Yuriana kini berada di mobil Erland. Dia duduk di belakang bersama Erland, sedangkan Ella duduk di depan bersama Paman Hans yang menyetir mobil mewah itu. Sejak masuk mobil hingga meninggalkan kediaman Nyonya Firdi, Yuriana tidak pernah mengeluarkan suaranya. Bahkan melirik suaminya yang duduk di sebelahnya, tidak pernah. Seolah jalanan di luar begitu indah dipandang, hingga Yuriana hanya memandang jalanan di luar ketimbang melihat Erland. Erland tahu bahwa Yuriana sedang marah padanya sampai perempuan itu sengaja mengabaikannya. Perlahan, Erland mendekatkan kepalanya ke samping telinga kanan istrinya kemudian berbisik, “masih marah padaku?” Yuriana akhirnya menoleh dan seketika terkejut melihat wajah Erland yang begitu dekat. Terlebih, bibirnya hampir menyentuh bibir Erland. Refleks, Yuriana menolehkan kepalanya ke depan tapi raut wajahnya menjadi malu dan canggung karena hampir saja mencium lelaki itu. “Si-siapa yang marah? A-aku nggak marah kok.” Erland kembali dalam posisi dud
“Pesanlah Es Krim yang kamu inginkan Ella! Om akan belikan semuanya!” Demi menyenangkan Ella dan membuat Ella kembali lebih menyukainya dibanding Yuriana, Erland berniat membelikan semua rasa es krim di cafe itu.Namun Yuriana tidak setuju dengan Erland. Dia menundukkan kepala dan bahunya sampai matanya bertatapan langsung dengan mata Ella. “Ella, kakak sudah penuhi keinginan Ella untuk makan es krim hari ini. Jadi, Ella juga harus dengerin kakak ya. Nggak boleh makan es krim terlalu banyak. Berlebihan itu, tidak boleh sayang!”Ella menuruti ucapan Yuriana dengan mengangguk polos. Erland tidak senang melihat keponakannya lebih mendengarkan Yuriana dibanding dirinya. Dia menatap Yuriana dengan tatapannya yang tajam. “Kau memang senang cari masalah denganku.”“Apa sih? Pikiranmu negatif lagi. Aku larang Ella makan banyak es krim bukan karena kamu tapi untuk kebaikannya sendiri. Nanti dia sakit kalau berlebihan. Bukannya dipuji sama Kak Ris, aku malah diomelin karena nggak becus jaga an
Bukan hanya Yusita saja yang terkejut. Yuriana yang baru saja menyadari kehadiran Yusita di samping mobil, ikut terkejut melihat adiknya di sana. Dia segera mendorong Erland menjauh darinya hingga Erland kembali duduk di tempatnya. Lalu Yuriana membuka jendela kaca mobilnya sambil menatap Yusita dengan sikapnya yang santai, seolah tak terjadi apapun. Padahal dia dan Erland hampir berciuman lagi. Jika saja tidak ada Yusita, mereka tentu melanjutkan kenikmatan sesaat itu. “Ada apa Sita?” tanya Yuriana. Yusita tidak menjawab pertanyaan Yuriana. Dia malah memperhatikan Erland yang duduk di samping Yuriana. Pria itu tak menoleh ke arahnya. Erland hanya menatap lurus ke depan. ‘Baru kali ini lihat dia dari dekat. Ternyata dia memang sangat tampan. Badannya juga keren.’ “Yusita!” seru Yuriana sedikit kesal melihat Yusita malah memperhatikan hal lain, tidak segera menjawabnya. Yusita tersentak kaget mendengar seruan kakaknya. “Ah!” “Aku sedang tanya kamu tadi. Apa kamu nggak dengar?” tany
