Share

Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku
Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku
Penulis: Kasih Dgreen

Meminjam Uang

Penulis: Kasih Dgreen
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Roda Pasti Berputar"

Part 1

[Assalamualaikum, Kak. Aku mau pinjam uang 100 ribu, nanti minggu depan aku ganti.]

[Maaf, Ning. Kakak juga lagi nggak ada uang, banyak kebutuhan yang harus dibeli bulan ini, belum lagi bayaran sekolah anak-anak.] Aku hanya terdiam memandangi pesan balasan dari Kakakku itu.

[Yaudah, Kak. Gapapa kalau nggak ada juga.] Balasku lagi.

[Lagian kamu kekurangan terus sih, Ning? Nggak bosen apa, hidup susah terus? Nyusahin orang terus, minjem duit itu sama aja nyusahin orang. Apalagi kalau sampai nggak dibayar, atau bayarnya telat. Udahlah, Kakak lagi repot!] Tak kugubris lagi pesan balasan dari Kak Lastri. Karena hanya akan menambah perih di hati.

***

Sudah seminggu belakangan ini, daganganku jarang sekali habis, alhasil uangnya hanya cukup untuk kami makan berempat, itupun kadang dengan berlaukkan garam dan kerupuk saja.

Aku dan Mas Adnan berjualan makanan ringan yang dikemas dalam plastik kecil dan dijual dengan harga dua ribuan. Aku yang membungkus, sedangkan Mas Adnan yang berkeliling menjajakannya.

"Assalamualaikum," suamiku itu telah pulang dari mencari nafkah. Wajahnya lesu, kulitnya hitam, terbakar oleh panasnya matahari.

"Waalaikumsalam." Aku langsung mencium tangan Mas Adnan, setelah itu dia pun langsung duduk di lantai yang beralaskan karpet lusuh.

"Ini, Dek, hasil penjualan hari ini. Alhamdulillah bisa beli beras seliter dan mie instan. Oh iya, anak-anak mana?" Tanyanya sambil mengipas-ngipaskan topi ke arah tubuhnya, karena memang cuaca diluar sedang panas sekali, dan kebetulan kipas angin sedang rusak.

"Alhamdulillah, Mas. Semoga ramai terus ya jualan kita," Mas Adnan pun menyunggingkan bibirnya.

"Aamiin. Anak-anak mana?" Tanyanya lagi.

"Lagi pada main di lapangan depan sana. Oh iya, Mas, tadi aku mau pinjam uang ke Kak Lastri. Niatnya untuk kita beli beras dan juga kebutuhan lain, tapi …." Ucapanku terjeda.

"Udah nggak usah, Dek. Ini kan udah ada rejeki, sedikit banyak kita syukuri. Kalau kita banyak bersyukur, pasti Allah akan terus tambah rejeki kita. Maafin Mas ya? Belum bisa bahagiain kamu dan juga anak-anak," aku tersenyum sambil mengangguk.

"Iya Mas, gapapa kok." Jawabku menenangkan laki-laki yang telah menikahiku selama 9 tahun ini.

"Oh iya, nanti sore aku ada kerjaan, disuruh Pak Ranto benerin genteng rumahnya yang rusak. Jadi nanti sore, aku mau ke rumah Pak Ranto dulu ya?" 

"Ok Mas." Lalu Mas Adnan pun beranjak dari tempat duduknya, kemudian menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sedangkan aku membereskan rumah yang sebenarnya tak terlalu kotor.

****

"Ning, Nining!" Terdengar suara orang memanggil dari luar rumah. 

"Iya, bentar." Dan ternyata yang datang adalah Bu Salamah, tetanggaku di kampung ini. Orang yang terkenal dermawan dan kaya raya.

"Bu Salamah? Ada apa ya, Bu?" Tanyaku penasaran, karena tumben saja Bu Salamah mau datang kesini.

"Ini loh, Ning. Saya mau pesan snack yang kecil-kecil itu sama kamu. Untuk acara ulang tahun anak saya besok. Oh iya, kamu juga jangan lupa datang ya, sama anak-anak," jujur saja aku pun langsung shock saat mendengar penuturan Bu Salamah. Seperti kejatuhan durian runtuh rasanya.

"Ma-mau pesen, Bu? Sa-sama saya? Serius Bu? Berapa pcs?" Tanyaku lagi gugup, dan masih tak percaya dengan rezeki yang besar ini.

