Share

Nining Berubah

Penulis: Kasih Dgreen
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Iya. Kamu kenapa sih nggak mau angkat telepon dariku? Mentang-mentang sekarang udah jadi orang kaya, terus jadi sombong ya?" Cercaku langsung. Karena entah kenapa hati ini langsung panas saat melihat penampilan adikku yang sudah berubah drastis.

Nining yang berada di depanku sekarang, seperti seorang wanita karir yang profesional. Nining memakai rok plisket berwarna putih yang dipadukan dengan cardigan rajut berwarna hijau mint yang senada dengan pashmina yang menutupi kepalanya.

Nining yang sekarang, tampak jauh lebih awet muda. Kulitnya juga tak terlalu coklat lagi. Agak berubah menjadi kuning langsat. Dia juga kini memakai kacamata yang menghiasi matanya. Benar-benar tampil beda sekali, adikku yang satu ini.

"Maaf Kak. Aku memang belakangan ini sedang sibuk sekali. Tadi itu bukannya aku nggak mau angkat telepon dari Kakak. Tapi karena aku memang sedang berada di dalam pabrik roti bersama Mbak Lila. Dan aku tak memegang hp, karena ponselku memang aku taruh di loker," jelasnya panja
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Rumah yang Disita

    Kini aku telah sampai di rumah. Aku memang memutuskan untuk pulang ke rumah saja. Untuk melepas penat dan lelah sebentar saja.Saat aku sedang memarkirkan mobil, tiba-tiba ada dua orang laki-laki berperawakan besar yang datang. Mereka menggunakan motor besar. Tampang mereka juga seram sekali, seperti mau makan orang. Hati ini bergidik ngeri, takut mereka akan berbuat macam-macam padaku."Permisi, Bu. Kami mau menagih pembayaran hutang-hutang atas nama Pak Arman. Apakah sudah ada uangnya?" Aku benar-benar bingung mau menjawab apa. Karena Bang Arman juga sedang tak ada di rumah.Ternyata mereka adalah debt collector yang waktu itu datang kemari. Bisa-bisanya aku sampai lupa. B*d*h!"Sebentar ya, Pak? Saya mau menelpon suami saya dulu." Lelaki itu mengangguk, dan aku buru-buru menelepon Bang Arman.Berulangkali aku menghubungi nomor ponsel suamiku itu, tapi tak kunjung diangkat olehnya. Arrgghh kesel! Bagaimana ini? Aku harus berbuat apa? Aku benar-benar bingung. "Bagaimana, Bu? Pak Arm

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Tak Ada Orang di Rumah

    "Aaaarrrrgggghhhh!!!" Teriakku sekencang mungkin, sambil menangis meratapi semua ini.Aku benar-benar bingung harus bagaimana. Kenapa semua cobaan datang bertubi-tubi padaku Ya Allah? Kenapa semua ini terasa berat sekali?Aku pun mencoba kembali menghubungi Bang Arman. Semoga saja dia mau mengangkat telepon dariku. Ttuuutt … ttuuuttt … panggilan tersambung, tapi tak diangkat oleh si pemilik telepon. Karena perasaan yang benar-benar kacau. Mau tak mau akhirnya kuputuskan untuk pergi ke rumah Mama mertuaku.Walaupun sejujurnya perasaan ini tak dapat dibohongi. Yaitu aku sangat muak sekali dengan sikapnya yang pura-pura baik. Padahal semua itu hanya kebohongan belaka.****Sesampainya disana, aku melihat rumah dalam keadaan sepi. Mungkin saja Mama mertua sedang tidur siang. Begitupun dengan anak-anakku.Tok! Tok! Tok!"Mah, Mama." Panggilku, sambil mengetuk pintu berulang kali.Tak lama pintu pun akhirnya dibuka. Dan ternyata yang membuka adalah Mbok Rum. Dia asisten rumah tangga yang b

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Diusir Dari Rumah

    "Ma-maaf, Mah. Aku tadi ngantuk banget," jawabku menunduk. Berharap wanita tua di depanku ini tak marah-marah lagi."Kamu kenal sama Bu Parni?" Sontak aku langsung terkejut, saat mendengar Mama menyebut Mbok Parni."Kenapa diam? Kamu kaget? Kamu shock? Kamu takut ketahuan belang kamu iya?" Hardiknya sinis."Maksud Mama apa?" "Alah! Udah nggak usah pura-pura! Saya udah tahu siapa kamu! Tega ya kamu, sudah sekian lama membohongi saya. Apa maksud kamu menikah dengan Arman? Sampai-sampai kamu berani-beraninya menyembunyikan jati diri kamu sendiri? Hah?!" Tanyanya murka. Wajahnya juga sudah memerah. Seketika nyali ini menciut saat melihat sikapnya."Maafin aku, Mah. Maafin aku. Aku mohon maafin aku. Aku benar-benar nggak ada maksud apa-apa. Dan nggak ada niat sedikitpun untuk membohongi Mama. Aku seperti ini atas saran Bang Arman. Katanya agar Mama dan Papa mau menerimaku sebagai menantu. Maafin aku, Mah. Hiks." Terpaksa aku merendahkan diri. Memohon di hadapannya. Dan juga berlutut di ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Isi Hati Arman

