Yuriana tidak ingin langsung pulang ke rumah. Dia ingin menenangkan dirinya terlebih dulu agar bisa tenang menghadapi Tuan Besar yang mungkin akan kecewa dengan dirinya. Dia malah mampir di sebuah supermarket. Supermarket itu cukup terkenal di sana. Sebab, tidak hanya menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari tapi pusat perbelanjaan itu menyediakan tempat untuk bersantai sambil menikmati berbagai macam kopi hangat. Ada beberapa kursi dan meja di depan dan juga dua pasang kursi di dalam untuk para pelanggan yang ingin duduk menikmati kopi hangatnya, layaknya di cafe.Yuriana kini berjalan masuk untuk memesan kopi. Namun, ada seorang lelaki yang berdiri di depan kasir dengan pakaian santai. Pria itu juga sedang memesan kopi hingga Yuriana hanya bisa berdiri menunggu di belakang pria itu sambil memperhatikan pria tersebut. Dia memperhatikan pakaian sang pria yang memakai kaos hitam dipadu celana training serta sepatu olahraga. Keringat masih belum kering di kepala dan leher belakang sa
“Kau adalah istriku. Siapa lagi? Atau kau ingin menghilangkan statusmu itu setelah menandatangani perjanjian kita?”“Aku bukan orang yang senang mempermainkan pernikahan Tuan Erland. Jadi walau aku menikah kontrak denganmu, aku tetap menghargai statusku sebagai istrimu karena bagaimanapun juga, pernikahan kita sah dimata hukum. Justru, kamulah yang tidak menghargai pernikahan ini.” Yuriana bicara begitu tegas dengan matanya yang begitu tajam melihat Erland sehingga Erland sangat yakin bahwa Yuriana sakit hati dengan kebohongannya semalam.“Aku tahu kau marah tentang semalam. Aku minta maaf. Dan sebagai bentuk kesalahanku padamu, bagaimana kalau kita bersenang-senang hari ini seperti waktu malam pertama kita di hotel.” Erland mengingat malam pertamanya bersama Yuriana. Bukan hanya dirinya saja yang senang dan menikmati malam panas itu. Yuriana juga menikmatinya dan berpikir bahwa Yuriana senang tidur dengannya. Terlebih, tak ada perempuan yang menolak pesonanya di atas ranjang. Mereka
Yuriana yang berada di taksi menuju Kediaman Oberon, teringat tentang suaminya sampai dia menatap cincin pernikahannya itu. ‘Aku tidak menyangka kalau aku akan menikah kontrak dengan pria kasar seperti dia. Kupikir, aku akan tenang setelah menikah dengan Erland walau dia punya masalah dengan tubuhnya. Setidaknya, dia bisa menghargaiku walau tidak saling mencintai tapi ternyata, dia sebrengsek itu. Entah dosa apa yang sudah kulakukan di masa lalu sampai nasibku seburuk ini?’Tak lama, taksi itu berhenti di depan Kediaman Oberon. Yuriana turun dari mobil setelah memberikan ongkos taksinya. Saat masuk melewati gerbang rumah, mobil Erick datang dari dalam. Mobil itu berhenti di depan pagar sembari membunyikan klakson mobilnya.Yuriana tahu bahwa Erick sudah seperti asisten Erland. Padahal pria itu adik kandung Emran hingga dia kesal melihat Erick yang sering dia temui di Kediaman Oberon tapi jarang menyapanya. Erick membuka jendela kaca mobilnya lalu melempar senyumannya pada Yuriana.“Ku
