“Papa dan Mama, kenapa kalian tidak pernah hadir ke sekolah kalau ada pertemuan orang tua?” tanya gadis kecil kala itu, ia melihat kedua orang tuanya yang sedang menonton televisi di ruang keluarga.Pria yang tadi di panggil Papa menjawab, “Aduh Delisha, Papa ini sibuk banget kalau siang. Papa sama sekali gak punya waktu buat datang ke pertemuan yang sama sekali tidak ada manfaatnya seperti itu.”Wanita yang tadi di panggil Mama juga menjawab, “Delisha, kamu kan tahu sendiri kalau Mama juga sibuk kerja. Kamu pikir semua baju-baju mahal dan kehidupan mewah seperti ini datang dari langit ya? Papa dan Mama kerja mati-matian biar kamu tidak merasa malu saat bermain bersama teman-teman yang lain.”Sementara respon gadis kecil yang sedang memeluk buku gambar itu hanya menundukkan kepalanya. Rambut yang panjang menjuntai ke depan saat gadis kecil tersebut menunduk, sehingga kedua orang tuanya sama sekali tidak melihat kalau gadis kecil itu sedang
Malam kian larut, Ayesha sudah menyelesaikan pekerjaan terakhirnya, ia menatap ke arah tanaman hias yang ada di sudut ruangan dekat dengan rak buku, ia menghela nafas lelah, lantas kemudian gadis tersebut beranjak dari kursinya dan berjalan menuju ke jendela besar yang ada di belakangnya.“Hanya di dunia ini, aku bisa melihat bulan dan bintang yang bertebaran di langit yang bersih.”Cukup lama ia berdiam diri seperti itu, sampai ketika ia mendengar suara langkah kaki yang sedang berjalan di lorong depan. Ayesha lebih menajamkan lagi pendengarannya, ia menoleh ke kanan dimana di sana terletak sebuah pedang yang beberapa hari lalu di letakkan oleh Derick.Saat itu Derick berkata, “Aku akan meninggalkan sebilah pedang di ruang kerjamu, gunakanlah saat kamu merasa ada seseorang yang ingin mencelakaimu, karena tidak menutup kemungkinan akan ada banyak orang yang mengincar nyawa kita berdua.”Ayesha berjalan dengan cepat ke arah pedang t
Beberapa menit sebelumnya. “Yang Mulia, apakah saya boleh masuk?” tanya seorang laki-laki dari balik pintu.Namun sama sekali tidak ada sahutan dari dalam, membuat laki-laki tadi seketika merasa cemas. Hingga membuatnya nekat membuka pintu tersebut, keadaan di dalam ruangan sangat gelap, jika salah langkah, maka bisa membuat dirinya menabrak benda-benda berharga yang ada di dalam ruangan tersebut.“Dari pintu, di sisi kanan ada meja kecil dan sisi kiri ada patung kuda, jika aku berjalan lima belas langkah ke depan maka akan ada kursi sofa beserta meja untuk tamu, sekarang aku harus mencari letak meja dimana lilin berada, yakni jika aku berjalan sekitar empat belas langkah serong kiri, maka di dekat dinding perapian akan ada sebuah Candle Holder beserta lilinnya”Ia mulai menghitung langkahnya dan mencari letak keberadaan lilin untuk menerangi langkahnya dan melihat situasi apa yang sedang terjadi kepada sang majikan. Dirinya yang sudah
“Sempoyongan? Kamu mabuk?” tanya Ayesha.“Tidak, kalau aku mabuk, mana bisa aku melawan orang yang berniat menyerangku kan?”Diam-diam Derick berterima kasih kepada Grayson yang sudah membantunya menyadarkan diri, namun yang membuat dirinya sempoyongan adalah karena rasa sakit di kepalanya akibat kebanyakan minum. Entah kenapa pasangan suami istri itu sama sekali tidak ada membahas masalah tadi pagi, yang membuat mereka sampai berantem untuk pertama kalinya. Seperti anak kecil yang sedang berkelahi, hanya membutuhkan beberapa waktu saja sampai keduanya lupa dan kembali main bersama.Ayesha membersihkan gaunnya yang kotor terkena debu ketika dirinya bersembunyi tadi, sementara Derick membantu Ayesha membersihkan rambutnya. Grayson dan Daisy bersyukur karena melihat majikan mereka yang sudah kembali akur. Derick menoleh ke arah balkon, dimana di sana berdiri Robert yang sedang memapah anak buahnya, “Roberto, bawalah anak buahmu ke r