    Karena beban yang teramat berat yang kutanggung sendirian. Akhirnya tubuh ini merasa melayang dan rumah ini terasa berputar dengan kencangnya. Sampai akhirnya aku tak ingat apa-apa lagi.Hanya suara Mama saja yang terdengar sebentar, sebelum aku benar-benar tak sadarkan diri.****Pov ArmanSudah hampir dua hari aku sibuk mengurusi rencana pernikahanku dengan Irna. Cinta lamaku yang belum kelar. Kehadiran Irna membuat hati ini yang awalnya gersang, berubah menjadi subur kembali. Irna lebih segala-galanya daripada Lastri. Dia juga keturunan dari orang berada. Dan nanti setelah menikah, kami akan bekerja sama untuk memajukan perusahaanku.Semua berawal dari sifatku yang memang tak pernah puas dengan satu wanita saja. Saat aku sudah menikah dengan Lastri pun, aku masih ingin merasakan kehangatan-kehangatan wanita lainnya. Dan mungkin saja itu sudah menjadi kebiasaanku.Sampai pada akhirnya, aku tak sengaja menghamili Echa. Echa adalah kekasihku yang kesekian. Dan entah kenapa aku mala

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Menemui Anak Pak Wijaya

    (Hallo, Arman. Hari ini kita akan bertemu dengan Pak Wijaya lagi. Tapi kita akan bertemu di rumahnya Pak Wijaya. Karena beliau sedang tak enak badan.) "Ok, Baik Pak. Saya akan segera bersiap-siap untuk menjemput Bapak, lalu menuju ke rumah Pak Wijaya." Ini kali pertama aku akan berkunjung ke rumah Pak Wijaya. Orang yang mau bekerjasama denganku. Dan si penelepon tadi adalah partner kerjaku. Beliau benar-benar orang yang baik, dia mau menolongku disaat perusahaanku yang hampir kolaps. Kini, aku sedang menuju ke rumah Pak Wijaya. Karena kami akan melakukan kerjasama dan juga menandatangani perjanjian kontrak.Beberapa menit kemudian, akhirnya kami sampai di depan rumah Pak Wijaya. Rumahnya besar sekali, lebih besar dari rumah Mama. Dan ini membuktikan betapa tajirnya Pak Wijaya.Segera ku langkahkan kaki, diikuti oleh partner kerjaku, yaitu Pak Dimas. Kami berdua dipersilahkan masuk oleh asisten rumah tangganya. Dan kami pun duduk di ruang tamu yang nampak megah sekali. Sedangkan si

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Kenyataan Yang Sebenarnya

    Selama sedang berbincang-bincang dengan Pak Wijaya, aku sama sekali tak terlalu merespon. Karena pikiranku benar-benar terbagi pada kehadiran Nining barusan.Apa mungkin aku harus bekerjasama dengan Pak Wijaya? Apa dia mau untuk tetap bekerja sama denganku, saat dia tau kalau aku adalah orang yang telah menyakiti Adnan dan juga Lila? "Pak Arman? Kenapa? Sepertinya anda kurang memperhatikan saya berbicara?" Tiba-tiba tegur Pak Wijaya."Eh, hhmm ... Ma-maaf Pak. Sa-saya juga memang sedang tak enak badan," jawabku gugup, lalu menunduk. Karena Pak Wijaya menatapku dalam."Kalau sedang tak enak badan. Kenapa harus dipaksakan Pak? Kan bisa besok-besok kemarinya?" Ucapnya lagi."Ma-maaf Pak. Maaf sekali lagi." Jawabku pasrah. Karena aku tau sekali dengan karakter Pak Wijaya. Beliau paling tak suka kalau sedang berbicara dengan seseorang, tapi orang tersebut malah tak menyimaknya dengan baik.Kami pun akhirnya sama-sama terdiam. Hendra--partner kerjaku, dia juga hanya terdiam. Tak membelaku