“Apa sih yang sudah kulakukan? Kenapa aku malah minta dia mengganti kaca jendelanya? Apa kau sudah berubah jadi orang tidak tahu malu Yuriana?” Yuriana yang baru saja masuk ke kamarnya, menyesali ucapannya pada Erland. Sampai di kamar, dia baru sadar bahwa kata-katanya itu sangat memalukan untuknya, karena ucapannya tersebut seolah dia senang dan ingin bermesraan lagi dengan suaminya itu di mobil. “Erland tidak akan berpikir macam-macam tentangku kan?” Bahkan Yuriana bertanya pada dirinya sendiri saking malunya memikirkan sikapnya tadi. Apalagi jika mengingat kejadian ketika dia menikmati ciumannya bersama Erland. Erland yang pernah menganggapnya perempuan murahan akan semakin menganggapnya perempuan seperti itu-yang hanya menyukai keindahan tubuhnya saja. Padahal Yuriana tidak sama dengan para perempuan yang dimaksud Erland. Meski pada kenyataannya, Yuriana memang menikmati sentuhan Erland. Itu karena dia sudah memiliki rasa suka untuk Erland meski itu masih belum bisa disebut c
“Land, ini aku!” Suara Eriska terdengar. Itu membuat Erland menghela nafas lega karena tebakannya salah. Ternyata itu adalah Eriska. Dia sempat kaget karena Eriska mengetuk pintu tanpa bersuara. Seperti sikap Tuan Besar. Dulu jika Tuan Besar datang ke kamarnya, tidak suka bersuara. Beliau hanya mengetuk pintu saja. Dengan muka kesal, Erland menghampiri pintu. Dia membuka pintu kamarnya sedikit dan matanya langsung tertuju pada Eriska. “Ada apa?” tanya Erland. “Loh, bukannya kau sendiri yang memintaku bertemu di sini?” “Aku lupa.” Erland sebenarnya tidak lupa. Hanya saja dia kesal dengan kakaknya makanya dia bertanya seolah dia melupakan janji pertemuannya. Eriska tidak menanggapi Erland. Sang kakak malah menatap adiknya yang hanya memakai jubah mandi. “Astaga Land! Kau habis begitu sama Yuriana?” “Bukan urusanmu.” Erland menjawab seadanya karena dia sungguh enggan meladeni pertanyaan kakaknya yang tidak penting. “Terus bagaimana caranya kamu …,” “Kau datang karena ingin bica
Waktu baru menunjukkan pukul setengah enam pagi tapi Yuriana sudah bangun dan kini merendam tubuhnya di bak mandi.“Ah nyaman sekali kalau berendam di air hangat saat pagi-pagi begini.”Semalam Yuriana terlalu lelah hingga dia tertidur pulas. Dia tidak sadar jika Erland sudah meninggalkan kamarnya. Bahkan karena terlalu lelah, dia tidak bisa bangun meski dia mendengar suara Erland sedang mengobrol dengan seorang perempuan di kamarnya. Matanya sulit terbuka dan tubuhnya sulit untuk bergerak. Tubuh itu sangat berat untuk bangun. Bahkan sekedar bergerak saja, tidak ingin dilakukan Yuriana. Dia malas.Yuriana yang menutup matanya sembari menikmati air hangat di bak mandi itu, tiba-tiba teringat dengan suaminya semalam yang sedang mengobrol dengan seseorang di kamarnya. “Apa yang mereka bicarakan semalam ya? Aku jadi penasaran tapi rasanya tidak enak untuk bertanya pada mereka.” Yuriana hanya mendengar suara mereka tapi tidak mendengar apa yang mereka bicarakan. Namun Yuriana tahu bahwa o
Lift kembali terbuka. Erland yang tadinya mengabaikan Yuriana, kini menatap Yuriana yang masih berdiri di tempatnya. "Tidak masuk Nona." Yuriana enggan satu lift dengan Erland yang sudah mengabaikannya tapi dia melihat waktu yang sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Dia tidak boleh terlambat datang ke bagian desain. Dengan terpaksa, Yuriana akhirnya masuk ke lift itu. Dia berdiri diam di samping Erland tapi ketika Erland menekan tombol lift sampai tertutup, Yuriana berjalan mundur ke belakang secara perlahan-lahan agar pria itu tidak menyadari gerakannnya. Keduanya sama-sama diam. Namun tiba-tiba saja, Erland balik badan berhadapan dengan Yuriana dan seketika mendorong Yuriana hingga bersandar di dinding lift. Dia tidak bisa diam saja saat dirinya diberi kesempatan berdua dengan Yuriana. "Ka-kamu sedang apa?" tanya Yuriana yang terkejut melihat tindakan Erland yang mengurung dirinya di sana. Matanya terbuka sempurna menatap Erland dan jantungnya berdebar kencang melihat wajah lel