Erland tengah berada di ruang kerjanya bersama Paman Hans dan seorang bawahan Erland di perusahaannya. Dia melempar sebuah dokumen ke depan seorang pria paruh baya yang berdiri dengan kepala tertunduk di depannya hingga dokumen itu berhamburan ke lantai. Raut wajah Erland memerah karena amarahnya. Tatapan mata gelapnya, begitu tajam melihat sosok pria di hadapannya tersebut. “Aku sudah memperingatimu sebelumnya tapi kau mengabaikannya dengan terus melakukan kecurangan di perusahaanku. Kau bertindak semaumu, seolah aku tidak bisa melakukan apapun padamu. Dengarkan baik-baik, mulai hari ini, kau dipecat. Jangan pernah tunjukkan wajahmu di hadapanku.”Pria paruh baya itu terkejut mendengar dirinya dipecat tapi dia tidak berani mengatakan apapun di depan Erland. Sebab, memohon dan membela dirinya di depan Erland hanya akan membuat nasibnya semakin buruk dari pemecatan yang dilakukan Erland. Mungkin dia akan berakhir di penjara. Lebih baik dia dipecat ketimbang harus masuk penjara.“Paman
Malam tiba. Semua orang duduk di kursi mereka masing-masing. Eriska yang tidak ikut makan malam kemarin, kini duduk di sebelah Yuriana. Yuriana tidak merasa canggung seperti malam kemarin karena duduk sendiri di depan Yusita dan Emran. Ada Eriska yang senasib dengannya. Kakak iparnya itu tidak ditemani suaminya.Suami Eriska meninggal dua tahun lalu dan meninggalkan Eriska bersama anak perempuan semata wayangnya yang berusia tujuh tahun. Setiap makan malam, anak perempuannya itu duduk di sampingnya. Sekarang anak perempuannya itu berada di rumah orang tua mendiang suami Eriska. Jadi Eriska hanya duduk berdampingan dengan Yuriana.“Kak Yuri, bagaimana dengan wawancaranya? Apa kakak diterima?”Yusita coba mempermalukan Yuriana di depan Tuan Besar dan yang lainnya dengan menanyakan tentang wawancara Yuriana. Padahal dia tahu dengan jelas, bagaimana Yuriana ditolak di sana. Terutama di depan Tuan Besar dan ibunya Emran agar mereka menganggap Yuriana bodoh dan tidak punya kemampuan.“Aku d
“Duduklah Yuri!” titah Tuan Besar menunjuk sebuah sofa di samping meja kerjanya.Yuriana mengangguk sopan kemudian duduk di sofa itu. Sementara Tuan Besar tetap duduk di kursi kerjanya. Yuriana tampak tegang hingga cara duduknya pun terlihat kaku. Dia duduk tegak dengan kepala menghadap ke arah Tuan Besar.“Kau pasti penasaran alasanku memanggilmu kemari,” sahut Tuan Besar Oberon.Yuriana tetap tenang seperti biasanya meski sebenarnya dia merasa tegang dengan alasan Tuan Besar Oberon memanggilnya datang. “Iya tuan. Saya sedikit penasaran.”“Kakek memanggilmu kemari bukan masalah yang terlalu rumit. Kakek cuma mau bahas tentang suamimu.” Tuan Besar yang biasanya bicara agak kasar dan tegas, kini cara bicaranya terdengar lembut, layaknya seorang kakek yang bicara pada cucunya.“Tentang suami saya?” Yuriana mengerutkan keningnya, dirinya semakin penasaran dengan maksud Tuan Besar Oberon yang tiba-tiba membahas suaminya.“Benar. Kemarin di hotel, kamu lihat sendiri sikap suamimu pada kake
Yuriana baru saja keluar dari ruangan Tuan Besar. Dia melangkah menuju kamarnya sembari memikirkan cerita tentang Erland yang begitu menyedihkan. ‘Aku tidak menyangka kalau Erland mengalami penderitaan diusianya yang masih kecil. Tidak terbayangkan, betapa sakitnya dia saat melihat ibunya sendiri gantung diri. Ternyata, nasibku tidak jauh berbeda darinya. Walau kondisinya tidak sama tapi kami sama-sama mengalami penderitaan sejak kecil.’Yuriana memang mendapat orang tua lengkap tapi sejak kecil, dia selalu menderita karena harus mengalah dari Yusita. Tidak hanya itu. Nyonya Sanjaya, selalu membeda-bedakannya, bahkan sering kali memukulinya jika ibu angkatnya itu tidak senang dengan dirinya. Hal kecil pun akan dibesar-besarkan oleh ibunya dan sang ayah yang memberinya kasih sayang sebagai seorang ayah, memang membelanya tapi ayahnya itu tidak bisa menghentikan tindakan Nyonya Sanjaya yang selalu membuatnya menderita hingga menjadi pribadi lemah-yang selalu tunduk pada ibu angkatnya.“
