jangan lupa tinggalkan jejak love dan komentar ya.🥰
BabA 32 Kabar baik atau buruk Brukk. "Syila!" Tidak hanya suara Merry yang menjerit. Dari lobby, sosok pria yang sedari tadi tak lepas mengawasi pun berlari mendekat. Gegas pria itu membopong tubuh ringan Syila. Ia merasakan bobot tubuh wanita yang diangkatnya seolah berkurang. Memindai wajah Syila yang pucat, pria itu segera membawanya masuk ke mobil. "Pak," seru Merry dengan kalimat menggantung. "Masuklah! Ikut saya!" Merry mengangguk, meski dalam hati bertanya-tanya. Sampai di rumah sakit terdekat, Syila segera mendapat perawatan medis dari dokter. Di luar ruangan sudah ada Merry menunggunya dengan harap-harap cemas. Otaknya terasa terbelah, memikirkan Syila yang ada di dalam, juga pria yang tak lain adalah saudara kembar bosnya. Merry tak habis pikir, Syila baru saja bertengkar dengan Refan. Bagaimana bisa pria itu tak segan menolong, pun khawatir tercetak di wajah itu saat menggendong sahabatnya. "Silakan masuk! Pasien sudah sadar."Seorang wanita muda bersnelli dengan ste
Bab 32B Kabar baik atau buruk Syila mengangguk dengan senyum yang dipaksakan. Dalam hati, ia masih ragu apa sang suami mau percaya padahal dirinya sendiri tidak yakin benih siapa yang tumbuh di rahimnya. Namun, ia tetap akan mencoba mencari keadilan. Gegas Syila mengambil ponsel untuk menghubungi resto supaya karyawan lain menghandel pekerjaannya. Merry menyarankannya untuk beristirahat supaya kondisinya lekas membaik. *****"Astaga, Syila. Kamu tinggal di kontrakan seperti ini?" Merry merasakan kulitnya mendadak gatal hanya dengan melihat keadaan lingkungan kumuh yang ditinggali Syila. "Masak istri direktur di tempat beginian, Syil. Malang sekali nasibmu." Syila mencelos, sahabatnya begitu mengkhawatirkan dirinya. Apa kabar suaminya yang tidak tergerak sama sekali mencari keberadaannya. Hanya memberikan titah pada iparnya yang sengaja mencari info hanya untuk mecibirnya."Tidak apa, Merr. Hanya sementara, nanti juga aku cari yang lebih baik." "Bukan nanti, tapi sekarang. Ayo cari
Bab 33A Bukan anakku"Kalau tidak ada yang mau dibicarakan, silakan keluar! Bukankah Refan sudah bicara padamu?" Lagi ucapan dingin itu menusuk-nusuk hati Syila. "Mas, aku... Aku hamil." "Apa?!" Zein berdiri dengan tatapan nyalang ditujukan pada Syila. Sontak saja wanita yang sedari tadi bibirnya mengguman berubah tertunduk. Terdengar langkah kaki mendekati Syila. Zein ternyata telah berdiri di dekat kursinya. "Kenapa kamu bisa hamil, Syila? Anak siapa itu." Jantung Syila berdegup kencang mendengar respon yang tidak sesuai dengan ekspektasinya. Bagaimana bisa sang suami meragukannya. Namun, Syila tidak bisa memungkiri kalau pernah tidur sekamar dengan iparnya. Ia pun sedikit takut Zein mengetahui aibnya. "Aku tanya lagi Syila, itu anak siapa, huh?!" Syila terhenyak, napasnya memburu. Tenggorokannya terasa tercekat hingga sekuat tenaga mengumpulkan nyali untuk menjawab. "Mas, kita pernah tidur bersama dan melakukannya. Kita kan suami istri, sudah pasti mengharapkan kehadiran bua
Bab 33B Bukan anakkuBug. Sebuah bogeman mendarat di rahang Refan. Disusul pukulan mengarah ke perut. Refan tercengang dengan tindakan tiba-tiba dari abangnya. Ia tidak mungkin melawan tanpa alasan jelas. Dengan pasrah Refan menerima pukulan dari abangnya hingga membuat wajahnya lebam. "Tunggu, Bang! Apa yang terjadi? Kenapa Abang memukul gue? "Brengs*k kamu, Fan. Sudah kubilang awasi dan jaga Syila. Kenapa kamu malah membuatnya hamil, huh!" Zein mencengkeram erat kerah Refan dan mengayunkan kembali kepalan tangan kanannya. Namun pukulan itu hanya tertahan di udara. Urat-urat rahangnya sudah menonjol menahan emosi. "Berkali-kali aku bilang jangan bawa perasaan saat mengawasinya." "Tapi dia istriku, Bang. Aku berhak melakukannya. Abang sendiri yang bilang masih mencintai Sania. Abang juga yang memintaku menikahinya." "Sttt. Aku bilang nikahi Syila dan juga awasi dia. Bukan menghamilinya, brengs*k!" "Bang! Syila sudah menghancurkan perusahaan kita. Apa perasaan abang pada Syila mu