"Iyalah, Ning. Masa saya bohong sih! Saya mau pesan 100 pcs ya, dan ini uangnya. Oh iya, ini undangan ulang tahun untuk anak-anak kamu. Jangan lupa datang ya, sekalian anterin pesanan saya," ujarnya menjelaskan sambil menyodorkan uang kertas berwarna merah. Penuturan Bu Salamah  ibarat oase di padang pasir yang mendinginkan dan menghilangkan dahagaku setelah sekian lama. Terima kasih ya Allah atas segala rezeki yang tak terduga ini.

Setelah hampir seminggu lebih daganganku sepi, dan alhamdulillah kini engkau kirimkan orang baik yang mau membeli daganganku dengan jumlah yang lumayan banyak menurutku. Sungguh engkau maha mengetahui lagi maha pemurah ya Allah. Tak terasa air mata ini pun menetes dengan derasnya. Terharu karena nikmat Allah yang begitu banyak, dan Allah yang teramat baik. 

***

"Assalamualaikum, Dek! Ini, Dek, aku bawain makanan banyak, pemberian dari Pak Ranto. Alhamdulillah rezeki hari ini, Allah kasih bertubi-tubi," aku dan anak-anak pun langsung menghampiri  Mas Adnan dengan sumringah. Melihat tentengan besar di tangannya. Begitu pula dengan anak-anak yang menyambut dengan riang gembira.

Mas Adnan membawa satu ekor ikan bakar, beserta nasinya yang dibungkus oleh daun pisang, dan isinya sangat banyak sekali, cukup untuk kami makan berempat. 

Di dalam bungkusan ikan bakar juga ada lalapannya beserta sambal sebagai pelengkapnya. Dan ada lagi satu kantong berisi beras satu liter, gula, teh, kopi, minyak dan juga penyedap rasa. Alhamdulillah ya Allah, tak henti-hentinya aku mengucap syukur atas segala kemurahan hati sang pemilik seluruh alam.

Lalu, kami semua akhirnya makan dengan lahap, karena jarang sekali kami makan-makanan seperti ini.

Aku juga bercerita pada Mas Adnan, kalau tadi Bu Salamah datang kemari, dan memesan cemilan ringan untuk acara ulang tahun anaknya besok. Dia juga mengundang anak-anak untuk hadir di acara ulang tahun anaknya itu. Mas Adnan terus saja mengucap syukur atas segala pemberian Allah hari ini.

***

 Hari ini semua pekerjaan sudah selesai, aku dan Mas Adnan juga sudah beres membungkus semua cemilan yang telah dipesan oleh Bu Salamah. Dan sekitar jam 12 nanti, aku akan segera mengantarnya ke rumah Bu Salamah.

Di depan rumah Bu Salamah sudah ramai dengan keluarga besarnya Bu Salamah yang telah datang sedari tadi. Rumah yang berukuran luas ini sudah terlihat ramai oleh para kerabat-kerabatnya Bu Salamah.

"Assalamualaikum, Bu," ucapku sambil masuk ke dalam rumahnya.

"Eh Nining, ayo mari masuk, sini-sini duduk," ucap Bu Salamah menawariku masuk serta duduk. 

"Saya mau anterin pesanannya Ibu. Ini, Bu." Ucapku menyodorkan dua kantong plastik besar berisi cemilan yang telah dipesan sebelumnya oleh Bu Salamah.

"Makasih ya Nining. Jangan lupa nanti datang ya sama anak-anak," aku mengangguk.

"Ya udah saya pamit dulu ya, Bu. Mau beresin rumah dulu, Assalamualaikum," pamitku pada Bu Salamah.

"Waalaikumsalam," Bu Salamah menjawab dengan ramah.

Aku berjalan melewati halaman rumah Bu Salamah yang sangat luas dan juga tertata dengan rapi. 

Setelah sampai di depan pintu gerbangnya yang menjulang tinggi, aku melihat ada sebuah mobil yang berjalan menuju ke rumah Bu Salamah. Dan sejenak kuperhatikan mobil tersebut.

Tin! Tin! Bunyi klakson mobil terdengar, dan aku pun langsung terhenyak dari lamunan. Lalu, aku pun langsung minggir dan memberi jalan pada mobil mewah tersebut.

Lalu, turunlah si pemilik mobil tersebut, dan benar saja dugaanku. Kalau si pemilik mobil adalah Kak Lastri--kakak kandungku.

