengar masa lalu kelam yang dialami Erland sewaktu kecil. Dia dipenuhi rasa penasaran tentang Erland. Bahkan rasa penasarannya untuk tahu sosok suaminya semakin besar. “Tuan Erland memang sering datang kemari kalau Ella menginap di sini tapi saya tidak pernah melihat langsung Tuan Erland. Bahkan Tuan dan Nyonya Firdi tidak pernah bertemu dengan Tuan Erland. Setiap kali ingin mengajak Nona Ella keluar, Tuan Erland mengutus Paman Hans.” Penjelasan penjaga itu membuat Yuriana mengerti satu hal tentang Erland bahwa Erland memang pria yang tidak suka menunjukkan dirinya. “Oooo begitu.” “Nona Yuriana masuk dulu ke dalam. Tunggu Nona El
Tiga hari kemudian, Yuriana akhirnya sadar. Erland dan yang lainnya tentu senang melihat Yuriana sudah sadarkan diri. Namun Yuriana masih belum bisa banyak bicara. Jika ditanya atau diajak bicara oleh dokter, Yuriana hanya mengangguk atau menjawab singkat saja. "Aku senang bisa lihat kamu sadar kembali Yuri. Kau tahu, kau sudah buat aku takut. Aku pikir, aku akan kehilanganmu." Tanpa sadar Erland mengeluarkan air matanya, dan itu adalah air mata bahagia. Perlahan, Yuriana mengulurkan tangannya ke wajah Erland lalu menghapus air mata suaminya di sana. Senyuman diwajahnya pun tampak begitu jelas. Erland menangkap tangan istrinya itu dan menempelkannya ke pipinya. "Yuriana, setelah kamu mengalami hal seperti ini, aku sadar bahwa kamu ternyata segalanya untukku. Aku mencintaimu Yuriana!" Yuriana terkejut. Baru sadar, ia tiba-tiba dapat pengakuan cinta dari Erland. "Mencintaiku?" Erland mengangguk. "Ya. Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu." "Erland, sebenarnya. Aku hamil." Erlan
Erland berlari di lorong rumah sakit menuju ruang IGD setelah mendengar kabar kecelakaan Yuriana dari pihak rumah sakit. Sesaat lalu, beberapa orang menemukan mobil mereka terbalik di jalan dan mereka membawa Yuriana dan Yusita ke rumah sakit. Erland kini berada di depan ruang IGD. Di saat yang sama, dokter keluar sembari mendorong keluar brankar. Di sana ada Yuriana yang berlumuran darah. Masker oksigen sudah dipasang dan selang infus pun sudah menempel dilengannya. Di belakang brankar Yuriana, ada brankar Yusita. Keduanya sama-sama dalam kondisi kritis. Erland tentu sangat khawatir melihat kondisi istrinya. Tubuhnya seketika menjadi lemas melihat kondisi Yuriana yang tak berdaya. "Dokter, saya suami dari pasien Yuriana!" "Nona Yuriana akan dibawa ke ruang operasi. Kami akan mengoperasinya. Tuan silahkan mengurus administrasinya saja," jelas dokter itu."Baik Dok."Kedua brankar itu kembali didorong oleh dokter. Di saat itu, Nyonya Sanjaya, Tuan Sanjaya dan Miss Arabella datang. M
"Kau baik-baik saja kan, Yuriana?" tanya Erland tampak khawatir melihat ekspresi wajah Yuriana yang pucat. "Aku baik. Cuma agak pusing aja sih," jawab Yuriana sembari memegang pelipisnya. "Oke, kamu istirahat dulu. Biar besok kamu merasa lebih baik saat kita meninggalkan tempat ini." Yuriana mengangguk. Lalu ia mengikuti Erland ke tempat tidur. Esok harinya, Yuriana dan Erland meninggalkan tempat itu. Mereka menuju bandara untuk kembali ke Indonesia. Selama berjam-jam di pesawat, mereka akhirnya sampai di Indonesia. Di depan bandara itu, sudah ada bawahan Erland yang menunggu. Erland dan Yuriana segera masuk ke mobil lalu mobil itu melaju meninggalkan bandara menuju Kediaman Oberon. Sampai di rumah, mereka malah mendengar keributan di dalam rumah. Erland dan Yuriana segera melangkah ke ruang kerja Tuan Oberon, di mana asal suara itu terdengar. Pintu terbuka lebar hingga Erland dan Yuriana bisa masuk. Mereka berdua melihat Tuan Oberon membentak Emran dan di sana ada Emran, Nyonya