Sampai di kantor, Erick menghubungi sekertarisnya untuk turun ke bawah. Dia meminta sang sekertaris mengantar Yuriana ke ruang wawancara. “Sory kakak ipar! Aku tidak bisa mengantarmu ke ruang wawancara karena harus temui kakak dulu. Nanti kalau kakak ipar selesai wawancara, kirim pesan saja. Aku antar pulang.” Erick bicara setelah menelfon bawahannya tersebut. “Tidak usah Erick. Aku bisa pulang naik taksi kok. Dan terima kasih sudah kasih tumpangan sampai ke kantor.” Meski Erick adik iparnya tetapi Yuriana masih punya rasa malu. Dia tidak enak hati jika terus merepotkan Erick yang sibuk saat dirinya masih bisa melakukannya sendiri. “Aku memang ditugaskan untuk mengawal kakak ipar. Jadi, tidak perlu merasa tidak enak padaku. Kakak ipar pun bisa memerintahku kapan saja. Aku berada di bawah kendalimu sekarang kakak ipar,” jelas Erick tersenyum, dan raut wajahnya terlihat sedang menggoda Yuriana tapi ekspresinya itu hanya sekedar candaan semata untuk Yuriana agar nyaman dengannya. “Apa
Tiga hari kemudian, Yuriana akhirnya sadar. Erland dan yang lainnya tentu senang melihat Yuriana sudah sadarkan diri. Namun Yuriana masih belum bisa banyak bicara. Jika ditanya atau diajak bicara oleh dokter, Yuriana hanya mengangguk atau menjawab singkat saja. "Aku senang bisa lihat kamu sadar kembali Yuri. Kau tahu, kau sudah buat aku takut. Aku pikir, aku akan kehilanganmu." Tanpa sadar Erland mengeluarkan air matanya, dan itu adalah air mata bahagia. Perlahan, Yuriana mengulurkan tangannya ke wajah Erland lalu menghapus air mata suaminya di sana. Senyuman diwajahnya pun tampak begitu jelas. Erland menangkap tangan istrinya itu dan menempelkannya ke pipinya. "Yuriana, setelah kamu mengalami hal seperti ini, aku sadar bahwa kamu ternyata segalanya untukku. Aku mencintaimu Yuriana!" Yuriana terkejut. Baru sadar, ia tiba-tiba dapat pengakuan cinta dari Erland. "Mencintaiku?" Erland mengangguk. "Ya. Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu." "Erland, sebenarnya. Aku hamil." Erlan
Erland berlari di lorong rumah sakit menuju ruang IGD setelah mendengar kabar kecelakaan Yuriana dari pihak rumah sakit. Sesaat lalu, beberapa orang menemukan mobil mereka terbalik di jalan dan mereka membawa Yuriana dan Yusita ke rumah sakit. Erland kini berada di depan ruang IGD. Di saat yang sama, dokter keluar sembari mendorong keluar brankar. Di sana ada Yuriana yang berlumuran darah. Masker oksigen sudah dipasang dan selang infus pun sudah menempel dilengannya. Di belakang brankar Yuriana, ada brankar Yusita. Keduanya sama-sama dalam kondisi kritis. Erland tentu sangat khawatir melihat kondisi istrinya. Tubuhnya seketika menjadi lemas melihat kondisi Yuriana yang tak berdaya. "Dokter, saya suami dari pasien Yuriana!" "Nona Yuriana akan dibawa ke ruang operasi. Kami akan mengoperasinya. Tuan silahkan mengurus administrasinya saja," jelas dokter itu."Baik Dok."Kedua brankar itu kembali didorong oleh dokter. Di saat itu, Nyonya Sanjaya, Tuan Sanjaya dan Miss Arabella datang. M