Bab terkait

  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Hinaan Kak Lastri

    "Roda Pasti Berputar"Part 2Seketika jantung ini berdetak lebih kencang, melihat Kak Lastri turun dari mobil mewahnya bersama dengan ponakan-ponakanku yang lucu, beserta suami Kak Lastri yaitu Bang Arman.Suami Kak Lastri memang pengusaha terkenal di daerah sini, Kak Lastri juga seorang sosialita yang terkenal, terkadang sambil berteman, dia juga sambil menjualkan perhiasan-perhiasan mahal. Tapi, entah turunan sifat dari mana, sehingga Kak Lastri terkenal dengan sifatnya sangat sombong dan juga angkuh. Karena dulu Ayah dan Ibu kami tak seperti Kak Lastri. Bahkan mereka berdua terkenal sangat baik di lingkungannya."Kak Lastri?" Panggilku pada saudaraku satu-satunya itu. Karena semenjak ayah dan Ibu pergi meninggalkan dunia yang fana ini. Kami hanya tinggal berdua saja. Dan semenjak Kak Lastri menikah, maka aku pun akhirnya tinggal dan mengontrak sendiri, lalu tak lama aku pun akhirnya menikah dengan Mas Adnan.Kak Lastri menoleh ke arahku, wajahnya terkejut saat melihatku ada disini

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Ke Acara Ulang Tahun

    "Roda Pasti Berputar"Part 3Mila memang masih belum paham urusan orang dewasa, padahal aku tadi sudah berpesan pada mereka berdua untuk tidak menegur Kak Lastri dan juga anak-anaknya. Tapi mau bagaimana lagi, anak-anak lebih tahu yang mana saudaranya."Nggak kok, aku nggak kenal sama mereka. Ngapain aku kenal sama orang miskin macam mereka. Yaudah, yuk masuk kedalam. Nggak penting!" Kak Lastri segera menarik tangan temannya itu, lalu pergi meninggalkan kami.Kami semua masih terdiam di tempat, sampai akhirnya Bu Salamah datang menghampiri kami."Eh, Nining? Kok kalian masih pada disini? Ayo masuk, masuk, sebentar lagi acara akan dimulai loh," tutur Bu Salamah dengan ramah. Tak ada sifat sombong sama sekali yang ada di dalam dirinya. Walau Bu Salamah orang yang terkenal kaya raya di kampung kami. Aku berdoa pada Allah. Jika suatu saat Allah menitipkan amanah yaitu rejekinya yang besar padaku, aku hanya meminta untuk tidak diberikan rasa sombong dan riya pada diri ini. Sebab semuanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Wanita yang baik hati

    "Roda Pasti Berputar"Part 4"Namanya juga nggak pernah makan-makanan seperti ini, ya jadi wajarlah kalau kayak orang yang udah nggak pernah makan selama setahun!" Celetuk Kak Lastri tiba-tiba sambil menghampiri kami semua.Hatiku berdenyut nyeri mendengar ucapan Kak Lastri. Mati-matian aku menahan air mata agar tidak runtuh di depan semua orang yang tengah menatap heran padaku dan kedua putriku."Mbak, nggak boleh loh bicara seperti itu. Kasihan Mbak ini, kan namanya juga anak-anak, mereka pasti mau apapun yang mereka lihat," sahut perempuan yang memakai hijab panjang tadi. Sedangkan aku masih diam menyusun serpihan hati yang sudah pecah berhamburan, karena ucapan Kak Lastri."Iya, tapi kalau mau dimakan semuanya, nanti yang lain pada nggak kebagian. Memangnya Bu Salamah nyediain makanan cuma buat orang miskin kayak dia? Norak banget! Kampungan!" Sahut Kak Lastri lagi, seolah merasa paling benar.Wajahku semakin menunduk. Menetralkan hati dan juga berusaha sekuat mungkin menahan aga