Pada akhirnya, Yuriana memakai baju kaos dan celana jeans pilihan Erland. Bibirnya cemberut karena tidak menyukainya. Perempuan itu ingin memakai pakaian seksi seperti perempuan seksi yang ada di negara ini tapi keinginannya itu malah ditentang oleh Erland. Erland sendiri malah tersenyum melihat Yuriana cemberut, bahkan ia mencubit pipi Yuriana yang sedang menunjukkan ekspresi kesal."Bu Karin dan yang lainnya pasti akan menertawakanku karena memakai baju biasa. Padahal, ini adalah pesta karena kita berhasil tugas dari perusahaan dan aku dapat penghargaan sebagai desainer terbaik.""Kalau kau mau mengumumkan di depan semua orang kalau kau adalah Nyonya Erland, aku akan menuruti semua keinginanmu. Termasuk memakai apapun yang kamu sukai," ucap Erland yang membuat Yuriana bungkam."Aku pasti akan mengatakannya nanti. Tunggu aja tanggal mainnya." Yuriana masih belum siap untuk mengatakan statusnya di depan rekan kerjanya. Ia butuh persiapan untuk melakukannya agar dirinya pun tidak disal
Yuriana sudah sampai di lokasi restoran yang disebutkan Erland. Namun, ia tidak masuk ke dalam. Yuriana malah mengambil tempat di luar restoran agar ia bisa tahu jika suaminya nanti datang. Terlebih, baginya menyenangkan duduk makan di sana sembari memperhatikan orang lalu lalang di depan restoran. Pemandangan di sana cukup bagus dinikmati sambil makan siang.Tak lama duduk di sana, akhirnya Erland datang. Mata Yuriana yang tadinya memperhatikan orang-orang lalu lalang, kini memperhatikan Erland yang melangkah masuk.“Land, di sini!” Yuriana segera menaikkan tangannya, melambai ke arah Erland yang tidak melihatnya.Erland yang mendengar namanya dipanggil, menoleh ke asal suara. Dengan segera, Erland melangkah mendekati Yuriana yang tersenyum ke arahnya.“Kenapa kamu duduk di sini? Kenapa tidak ambil tempat di dalam ruangan?” tanya Erland penasaran. Pria itu tidak duduk di kursi melainkan berdiri di depan Yuriana.“Nungguin kamu. Aku juga belum pesan apa-apa kok. Aku tunggu kamu datang
Hari ini adalah hari di mana diadakan fashion week.Yuriana selaku penyelenggara acara bersama Bu Karin dan rekan lainnya, sudah ada di lokasi acara. Mereka yang mengatur acara ini memang harus hadir lebih awal untuk mengatur para model yang secara bergantian memperkenalkan pakaian dari Star King. "Yuriana, pokoknya hari ini harus berjalan lancar. Jadi, kamu harus fokus dengan tugasmu!" tegas Bu Karin yang kembali mengingatkan Yuriana. "Baik Bu Karin." Selama dua jam, acara itu berjalan lancar. Tidak ada keluhan atau masalah lain. Apalagi ketika para desainer pakaian itu naik menunjukkan dirinya. Yuriana dan rekan-rekannya pun dipuji oleh Bu Karin yang berhasil menyukseskan acara hari ini. "Hari ini peragaan busananya berjalan baik. Saya bangga pada kalian semua. Nah, besok acara Jewelry Week. Itu acara yang sangat penting untuk kita. Terutama untuk Yuriana dan Mila yang berkesempatan menjadi desainer perhiasan untuk beberapa perhiasan baru kita. Kalian harus lebih semangat, dan le