"Kau baik-baik saja kan, Yuriana?" tanya Erland tampak khawatir melihat ekspresi wajah Yuriana yang pucat. "Aku baik. Cuma agak pusing aja sih," jawab Yuriana sembari memegang pelipisnya. "Oke, kamu istirahat dulu. Biar besok kamu merasa lebih baik saat kita meninggalkan tempat ini." Yuriana mengangguk. Lalu ia mengikuti Erland ke tempat tidur. Esok harinya, Yuriana dan Erland meninggalkan tempat itu. Mereka menuju bandara untuk kembali ke Indonesia. Selama berjam-jam di pesawat, mereka akhirnya sampai di Indonesia. Di depan bandara itu, sudah ada bawahan Erland yang menunggu. Erland dan Yuriana segera masuk ke mobil lalu mobil itu melaju meninggalkan bandara menuju Kediaman Oberon. Sampai di rumah, mereka malah mendengar keributan di dalam rumah. Erland dan Yuriana segera melangkah ke ruang kerja Tuan Oberon, di mana asal suara itu terdengar. Pintu terbuka lebar hingga Erland dan Yuriana bisa masuk. Mereka berdua melihat Tuan Oberon membentak Emran dan di sana ada Emran, Nyonya
Pada akhirnya, Yuriana memakai baju kaos dan celana jeans pilihan Erland. Bibirnya cemberut karena tidak menyukainya. Perempuan itu ingin memakai pakaian seksi seperti perempuan seksi yang ada di negara ini tapi keinginannya itu malah ditentang oleh Erland. Erland sendiri malah tersenyum melihat Yuriana cemberut, bahkan ia mencubit pipi Yuriana yang sedang menunjukkan ekspresi kesal."Bu Karin dan yang lainnya pasti akan menertawakanku karena memakai baju biasa. Padahal, ini adalah pesta karena kita berhasil tugas dari perusahaan dan aku dapat penghargaan sebagai desainer terbaik.""Kalau kau mau mengumumkan di depan semua orang kalau kau adalah Nyonya Erland, aku akan menuruti semua keinginanmu. Termasuk memakai apapun yang kamu sukai," ucap Erland yang membuat Yuriana bungkam."Aku pasti akan mengatakannya nanti. Tunggu aja tanggal mainnya." Yuriana masih belum siap untuk mengatakan statusnya di depan rekan kerjanya. Ia butuh persiapan untuk melakukannya agar dirinya pun tidak disal
Yuriana sudah sampai di lokasi restoran yang disebutkan Erland. Namun, ia tidak masuk ke dalam. Yuriana malah mengambil tempat di luar restoran agar ia bisa tahu jika suaminya nanti datang. Terlebih, baginya menyenangkan duduk makan di sana sembari memperhatikan orang lalu lalang di depan restoran. Pemandangan di sana cukup bagus dinikmati sambil makan siang.Tak lama duduk di sana, akhirnya Erland datang. Mata Yuriana yang tadinya memperhatikan orang-orang lalu lalang, kini memperhatikan Erland yang melangkah masuk.“Land, di sini!” Yuriana segera menaikkan tangannya, melambai ke arah Erland yang tidak melihatnya.Erland yang mendengar namanya dipanggil, menoleh ke asal suara. Dengan segera, Erland melangkah mendekati Yuriana yang tersenyum ke arahnya.“Kenapa kamu duduk di sini? Kenapa tidak ambil tempat di dalam ruangan?” tanya Erland penasaran. Pria itu tidak duduk di kursi melainkan berdiri di depan Yuriana.“Nungguin kamu. Aku juga belum pesan apa-apa kok. Aku tunggu kamu datang
Hari ini adalah hari di mana diadakan fashion week.Yuriana selaku penyelenggara acara bersama Bu Karin dan rekan lainnya, sudah ada di lokasi acara. Mereka yang mengatur acara ini memang harus hadir lebih awal untuk mengatur para model yang secara bergantian memperkenalkan pakaian dari Star King. "Yuriana, pokoknya hari ini harus berjalan lancar. Jadi, kamu harus fokus dengan tugasmu!" tegas Bu Karin yang kembali mengingatkan Yuriana. "Baik Bu Karin." Selama dua jam, acara itu berjalan lancar. Tidak ada keluhan atau masalah lain. Apalagi ketika para desainer pakaian itu naik menunjukkan dirinya. Yuriana dan rekan-rekannya pun dipuji oleh Bu Karin yang berhasil menyukseskan acara hari ini. "Hari ini peragaan busananya berjalan baik. Saya bangga pada kalian semua. Nah, besok acara Jewelry Week. Itu acara yang sangat penting untuk kita. Terutama untuk Yuriana dan Mila yang berkesempatan menjadi desainer perhiasan untuk beberapa perhiasan baru kita. Kalian harus lebih semangat, dan le