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Bertemu Mbak Lila

    "Roda Pasti Berputar"Part 5"Ok kalau gitu! Kakak boleh hina aku sepuasnya, tapi tolong jangan hina anak-anakku. Mereka masih kecil, belum tau apa-apa. Dan Mas Adnan alhamdulillah selalu ngasih kami makan, dengan uang halal tentunya," jawabku tegas. Dan nggak mau lagi dihina terus oleh manusia tak punya hati ini. "Maksud kamu apa? HAH!" Kini Kak Lastri membentakku seenaknya, dan dengan mata yang melotot.***Saat kami sedang berdebat, tiba-tiba Bang Arman datang menghampiri kami. "Mama! Ngapain sih kamu disini? Ngeladenin benalu kaya dia ini, nggak bakalan bisa bikin hidup kamu maju. Lihat saja dia, hidupnya masih seperti ini terus sampai sekarang, nggak pernah ada perubahan. Karena apa? Karena dia malas, dan juga pemikirannya yang sempit! Makanya anak-anaknya sampai seperti orang yang rakus dan juga kelaparan saat berada ditempat bagus seperti ini," Cerocos Bang Arman seenaknya. Kami pun sama-sama menoleh ke arah Bang Arman. Seketika aku terhenyak dengan kata-kata pedas yang dilon

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Selalu Ada Jalan Terbaik

    "Roda Pasti Berputar"Part 6Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya Mbak Lila dan juga suami beserta anak-anaknya telah selesai menjalankan sholat Maghrib. Mereka kini sedang berjalan ke arah kami yang sedang duduk di halaman Masjid. "Nining? Kok kalian belum pulang?" Tegurnya, kemudian duduk di sebelahku. Mbak Lila benar-benar wanita yang baik dan rendah hati. Dia tak segan-segan untuk duduk di halaman masjid seperti ini. Padahal dia adalah bos atau owner dari toko kue terkenal yang kini sedang viral."Belum, Mbak. Niatnya kami mau ajak anak-anak keliling dulu, cari angin," jawabku sambil tersenyum. "Kalian semua udah pada makan? Kalau belum, kita ngobrol-ngobrol di resto depan sana yuk," aku dan Mas Adnan saling bertatapan. Seketika ada rasa tak enak di hati. Karena memang kami baru saja kenal, dan aku takut malah seperti orang yang kurang sopan."Kok diem? Ayo kita makan dulu disana. Tenang, saya yang traktir, untuk ngerayain perkenalan kita agar lebih akrab." Tuturnya lagi.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   7. Awal Pertemuan

    "Roda Pasti Berputar"Part 7(Pov Lastri)Aku tak pernah membayangkan untuk terlahir dari keluarga yang biasa-biasa saja. Bahkan kini aku harus mempunyai adik yang miskin. Adik benalu dan adik yang kubenci seperti Nining.Nining saudaraku satu-satunya yang kini kumiliki, sejak ayah dan ibu pergi meninggalkan dunia yang fana ini. Namun, sejak kecil aku sangat tak menyukai Nining. Dia terlahir menjadi wanita yang hatinya baik seperti ibu, dan hampir keseluruhan sifatnya lebih dominan pada Ibu. Maka dari itu, ibu sangat menyayanginya. Sehingga ibu selalu saja mendahulukan kepentingan Nining, dibandingkan dengan diriku, yang seperti anak tiri.Tak lama setelah Ibu pergi dari dunia ini. Lalu tak lama disusul oleh Ayah. Aku pun di persunting oleh lelaki kaya raya, dan juga tampan. Bang Arman namanya. Lelaki tampan yang berhasil mencuri hatiku. Serta lelaki yang berhasil mewujudkan mimpiku untuk menjadi orang kaya yang sesungguhnya. Walau sebenernya, harus dengan cara kupaksa.****Flashback

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   8. Flashback

    "Roda Pasti Berputar"Part 8(Pov Lastri)"Las, aku mau bicara penting sama kamu," "Bicara apa, Bang? Kayaknya serius banget?" Jawabku penasaran. Dia malah mengelap keringat yang mengalir di dahinya. Kenapa Bang Arman sampai gugup seperti itu ya?"Mau ngomong apa, Bang? Kok kayaknya kamu gugup banget? Ada apa?" Tanyaku lagi, penasaran dengan sikap Bang Arman yang tak biasanya."Aku pengen kenalin kamu, ke orang tua aku sebagai orang punya atau anak dari keturunan orang kaya," aku mengernyitkan dahi. Bingung dengan ucapan Bang Arman."Maksudnya gimana sih? Aku nggak ngerti!" "Aku bakal kenalin kamu, sama orang tua baru kamu. Mereka adalah teman aku, dan kebetulan mau diajak kerja sama, dan ikutin rencana aku," jelasnya. Dan aku semakin bingung."Terus, Ayah aku gimana? Ayah aku masih hidup, dan dia yang bakal jadi wali nikahku," Bang Arman mengusap wajahnya dengan kasar, lalu menghembuskan nafas gusar."Kamu tetap mau nikah sama aku kan, Las? Dan kita akan hidup bahagia sama anak-an