Yuriana masuk ke ruang rapat membawa fotocopy berkas rapat. Dia membagikan berkas itu kepada dua puluh orang karyawan yang duduk di kursi mereka masing-masing.Di saat Yuriana sibuk membagikan berkas itu, pintu ruang rapat tiba-tiba dibuka oleh Siska-sekertaris pribadi Erland di perusahaan itu.Semua orang yang melihat Siska terkejut karena mereka tahu bahwa Siska adalah sekertaris bos mereka. Itu berarti Erland juga datang. Dengan cepat, mereka berdiri dari tempat duduk mereka sembari menatap ke arah pintu.Yuriana yang sedang membagikan berkas, tampak heran melihat semua orang berdiri tapi detik berikutnya, dia ikut melihat ke pintu karena penasaran dengan yang mereka tunggu.Benar saja yang mereka pikirkan. Erland datang. Pria berkarisma itu, berjalan masuk ke dalam.Meski mereka sudah menebak bahwa itu Erland tapi mereka penasaran melihat kedatangan Erland. Sebab, tak biasanya Erland datang sendiri ke bagian desain perhiasan. Atasan mereka itu pun tak pernah menunjukkan batang hi
Tiga hari kemudian, Yuriana akhirnya sadar. Erland dan yang lainnya tentu senang melihat Yuriana sudah sadarkan diri. Namun Yuriana masih belum bisa banyak bicara. Jika ditanya atau diajak bicara oleh dokter, Yuriana hanya mengangguk atau menjawab singkat saja. "Aku senang bisa lihat kamu sadar kembali Yuri. Kau tahu, kau sudah buat aku takut. Aku pikir, aku akan kehilanganmu." Tanpa sadar Erland mengeluarkan air matanya, dan itu adalah air mata bahagia. Perlahan, Yuriana mengulurkan tangannya ke wajah Erland lalu menghapus air mata suaminya di sana. Senyuman diwajahnya pun tampak begitu jelas. Erland menangkap tangan istrinya itu dan menempelkannya ke pipinya. "Yuriana, setelah kamu mengalami hal seperti ini, aku sadar bahwa kamu ternyata segalanya untukku. Aku mencintaimu Yuriana!" Yuriana terkejut. Baru sadar, ia tiba-tiba dapat pengakuan cinta dari Erland. "Mencintaiku?" Erland mengangguk. "Ya. Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu." "Erland, sebenarnya. Aku hamil." Erlan
Erland berlari di lorong rumah sakit menuju ruang IGD setelah mendengar kabar kecelakaan Yuriana dari pihak rumah sakit. Sesaat lalu, beberapa orang menemukan mobil mereka terbalik di jalan dan mereka membawa Yuriana dan Yusita ke rumah sakit. Erland kini berada di depan ruang IGD. Di saat yang sama, dokter keluar sembari mendorong keluar brankar. Di sana ada Yuriana yang berlumuran darah. Masker oksigen sudah dipasang dan selang infus pun sudah menempel dilengannya. Di belakang brankar Yuriana, ada brankar Yusita. Keduanya sama-sama dalam kondisi kritis. Erland tentu sangat khawatir melihat kondisi istrinya. Tubuhnya seketika menjadi lemas melihat kondisi Yuriana yang tak berdaya. "Dokter, saya suami dari pasien Yuriana!" "Nona Yuriana akan dibawa ke ruang operasi. Kami akan mengoperasinya. Tuan silahkan mengurus administrasinya saja," jelas dokter itu."Baik Dok."Kedua brankar itu kembali didorong oleh dokter. Di saat itu, Nyonya Sanjaya, Tuan Sanjaya dan Miss Arabella datang. M