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Ketahuan Belangnya

    Satu jam kemudian. Aku dan Hendra akhirnya berpamitan untuk pulang ke rumah. Karena urusan kami telah selesai. Untuk beberapa bulan kedepan, aku akan melakukan kerjasama dengan Pak Wijaya dan juga Adnan.Sikap Adnan sama sekali tak menunjukkan dendam padaku. Malah seakan dia bersikap tidak terjadi apa-apa. Jujur saja, dalam hati aku malu sekali, karena sikapku yang dulu-dulu pada Adnan dan Nining.****Waktu sudah menjelang senja. Aku kini sudah sampai di rumah Mama. "Assalamualaikum,""Waalaikumsalam, udah pulang kamu, Man? Gimana hasilnya?" Mama langsung mencercaku."Alhamdulillah Pak Wijaya mau kerjasama, Mah.""Syukurlah. Setelah ini kamu harus urus semua surat-surat perceraianmu dengan Lastri. Karena Mama sudah muak dengan anak itu. Kenapa dia sampai tega membohongi Mama dan menutupi jati dirinya sendiri?" Ujar Mama yang lagi-lagi membahas soal Lastri.Ya, Mama memang sudah mengetahui semuanya tentang jati diri istriku itu. Dan seperti yang sudah kuduga, bahwa Mama akan menyur

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Berhadapan Dengan Mama

    "I-iya Mah." "Kenapa? Kan Mama udah bilang sama kamu Arman, kalau menikah itu jangan sama orang miskin! Kamu bakalan kena susahnya. Sekarang lihat kan? Kamu jadi susah karena menikah dengan dia!" Hardik Mama, yang sudah terlihat kesal sekali dengan Lastri.Aku terdiam, bingung mau bicara apalagi. Karena aku sangat tau watak Mama seperti apa. Kalau sudah bicara, tak mau dibantah."Kenapa kalian cuma diam saja? Coba jawab, kenapa rumahmu sampai disita?" Mama mengulangi pertanyaannya lagi."A-aku punya hutang Mah. Jadi rumah beserta isinya yang diambil oleh rentenir tempat aku meminjam uang," Mama shock. Beliau hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja."Pilihan kamu cuma dua, Arman! Kamu tinggalin Lastri dan tinggal disini bersama Mama dan juga anak-anak. Atau jika kamu tetap nggak mau meninggalkan Lastri, kamu harus pergi dari rumah ini. Bawa juga anak-anakmu sekalian! Biar kalian tinggal di jalan sekalian! Mama nggak mau menanggung hidup kalian." Mataku sontak langsung melotot. Begit

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Bab 56

    Dengan tergesa-gesa Lastri berlari, membuat para karyawan yang berada di toko kue tercengang dengan tingkahnya.Nining dan yang lainnya ikut beranjak keluar, dia ingin mencegah Lastri yang kemungkinan akan kabur.Ccciiiiitttt!!! Bbbrrraaakkk!!! Terdengar suara hantaman mobil yang sepertinya sedang menabrak sesuatu.Seketika keadaan di depan tak jauh dari toko Nining mendadak ramai oleh orang-orang karena ada seseorang yang tertabrak mobil tadi.Karena Nining dan yang lainnya penasaran siapa yang tertabrak, akhirnya mereka semua juga ikut melihat orang tersebut.Jauh di dalam hati Nining berdoa, semoga saja itu bukan kakaknya. Karena tadi Lastri juga berlari ke arah yang sama."Permisi, permisi." Nining berusaha membelah kerumunan yang semakin lama semakin ramai oleh orang-orang yang ingin tahu dengan kejadian tersebut.Setelah sampai di dekat orang yang tertabrak tadi, betapa terkejutnya Nining kalau yang menjadi korban dalam kecelakaan tersebut adalah kakak kandungnya sendiri yaitu L

  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Bab 55

    Suasana di dalam ruangan Nining semakin memanas. Karena Lastri tak kunjung mau menceritakan kejadian yang sebenarnya tentang perbuatannya pada Ayahnya di masa silam."Aku udah nggak mau bertele-tele lagi, Kak. Kalau kakak nggak mau menjelaskan semuanya, yasudah lebih baik kita sekarang ke kantor polisi saja. Aku sudah muak dengan sikap kakak yang tak pernah mau berubah untuk menjadi lebih baik lagi. Padahal aku selalu saja memberikan kakak kesempatan untuk merubah sikap kakak. Tapi apa? Kakak selalu saja seperti itu, dan sekarang kakak malah merasa aku yang menyakiti kakak? Apa ini yang dinamakan saudara, Kak? Jawab kak?!" Ucap Nining dengan lantang, membuat Lastri diam tak bergeming dan juga semua yang ada di ruangan juga ikut terdiam. Suasana hening seketika, hanya terdengar isakan tangis dari suara Nining.Nining semakin sesenggukan, dan Lila berusaha menenangkan Nining yang masih menangis."A-aku min-minta maaf, Ning! Hiks-hiks, aku memang banyak salah sama kamu. Aku memang nggak