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   9. POV Lastri

    "Roda Pasti Berputar"Part 9 (Pov Lastri 3)Sudah seminggu sejak kepergian ayah. Kini aku sedang menyiapkan berkas-berkas surat rumah yang nantinya akan kujual. Biar saja Nining, dia bisa mengontrak dengan uangnya sendiri. Karena dia juga bekerja."Kak, apa benar rumah ini mau dijual? Terus aku tinggal dimana?" Tegur Nining, saat aku sedang sibuk membereskan surat-surat rumah."Iya, benar. Memang kenapa? Masalah untuk kamu?" "Bukan gitu kak, ini peninggalan satu-satunya dari ayah dan ibu. Sayang kalau harus dijual, Kak," selorohnya lagi. Aku mencebikkan bibir, saat mendengar ucapannya. "Terus kalau nggak dijual, kamu yang bakal tempati dan menguasai rumah ini, begitu? Enak banget kamu! Aku tetap bakal jual, dan nanti aku bakal kasih kamu separuh uangnya, untuk kamu sewa rumah di tempat lain," mata Nining membulat. Seperti tak terima dengan keputusanku."Tapi, Kak?" "Nggak ada tapi-tapian! Ini sudah keputusan aku, sebagai anak tertua disini. Dan kamu nggak punya hak ngatur-ngatur ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Bab 56

    Dengan tergesa-gesa Lastri berlari, membuat para karyawan yang berada di toko kue tercengang dengan tingkahnya.Nining dan yang lainnya ikut beranjak keluar, dia ingin mencegah Lastri yang kemungkinan akan kabur.Ccciiiiitttt!!! Bbbrrraaakkk!!! Terdengar suara hantaman mobil yang sepertinya sedang menabrak sesuatu.Seketika keadaan di depan tak jauh dari toko Nining mendadak ramai oleh orang-orang karena ada seseorang yang tertabrak mobil tadi.Karena Nining dan yang lainnya penasaran siapa yang tertabrak, akhirnya mereka semua juga ikut melihat orang tersebut.Jauh di dalam hati Nining berdoa, semoga saja itu bukan kakaknya. Karena tadi Lastri juga berlari ke arah yang sama."Permisi, permisi." Nining berusaha membelah kerumunan yang semakin lama semakin ramai oleh orang-orang yang ingin tahu dengan kejadian tersebut.Setelah sampai di dekat orang yang tertabrak tadi, betapa terkejutnya Nining kalau yang menjadi korban dalam kecelakaan tersebut adalah kakak kandungnya sendiri yaitu L

  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Bab 55

    Suasana di dalam ruangan Nining semakin memanas. Karena Lastri tak kunjung mau menceritakan kejadian yang sebenarnya tentang perbuatannya pada Ayahnya di masa silam."Aku udah nggak mau bertele-tele lagi, Kak. Kalau kakak nggak mau menjelaskan semuanya, yasudah lebih baik kita sekarang ke kantor polisi saja. Aku sudah muak dengan sikap kakak yang tak pernah mau berubah untuk menjadi lebih baik lagi. Padahal aku selalu saja memberikan kakak kesempatan untuk merubah sikap kakak. Tapi apa? Kakak selalu saja seperti itu, dan sekarang kakak malah merasa aku yang menyakiti kakak? Apa ini yang dinamakan saudara, Kak? Jawab kak?!" Ucap Nining dengan lantang, membuat Lastri diam tak bergeming dan juga semua yang ada di ruangan juga ikut terdiam. Suasana hening seketika, hanya terdengar isakan tangis dari suara Nining.Nining semakin sesenggukan, dan Lila berusaha menenangkan Nining yang masih menangis."A-aku min-minta maaf, Ning! Hiks-hiks, aku memang banyak salah sama kamu. Aku memang nggak