"Kau baik-baik saja kan, Yuriana?" tanya Erland tampak khawatir melihat ekspresi wajah Yuriana yang pucat. "Aku baik. Cuma agak pusing aja sih," jawab Yuriana sembari memegang pelipisnya. "Oke, kamu istirahat dulu. Biar besok kamu merasa lebih baik saat kita meninggalkan tempat ini." Yuriana mengangguk. Lalu ia mengikuti Erland ke tempat tidur. Esok harinya, Yuriana dan Erland meninggalkan tempat itu. Mereka menuju bandara untuk kembali ke Indonesia. Selama berjam-jam di pesawat, mereka akhirnya sampai di Indonesia. Di depan bandara itu, sudah ada bawahan Erland yang menunggu. Erland dan Yuriana segera masuk ke mobil lalu mobil itu melaju meninggalkan bandara menuju Kediaman Oberon. Sampai di rumah, mereka malah mendengar keributan di dalam rumah. Erland dan Yuriana segera melangkah ke ruang kerja Tuan Oberon, di mana asal suara itu terdengar. Pintu terbuka lebar hingga Erland dan Yuriana bisa masuk. Mereka berdua melihat Tuan Oberon membentak Emran dan di sana ada Emran, Nyonya
Pada akhirnya, Yuriana memakai baju kaos dan celana jeans pilihan Erland. Bibirnya cemberut karena tidak menyukainya. Perempuan itu ingin memakai pakaian seksi seperti perempuan seksi yang ada di negara ini tapi keinginannya itu malah ditentang oleh Erland. Erland sendiri malah tersenyum melihat Yuriana cemberut, bahkan ia mencubit pipi Yuriana yang sedang menunjukkan ekspresi kesal."Bu Karin dan yang lainnya pasti akan menertawakanku karena memakai baju biasa. Padahal, ini adalah pesta karena kita berhasil tugas dari perusahaan dan aku dapat penghargaan sebagai desainer terbaik.""Kalau kau mau mengumumkan di depan semua orang kalau kau adalah Nyonya Erland, aku akan menuruti semua keinginanmu. Termasuk memakai apapun yang kamu sukai," ucap Erland yang membuat Yuriana bungkam."Aku pasti akan mengatakannya nanti. Tunggu aja tanggal mainnya." Yuriana masih belum siap untuk mengatakan statusnya di depan rekan kerjanya. Ia butuh persiapan untuk melakukannya agar dirinya pun tidak disal
Yuriana sudah sampai di lokasi restoran yang disebutkan Erland. Namun, ia tidak masuk ke dalam. Yuriana malah mengambil tempat di luar restoran agar ia bisa tahu jika suaminya nanti datang. Terlebih, baginya menyenangkan duduk makan di sana sembari memperhatikan orang lalu lalang di depan restoran. Pemandangan di sana cukup bagus dinikmati sambil makan siang.Tak lama duduk di sana, akhirnya Erland datang. Mata Yuriana yang tadinya memperhatikan orang-orang lalu lalang, kini memperhatikan Erland yang melangkah masuk.“Land, di sini!” Yuriana segera menaikkan tangannya, melambai ke arah Erland yang tidak melihatnya.Erland yang mendengar namanya dipanggil, menoleh ke asal suara. Dengan segera, Erland melangkah mendekati Yuriana yang tersenyum ke arahnya.“Kenapa kamu duduk di sini? Kenapa tidak ambil tempat di dalam ruangan?” tanya Erland penasaran. Pria itu tidak duduk di kursi melainkan berdiri di depan Yuriana.“Nungguin kamu. Aku juga belum pesan apa-apa kok. Aku tunggu kamu datang
Hari ini adalah hari di mana diadakan fashion week.Yuriana selaku penyelenggara acara bersama Bu Karin dan rekan lainnya, sudah ada di lokasi acara. Mereka yang mengatur acara ini memang harus hadir lebih awal untuk mengatur para model yang secara bergantian memperkenalkan pakaian dari Star King. "Yuriana, pokoknya hari ini harus berjalan lancar. Jadi, kamu harus fokus dengan tugasmu!" tegas Bu Karin yang kembali mengingatkan Yuriana. "Baik Bu Karin." Selama dua jam, acara itu berjalan lancar. Tidak ada keluhan atau masalah lain. Apalagi ketika para desainer pakaian itu naik menunjukkan dirinya. Yuriana dan rekan-rekannya pun dipuji oleh Bu Karin yang berhasil menyukseskan acara hari ini. "Hari ini peragaan busananya berjalan baik. Saya bangga pada kalian semua. Nah, besok acara Jewelry Week. Itu acara yang sangat penting untuk kita. Terutama untuk Yuriana dan Mila yang berkesempatan menjadi desainer perhiasan untuk beberapa perhiasan baru kita. Kalian harus lebih semangat, dan le