  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   54

    Dia benar-benar merasakan perih di hatinya. Tak menyangka kalau kakak kandungnya sendiri akan tega menghabisi ayahnya, hanya demi sebuah materi yaitu harta."NINING! TEGA KAMU SAMA AKU! MEMPERMALUKAN AKU DISINI, DI DEPAN BANYAK ORANG RAMAI!" hardik Lastri yang penuh dengan emosi. Sorot matanya menatap tajam ke arah Nining."Stop! Kak Lastri! Kamu sudah keterlaluan pada istri saya, dan sekarang kamu tinggal jelaskan saja semuanya disini dengan sedetail-detailnya, atau nggak …." Timpal Adnan yang sudah terlalu geram dengan sikap Lastri."Apa Adnan? Kamu mau mengancam saya iya?! Nining, aku tau aku salah, tapi nggak seharusnya kamu seperti ini sama saya! Saya ini kakak kandungmu, Ning?" Jawab Lastri dengan nada bergetar, karena memang seluruh tubuhnya sudah berkeringat dingin karena dirinya mengalami kepanikan yang luar biasa. Seluruh orang yang ada di ruangan sudah merasa geram dengan sikap Lastri yang malah seolah-olah mengulur waktu, bukan malah menjelaskan semuanya."Aku nggak menga

  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Bab 53

    "Ning, Nining! Sebenarnya aku disini itu ngapain? Aku tuh bete! Dicuekin gini sama kamu," gumam Lastri pada Nining."Udah kakak sabar aja ya? Kita disini mau membahas hal penting yang sudah lama pengen aku bahas. Makanya sekarang kakak duduk tenang aja dan simak semua pembicaraan mereka semua." Jawab Nining dengan lugas, dan berhasil membuat Lastri terdiam.Di dalam benak Lastri sebenarnya dia sangat bingung dengan semua ini. Ingin rasanya dia pergi dari tempat ini, karena perasaannya juga semakin tak enak saja. Tapi apalah daya, dia memang tak memegang uang sama sekali."Oke, kita mulai saja pembicaraan hari ini. Assalamualaikum semuanya, semoga kalian semua hari ini dirahmati oleh Allah dan semoga sehat selalu, Amiin. Saya disini sebagai pemilik toko kue NN, mau memberitahukan kalau hari ini kita semua kedatangan tamu yaitu kakak kandung saya yang bernama Lastri." Lastri langsung tersenyum sumringah saat Nining berkata seperti itu di depan semua orang yang dikenalnya. Apalagi saat d

  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Bab 52

    "Ada apa ini, Kak Lastri?" Ujar Nining datar. "Ni-ni-Nining!" Mata Lastri hampir saja melompat keluar karena terkejut dengan kedatangan Nining yang tiba-tiba. "Kenapa Kak? Kok kakak terkejut begitu?" Nining bertanya kembali."Ng-nggak kok. Aku cuma bingung aja, kok kamu bisa balik lagi? Ada apa memangnya? Apa ada yang ketinggalan?" bukannya menjawab, Nining malah mencebikkan bibirnya."Daripada banyak tanya, lebih baik kakak beres-beres, karena kita akan segera pergi mencari tempat untuk kakak tinggal sementara. Atau …." Lastri memperhatikan Nining dengan serius."Atau apa?" Hati Lastri berdegup lebih kencang."Atau kakak mau tinggal di hotel prodeo? Karena kakak sudah menghabisi ayah, iya?" Sontak saja mata Lastri terbelalak karena dia sangat tak menyangka kalau Nining akan berkata seperti itu padanya."A-apa maksud kamu, Ning? Kenapa kamu tega menuduh kakak seperti itu?" Tanya Lastri seolah tak melakukan kesalahan apapun. "Ah, sudahlah kak, jangan banyak tanya! Waktuku sangat ber