“Sekarang kau sudah merasa hebat karena menjadi anak dari orang terkenal!” Emran menyahut saat Yurika masuk ke dalam kamar. Bola mata Yurika langsung tertuju ke arah suaminya yang sedang duduk bersandar di sofa sana. “Apa maksudmu Emran?” “Kau melakukan apapun yang ingin kau lakukan tanpa memikirkan statusmu sebagai istriku, Yurika. Bahkan kamu sengaja mendatangi Erland di kamarnya tanpa rasa malu. Apa selama ini kau memang meremehkanku?” “Jangan salah paham! Aku hanya datang untuk bahas kerja sama dengan dia. Sekalian kasih dia susu untuk Erland sebagai adik iparnya. Sekarang ini kan, Yuriana nggak ada. Jadi, sebagai adik ipar yang baik, aku harus peduli dengan suami kakakku.” Meski Yurika punya niat untuk berpisah dengan Emran tapi ia tetap menjelaskan pada Emran karena tidak ingin pria itu menuduhnya telah punya niat buruk. Apalagi jika Emran menceraikannya dengan alasan selingkuh. Yurika tetap harus memperbaiki nama baiknya. Terlebih semua orang tahu bahwa ia adalah anak Miss A
Yusita mulai menjalankan rencananya dalam menarik perhatian Erland. Ia datang ke kamar lelaki itu, membawa susu hangat setelah melihat Erland meminta susu hangat pada seorang pelayan.Dengan penuh percaya diri akan respon baik Erland, Yusita mengetuk pintu kamar lelaki itu hingga sang pemilik kamar membuka pintunya. Namun tatapan pria itu terlihat dingin melihat Yusita berdiri di hadapannya.“Ada apa?” tanya Erland dingin.“Katanya kamu minta susu. Karena kebetulan, aku di bawah. Jadi sekalian aku bikinkan untukmu,” ucap Yusita tersenyum sembari menyodorkan susu hangat itu pada Erland.Erland melihat susu yang dipegang Yusita lalu kembali menatap adik iparnya dengan tatapan dingin. “Aku sudah tidak tertarik minum susu. Buatmu saja,” tolak Erland kemudian berniat menutup pintunya dengan mendorong pintu itu tapi ditahan oleh Yusita.“Sebentar Kak Erland!”Erland menghela nafas kasarnya melihat Yusita. “Ada apa lagi?”"Aku dengar dari ibuku kalau kamu sedang bekerja sama dengannya," uca
Semua orang yang mendengar pengakuan Yusita, terkejut. Mata mereka semua mengarah ke Yusita tapi mereka tampak bingung dan juga tak percaya apa yang dikatakan Yusita.“Sita … kita sekarang sedang makan malam. Tolong, jangan bercanda seperti ini! Hargailah semua orang yang duduk makan di sini!” sahut Eriska yang terlihat tak senang pada Yusita karena mengira Yusita sedang bercanda.“Apa yang dikatakan Yusita memang benar, Nona Eriska.” Miss Arabella ikut menyahut untuk membela Yusita.“Saya bingung Miss. Setahu saya, Yusita ini adalah anak kandung Tuan Sanjaya dan Nyonya Sanjaya. Kenapa Yusita tiba-tiba menjadi anak kandung Anda?” tanya Eriska mengerutkan keningnya.“Selamat malam semuanya!” Tiba-tiba Nyonya Sanjaya datang. Kedatangannya malam ini di kediaman Oberon untuk membantu Yusita agar mereka yakin tentang masalah Yusita dengan Nyonya Sanjaya.Semua orang menoleh ke arah Nyonya Sanjaya. Nyonya Sanjaya langsung membungkuk hormat di depan Tuan Besar Oberon. “Maaf tuan! Kedatangan