“Sekarang kau sudah merasa hebat karena menjadi anak dari orang terkenal!” Emran menyahut saat Yurika masuk ke dalam kamar. Bola mata Yurika langsung tertuju ke arah suaminya yang sedang duduk bersandar di sofa sana. “Apa maksudmu Emran?” “Kau melakukan apapun yang ingin kau lakukan tanpa memikirkan statusmu sebagai istriku, Yurika. Bahkan kamu sengaja mendatangi Erland di kamarnya tanpa rasa malu. Apa selama ini kau memang meremehkanku?” “Jangan salah paham! Aku hanya datang untuk bahas kerja sama dengan dia. Sekalian kasih dia susu untuk Erland sebagai adik iparnya. Sekarang ini kan, Yuriana nggak ada. Jadi, sebagai adik ipar yang baik, aku harus peduli dengan suami kakakku.” Meski Yurika punya niat untuk berpisah dengan Emran tapi ia tetap menjelaskan pada Emran karena tidak ingin pria itu menuduhnya telah punya niat buruk. Apalagi jika Emran menceraikannya dengan alasan selingkuh. Yurika tetap harus memperbaiki nama baiknya. Terlebih semua orang tahu bahwa ia adalah anak Miss A
Yusita mulai menjalankan rencananya dalam menarik perhatian Erland. Ia datang ke kamar lelaki itu, membawa susu hangat setelah melihat Erland meminta susu hangat pada seorang pelayan.Dengan penuh percaya diri akan respon baik Erland, Yusita mengetuk pintu kamar lelaki itu hingga sang pemilik kamar membuka pintunya. Namun tatapan pria itu terlihat dingin melihat Yusita berdiri di hadapannya.“Ada apa?” tanya Erland dingin.“Katanya kamu minta susu. Karena kebetulan, aku di bawah. Jadi sekalian aku bikinkan untukmu,” ucap Yusita tersenyum sembari menyodorkan susu hangat itu pada Erland.Erland melihat susu yang dipegang Yusita lalu kembali menatap adik iparnya dengan tatapan dingin. “Aku sudah tidak tertarik minum susu. Buatmu saja,” tolak Erland kemudian berniat menutup pintunya dengan mendorong pintu itu tapi ditahan oleh Yusita.“Sebentar Kak Erland!”Erland menghela nafas kasarnya melihat Yusita. “Ada apa lagi?”"Aku dengar dari ibuku kalau kamu sedang bekerja sama dengannya," uca
Semua orang yang mendengar pengakuan Yusita, terkejut. Mata mereka semua mengarah ke Yusita tapi mereka tampak bingung dan juga tak percaya apa yang dikatakan Yusita.“Sita … kita sekarang sedang makan malam. Tolong, jangan bercanda seperti ini! Hargailah semua orang yang duduk makan di sini!” sahut Eriska yang terlihat tak senang pada Yusita karena mengira Yusita sedang bercanda.“Apa yang dikatakan Yusita memang benar, Nona Eriska.” Miss Arabella ikut menyahut untuk membela Yusita.“Saya bingung Miss. Setahu saya, Yusita ini adalah anak kandung Tuan Sanjaya dan Nyonya Sanjaya. Kenapa Yusita tiba-tiba menjadi anak kandung Anda?” tanya Eriska mengerutkan keningnya.“Selamat malam semuanya!” Tiba-tiba Nyonya Sanjaya datang. Kedatangannya malam ini di kediaman Oberon untuk membantu Yusita agar mereka yakin tentang masalah Yusita dengan Nyonya Sanjaya.Semua orang menoleh ke arah Nyonya Sanjaya. Nyonya Sanjaya langsung membungkuk hormat di depan Tuan Besar Oberon. “Maaf tuan! Kedatangan