“Sekarang kau sudah merasa hebat karena menjadi anak dari orang terkenal!” Emran menyahut saat Yurika masuk ke dalam kamar. Bola mata Yurika langsung tertuju ke arah suaminya yang sedang duduk bersandar di sofa sana. “Apa maksudmu Emran?” “Kau melakukan apapun yang ingin kau lakukan tanpa memikirkan statusmu sebagai istriku, Yurika. Bahkan kamu sengaja mendatangi Erland di kamarnya tanpa rasa malu. Apa selama ini kau memang meremehkanku?” “Jangan salah paham! Aku hanya datang untuk bahas kerja sama dengan dia. Sekalian kasih dia susu untuk Erland sebagai adik iparnya. Sekarang ini kan, Yuriana nggak ada. Jadi, sebagai adik ipar yang baik, aku harus peduli dengan suami kakakku.” Meski Yurika punya niat untuk berpisah dengan Emran tapi ia tetap menjelaskan pada Emran karena tidak ingin pria itu menuduhnya telah punya niat buruk. Apalagi jika Emran menceraikannya dengan alasan selingkuh. Yurika tetap harus memperbaiki nama baiknya. Terlebih semua orang tahu bahwa ia adalah anak Miss A
Yusita mulai menjalankan rencananya dalam menarik perhatian Erland. Ia datang ke kamar lelaki itu, membawa susu hangat setelah melihat Erland meminta susu hangat pada seorang pelayan.Dengan penuh percaya diri akan respon baik Erland, Yusita mengetuk pintu kamar lelaki itu hingga sang pemilik kamar membuka pintunya. Namun tatapan pria itu terlihat dingin melihat Yusita berdiri di hadapannya.“Ada apa?” tanya Erland dingin.“Katanya kamu minta susu. Karena kebetulan, aku di bawah. Jadi sekalian aku bikinkan untukmu,” ucap Yusita tersenyum sembari menyodorkan susu hangat itu pada Erland.Erland melihat susu yang dipegang Yusita lalu kembali menatap adik iparnya dengan tatapan dingin. “Aku sudah tidak tertarik minum susu. Buatmu saja,” tolak Erland kemudian berniat menutup pintunya dengan mendorong pintu itu tapi ditahan oleh Yusita.“Sebentar Kak Erland!”Erland menghela nafas kasarnya melihat Yusita. “Ada apa lagi?”"Aku dengar dari ibuku kalau kamu sedang bekerja sama dengannya," uca
Semua orang yang mendengar pengakuan Yusita, terkejut. Mata mereka semua mengarah ke Yusita tapi mereka tampak bingung dan juga tak percaya apa yang dikatakan Yusita.“Sita … kita sekarang sedang makan malam. Tolong, jangan bercanda seperti ini! Hargailah semua orang yang duduk makan di sini!” sahut Eriska yang terlihat tak senang pada Yusita karena mengira Yusita sedang bercanda.“Apa yang dikatakan Yusita memang benar, Nona Eriska.” Miss Arabella ikut menyahut untuk membela Yusita.“Saya bingung Miss. Setahu saya, Yusita ini adalah anak kandung Tuan Sanjaya dan Nyonya Sanjaya. Kenapa Yusita tiba-tiba menjadi anak kandung Anda?” tanya Eriska mengerutkan keningnya.“Selamat malam semuanya!” Tiba-tiba Nyonya Sanjaya datang. Kedatangannya malam ini di kediaman Oberon untuk membantu Yusita agar mereka yakin tentang masalah Yusita dengan Nyonya Sanjaya.Semua orang menoleh ke arah Nyonya Sanjaya. Nyonya Sanjaya langsung membungkuk hormat di depan Tuan Besar Oberon. “Maaf tuan! Kedatangan