Bab 34A Tidak usah perhatianSesampainya di kontrakan, Syila meraup oksigen banyak-banyak untuk menetralkan napasnya. Selama berjalan cepat, ia tidak menyadari sedang hamil muda. Beruntung tidak terjadi apa-apa seperti jatuh terpeleset. "Alhamdulillah sudah aman sekarang, maafkan bunda ya, Nak!" Syila mencoba berkomunikasi dengan calon bayinya meski masih berusia sangat muda. Ia mengusap perutnya supaya tidak terjadi kram. Napasnya sudah mulai normal lagi, ia meraih botol mineral dan menenggaknya. Nyatanya segelas jus alpukat tidak bisa membuang dahaga saat harus berjalan cepat menuju tempat tinggalnya. Beberapa menit menyandarkan tubuh di kursi, Syila berniat merebahkan badan untuk menghalau rasa pusingnya yang sesekali masih datang menghampiri. Sebuah ketukan pintu terdengar mengusik keinginan tidurnya. Mau tak mau Syila harus bangun. "Mbak! Mbak Syila!" "Ya, Pak. Tunggu!" Syila bergegas memakai jilbab instannya, karena ada pemilik kontrakan mencarinya. Ia beranjak dari kasur
Bab 34B Tidak usah perhatian"Fan, aku mohon jangan merecoki hubunganku dengan Mas Zein lagi. Meski kami tidak terlihat harmonis tapi aku mencintai suamiku, sangat mencintainya." Syila sengaja memancing amarah Refan dengan kalimat itu. Terlihat raut kecewa di wajah Refan membuat Syila menelan ludahnya. "Dengar Syila! Gue berhak ikut campur. Bisa jadi anak itu anak gue. Lu ingat kan saat...." "Hentikan! Jangan mengungkit aib yang kulakukan sama kamu. Itu kebodohanku, aku tidak akan terbuai lagi rayuanmu. Aku berdosa telah meghianatinya. Aku bahkan berbuat hina." Syila tertunduk menyesali perbuatannya. Lagi, Refan merasakan nyeri menyerang dadanya. Hatinya seolah teriris sembilu. Luka tak berdarah itu tak kasat mata. "Syila, apa lu akan percaya apa yang gue katakan?""Apa?!" desak Syila dengan tatapan sinis. "Sebenarnya gue suami lu. Gue adalah ayah bayi itu. Jadi gue berhak ikut campur. Lu nggak usah merasa bersalah ataupun berbuat dosa." Syila bagai tertampar oleh ucapan Refan.
Bab 35A MusibahKembali Syila mengintip, terlihat Refan menyandar di dinding bangunan lain di depan kontrakannya. Ia melihat Refan menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Tubuhnya menyandar di tembok dan perlahan luruh ke tanah. "Refan!" Syila memekik sambil menutup mulut agar tidak terdengar oleh Refan. Tubuh pria itu limbung hingga kemudian berjongkok. Hampir saja Syila menuju pintu keluar, tetapi terdengar suara melengking pemilik kontrakan. Ia mengurungkan niat keluar dan melihatnya lewat balik jendela saja. Tidak disangka, Refan sudah berdiri dibantu pemilik kontrakan. Syila mengamati obrolan keduanya. Sampai sesuatu diulurkan Refan entah apa itu. Beberapa menit kemudian pria itu berlalu dengan langkah pelan hingga punggungnya pun berangsur menghilang. Di tempat lain, Sania terlihat geram akibat fakta yang didengarnya saat menguping pembicaraan Zein dengan Syila. Ia meminta izin pulang lebih dulu pada Zein yang masih harus lembur. Alhasil, Sania diantar Alex dan mereka mampir
Bab 35B Musibah"Mer, apa kamu tahu tempat tinggal Syila?" Merry yang tidak siap ditanya gelagapan menjawab. Ia tidak tahu apakah Syila berkenan kalau bosnya tahu tempat kontrakannya. "Maaf, Pak. Saya tidak berhak menjawab." "Saya bos kamu, Merry. Mau menjawab atau besok angkat kaki dari perusahaan ini?" "Ckk, atasan selalu mengancam." Merry mengguman sambil mengernyitkan keningnya. "Tapi Pak Zein janji jangan sakiti Syila! Saya mohon Pak Zein mengasihaninya. Kalau perlu tolong Syila disuruh pindah kosnya." "Itu urusan saya. Kamu nggak usah khawatir." Merry tersenyum lega mendengarnya. Ia segera berpamitan pulang dengan membungkukkan sedikit badannya setelah memberitahu alamat tinggal Syila. Baru beberapa langkah Zein memanggilnya kembali. "Iya, Pak. Ada lagi yang bisa dibantu?" "Apa selama ini kalian sering bertemu untuk mengobrol?" "Eh itu, Pak. Hmm, saya...." "Apa kamu tahu kalau Syila sedang hamil?" Merry ternganga, suami Syila ternyata sudah mengetahuinya. Ia berucap s