  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   54

    Dia benar-benar merasakan perih di hatinya. Tak menyangka kalau kakak kandungnya sendiri akan tega menghabisi ayahnya, hanya demi sebuah materi yaitu harta."NINING! TEGA KAMU SAMA AKU! MEMPERMALUKAN AKU DISINI, DI DEPAN BANYAK ORANG RAMAI!" hardik Lastri yang penuh dengan emosi. Sorot matanya menatap tajam ke arah Nining."Stop! Kak Lastri! Kamu sudah keterlaluan pada istri saya, dan sekarang kamu tinggal jelaskan saja semuanya disini dengan sedetail-detailnya, atau nggak …." Timpal Adnan yang sudah terlalu geram dengan sikap Lastri."Apa Adnan? Kamu mau mengancam saya iya?! Nining, aku tau aku salah, tapi nggak seharusnya kamu seperti ini sama saya! Saya ini kakak kandungmu, Ning?" Jawab Lastri dengan nada bergetar, karena memang seluruh tubuhnya sudah berkeringat dingin karena dirinya mengalami kepanikan yang luar biasa. Seluruh orang yang ada di ruangan sudah merasa geram dengan sikap Lastri yang malah seolah-olah mengulur waktu, bukan malah menjelaskan semuanya."Aku nggak menga

  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Bab 53

    "Ning, Nining! Sebenarnya aku disini itu ngapain? Aku tuh bete! Dicuekin gini sama kamu," gumam Lastri pada Nining."Udah kakak sabar aja ya? Kita disini mau membahas hal penting yang sudah lama pengen aku bahas. Makanya sekarang kakak duduk tenang aja dan simak semua pembicaraan mereka semua." Jawab Nining dengan lugas, dan berhasil membuat Lastri terdiam.Di dalam benak Lastri sebenarnya dia sangat bingung dengan semua ini. Ingin rasanya dia pergi dari tempat ini, karena perasaannya juga semakin tak enak saja. Tapi apalah daya, dia memang tak memegang uang sama sekali."Oke, kita mulai saja pembicaraan hari ini. Assalamualaikum semuanya, semoga kalian semua hari ini dirahmati oleh Allah dan semoga sehat selalu, Amiin. Saya disini sebagai pemilik toko kue NN, mau memberitahukan kalau hari ini kita semua kedatangan tamu yaitu kakak kandung saya yang bernama Lastri." Lastri langsung tersenyum sumringah saat Nining berkata seperti itu di depan semua orang yang dikenalnya. Apalagi saat d

  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Bab 52

    "Ada apa ini, Kak Lastri?" Ujar Nining datar. "Ni-ni-Nining!" Mata Lastri hampir saja melompat keluar karena terkejut dengan kedatangan Nining yang tiba-tiba. "Kenapa Kak? Kok kakak terkejut begitu?" Nining bertanya kembali."Ng-nggak kok. Aku cuma bingung aja, kok kamu bisa balik lagi? Ada apa memangnya? Apa ada yang ketinggalan?" bukannya menjawab, Nining malah mencebikkan bibirnya."Daripada banyak tanya, lebih baik kakak beres-beres, karena kita akan segera pergi mencari tempat untuk kakak tinggal sementara. Atau …." Lastri memperhatikan Nining dengan serius."Atau apa?" Hati Lastri berdegup lebih kencang."Atau kakak mau tinggal di hotel prodeo? Karena kakak sudah menghabisi ayah, iya?" Sontak saja mata Lastri terbelalak karena dia sangat tak menyangka kalau Nining akan berkata seperti itu padanya."A-apa maksud kamu, Ning? Kenapa kamu tega menuduh kakak seperti itu?" Tanya Lastri seolah tak melakukan kesalahan apapun. "Ah, sudahlah kak, jangan banyak tanya! Waktuku sangat ber

  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Bab 51

    Nining berusaha bersikap sabar, menghadapi sikap kakaknya yang seperti parasit.Karena Lastri belum mau pergi dari rumah Nining. Dan dia juga seperti orang yang tak tau diri, akhirnya Nining memutuskan kalau Adnan saja nanti yang berbicara pada Lastri. Saat pulang kerja nanti."Kak, ayo ikut ke toko kue. Aku mau ke toko dulu." Ajak Nining, saat sampai di kamar Lastri. "Aku di rumah aja deh, aku capek. Lagi males kemana-mana." Sahutnya, yang masih sibuk dengan ponselnya."Ya udah, aku berangkat dulu ya?" Ucap Nining lagi."Hhhmm." Gumamnya malas. Lastri benar-benar wanita yang tak tahu diri. Sudah diberikan tumpangan oleh adiknya, tapi dia malah bersikap seperti itu. Ternyata dia benar-benar tak tulus meminta maaf pada Nining. ****Nining sudah dalam perjalanan menuju ke toko kuenya. Dia jug hari ini membuat janji dengan Lila. Karena Nining ingin menceritakan semuanya pada Lila, sekalian meminta solusi.Tapi tiba-tiba Nining tersadar kalau dompetnya beserta surat-surat penting ada ya