  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Bab 51

    Nining berusaha bersikap sabar, menghadapi sikap kakaknya yang seperti parasit.Karena Lastri belum mau pergi dari rumah Nining. Dan dia juga seperti orang yang tak tau diri, akhirnya Nining memutuskan kalau Adnan saja nanti yang berbicara pada Lastri. Saat pulang kerja nanti."Kak, ayo ikut ke toko kue. Aku mau ke toko dulu." Ajak Nining, saat sampai di kamar Lastri. "Aku di rumah aja deh, aku capek. Lagi males kemana-mana." Sahutnya, yang masih sibuk dengan ponselnya."Ya udah, aku berangkat dulu ya?" Ucap Nining lagi."Hhhmm." Gumamnya malas. Lastri benar-benar wanita yang tak tahu diri. Sudah diberikan tumpangan oleh adiknya, tapi dia malah bersikap seperti itu. Ternyata dia benar-benar tak tulus meminta maaf pada Nining. ****Nining sudah dalam perjalanan menuju ke toko kuenya. Dia jug hari ini membuat janji dengan Lila. Karena Nining ingin menceritakan semuanya pada Lila, sekalian meminta solusi.Tapi tiba-tiba Nining tersadar kalau dompetnya beserta surat-surat penting ada ya

  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Bab 50

    Nining refleks langsung menangis. Karena dia memang benar-benar shock dengan sikap Adnan yang tiba-tiba berubah. Tak biasanya Adnan bersikap seperti itu. Biasanya Adnan selalu bersikap lemah-lembut pada Nining dan juga anak-anak. Tapi hari ini Adnan sangat beda sikapnya.Adnan memang sengaja bersikap seperti itu, agar Lastri tak terlalu curiga padanya. Karena Adnan memang benar-benar kesal saat melihat Lastri berpenampilan seperti tadi. Seperti orang yang sengaja atau memancing Adnan."Maafin aku kalau kata-kataku kasar. Tapi aku cuma pengen kalau kamu jangan terlalu bodoh. Baik boleh, tapi jangan sampai bodoh. Sekarang roda memang berputar, dan kita sedang diatas. Tapi perlakukan orang yang memang benar-benar pantas kamu perlakukan dengan baik." Ucap Adnan lagi, pada istrinya itu. Lalu dia pun segera pergi menuju ke kamarnya. Karena hari pun semakin larut.****Pagi-pagi sekali Nining sudah terbangun. Padahal semalaman dia tak dapat memejamkan matanya. Dia benar-benar menghabiskan wak

  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Bab 49

    Adnan sangat terkejut saat melihat ada Lastri di rumahnya. Dia juga memakai pakaian yang tak pantas. "Kak Lastri? Kok ada disini?" Tanya Adnan. Berusaha memasang wajah setenang mungkin, dan berusaha bersabar agar tak murka pada Lastri."I-iya. Aku numpang bermalam disini, Nan." Jawabnya salah tingkah. Karena ekspresi Adnan malah di luar ekspektasinya.Lastri membayangkan kalau Adnan bakal tergoda padanya, karena telah memakai baju seperti itu. Tapi, nyatanya Adnan malah tak terlalu menanggapi keadaan Lastri."Terus kenapa Kakak memakai baju seperti ini? Nggak pantas ya rasanya. Apalagi status kakak sedang menumpang di rumah orang." Ucapan Adnan cukup menohok ke dalam hati Lastri. Dia tak menyangka kalau Adnan bakal berbicara seperti itu.Lastri terdiam sejenak. Dia menunduk, tak menjawab pernyataan yang Adnan lontarkan."Ning! NINING!! bangun Ning!" Adnan kini berteriak-teriak, murka. Hatinya memang sudah sangat panas karena ulah Lastri yang cukup membuatnya menjadi ilfeel. Apalagi Ni

  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Lastri Berulah Lagi

    Kini Lastri terdiam mematung di depan toko kue milik Nining. Dia berdiri sambil membawa tas di tangannya. Waktu pun sudah menjelang malam.Tepat hari ini, dia diusir oleh Arman dan juga Mamanya. Hati Lastri sangat sakit sekali, karena perlakuan Arman yang sangat-sangat tak berperikemanusiaan.Dengan ragu dia melangkahkan kakinya ke dalam toko kue milik Nining. Ada rasa malu dan juga ada rasa yang benar-benar tak bisa dilukiskan oleh Lastri saat ini.Dia benar-benar telah merasa menjadi manusia yang terhina dan juga bodoh. Karena dengan seenaknya di dibuang oleh Arman, dan tak layak seperti sampah."Permisi, Mbak. Ada Niningnya?" Tanya Lastri pada si penjaga toko."Bu Niningnya sudah pulang, Mbak." Lastri terdiam sejenak. Bingung harus melakukan apa."Ada yang bisa saya bantu, Mbak?" Tegur si penjaga toko lagi."Boleh saya minta alamat rumah Bu Nining, Mbak? Saya kakaknya Bu Nining," ucap Lastri."Sebentar, saya telepon Bu Nining dulu ya, Mbak? Karena saya nggak berani kalau ngasih ala

DMCA.com Protection Status