  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Bab 50

    Nining refleks langsung menangis. Karena dia memang benar-benar shock dengan sikap Adnan yang tiba-tiba berubah. Tak biasanya Adnan bersikap seperti itu. Biasanya Adnan selalu bersikap lemah-lembut pada Nining dan juga anak-anak. Tapi hari ini Adnan sangat beda sikapnya.Adnan memang sengaja bersikap seperti itu, agar Lastri tak terlalu curiga padanya. Karena Adnan memang benar-benar kesal saat melihat Lastri berpenampilan seperti tadi. Seperti orang yang sengaja atau memancing Adnan."Maafin aku kalau kata-kataku kasar. Tapi aku cuma pengen kalau kamu jangan terlalu bodoh. Baik boleh, tapi jangan sampai bodoh. Sekarang roda memang berputar, dan kita sedang diatas. Tapi perlakukan orang yang memang benar-benar pantas kamu perlakukan dengan baik." Ucap Adnan lagi, pada istrinya itu. Lalu dia pun segera pergi menuju ke kamarnya. Karena hari pun semakin larut.****Pagi-pagi sekali Nining sudah terbangun. Padahal semalaman dia tak dapat memejamkan matanya. Dia benar-benar menghabiskan wak

  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Bab 49

    Adnan sangat terkejut saat melihat ada Lastri di rumahnya. Dia juga memakai pakaian yang tak pantas. "Kak Lastri? Kok ada disini?" Tanya Adnan. Berusaha memasang wajah setenang mungkin, dan berusaha bersabar agar tak murka pada Lastri."I-iya. Aku numpang bermalam disini, Nan." Jawabnya salah tingkah. Karena ekspresi Adnan malah di luar ekspektasinya.Lastri membayangkan kalau Adnan bakal tergoda padanya, karena telah memakai baju seperti itu. Tapi, nyatanya Adnan malah tak terlalu menanggapi keadaan Lastri."Terus kenapa Kakak memakai baju seperti ini? Nggak pantas ya rasanya. Apalagi status kakak sedang menumpang di rumah orang." Ucapan Adnan cukup menohok ke dalam hati Lastri. Dia tak menyangka kalau Adnan bakal berbicara seperti itu.Lastri terdiam sejenak. Dia menunduk, tak menjawab pernyataan yang Adnan lontarkan."Ning! NINING!! bangun Ning!" Adnan kini berteriak-teriak, murka. Hatinya memang sudah sangat panas karena ulah Lastri yang cukup membuatnya menjadi ilfeel. Apalagi Ni

  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Lastri Berulah Lagi

    Kini Lastri terdiam mematung di depan toko kue milik Nining. Dia berdiri sambil membawa tas di tangannya. Waktu pun sudah menjelang malam.Tepat hari ini, dia diusir oleh Arman dan juga Mamanya. Hati Lastri sangat sakit sekali, karena perlakuan Arman yang sangat-sangat tak berperikemanusiaan.Dengan ragu dia melangkahkan kakinya ke dalam toko kue milik Nining. Ada rasa malu dan juga ada rasa yang benar-benar tak bisa dilukiskan oleh Lastri saat ini.Dia benar-benar telah merasa menjadi manusia yang terhina dan juga bodoh. Karena dengan seenaknya di dibuang oleh Arman, dan tak layak seperti sampah."Permisi, Mbak. Ada Niningnya?" Tanya Lastri pada si penjaga toko."Bu Niningnya sudah pulang, Mbak." Lastri terdiam sejenak. Bingung harus melakukan apa."Ada yang bisa saya bantu, Mbak?" Tegur si penjaga toko lagi."Boleh saya minta alamat rumah Bu Nining, Mbak? Saya kakaknya Bu Nining," ucap Lastri."Sebentar, saya telepon Bu Nining dulu ya, Mbak? Karena saya nggak berani kalau ngasih ala

DMCA.com Protection Status