Malam yang telah larut, tidak membuat sepasang suami istri itu segera beranjak dari ruang kerja sang istri, justru percakapan mereka semakin terasa intens. Sang suami beberapa kali mengerutkan alisnya karena masih merasa bingung dengan apa yang sedang di sampaikan oleh istrinya.“Jadi, apakah sebelumnya kamu sudah mengetahui kalau sesungguhnya aku bukanlah Ayesha yang asli? Maksudnya, tubuh ini memang milik Ayesha, namun aku adalah jiwa yang datang dari masa depan dan entah bagaimana ceritanya bisa merasuk ke dalam tubuh ini,” jelasnya lagi untuk yang kesekian kalinya.Kali ini Derick menganggukkan kepalanya, “Sesungguhnya aku sudah merasa ada yang berbeda dari dirimu sejak aku membuka pintu kamar pengantin saat itu. Sorot matamu sangat berbeda dengan cara Ayesha biasanya menatapku.”Ayesha mengerutkan keningnya, “Berbeda? Apakah biasanya dia menatapmu dengan penuh cinta?” Meskipun sekilas, Ayesha bisa melihat ada senyum getir di bibir
Suara langkah kaki terdengar bersahutan di lorong yang sepi, pria tersebut berjalan menuju ke sebuah ruangan yang ada di lantai dua rumahnya. Di belakangnya mengikuti sang Butler masih dengan sikap sopannya seraya memegang beberapa map berwarna coklat tua. Hingga tibalah mereka di depan sebuah pintu berwarna merah tua, dari balik pintu terdengar suara anak-anak yang sedang bermain.Krieet!Suara pintu di buka membuat anak-anak tersebut menghentikan kegiatan mereka dan buru-buru mengambil tempat dimana biasa mereka duduk. Kepala mereka tertunduk sopan, sama sekali tidak ada yang berani mengangkat kepalanya saat mereka mendengar suara langkah kaki yang familiar sedang berjalan masuk ke dalam ruangan tersebut. Mata abu-abu itu menatap ke penjuru ruangan dengan teliti, sampai tiba-tiba saja ia berdecak saat menatap seorang anak kecil laki-laki yang tubuhnya tampak bergetar.Butler Gof yang paham pun lantas maju menghampiri anak laki-laki itu dan meny
Trak... Trak... Glodak...Suara roda kayu yang berjalan menghantam bebatuan membuat keributan di sepanjang perjalanan mereka menuju Utara. Dua orang yang menggunakan jubah hitam tengah duduk diam di dalam kereta kuda yang sedang bergerak tersebut. Sampai ketika hampir mendekati jembatan perbatasan, salah satu dari mereka membuka obrolan untuk memecah kesunyian di antara mereka.“Kira-kira kenapa Grand Duchess ingin bertemu di bukit menara?” tanya Zigea pada gadis berambut merah itu.Daren mengusap dagunya, “Bukankah bukit menara identik dengan kisah Romansanya?”Ucapan Daren membuat Zigea terpaku, “Ja-jangan mengada-ada, tidak mungkin Grand Duchess meminta pertemuan dengan maksud seperti itu.”Sembari memasang tudung jubahnya, gadis bersurai merah itu berucap, “Saya tau itu, Tuan Zig. Grand Duke dan Grand Duchess saling mencintai, tidak ada celah untuk Anda masuk di antara hubungan mereka,” balasnya dengan tatapan mengejek
Bab 82. Ksatria pengawal pribadi Ayesha yang baru saja mengecek tempat sampah, berjalan kembali menghampiri Ayesha yang sedang menunggu di tempat ia sedang beristirahat. “Ada apa? Kenapa kau memasang Ekspresi wajah seperti itu?” tanya Ayesha begitu Atren sudah berdiri di depannya sambil membungkuk sopan.“Nyonya, di sana ada seorang anak kecil yang sedang terluka parah. Saking parahnya, saya sebagai orang dewasa tidak sanggup melihatnya.”“Apa? Kenapa bisa ada anak yang terluka di sana? Cepat bawa anak kecil itu ke Fasilitas kesehatan terdekat, lalu selidiki kenapa dia bisa terluka dan kenapa dia bisa berada di tempat kotor tersebut.”Hari itu, di waktu menjelang siang, Ibukota Grand Duchy di hebohkan dengan penemuan anak kecil yang terluka parah di tumpukan sampah sebuah Gang yang banyak di huni penduduk miskin. Hal itu juga membuat Ayesha menyadari sesuatu, ternyata masih ada rakyat Grand Duchy yang hidupnya kesul
Sudah beberapa minggu berlalu, malam berdarah sudah berlalu. Namun beritanya masih hangat hingga saat ini. Terutama dengan kabar terbaru yang membuat para Rakyat dan Bangsawan bertanya-tanya perihal keputusan yang di ambil oleh Kaisar baru mereka.[Aku akan menunjuk Pewaris dari Grand Duke dan Grand Duchess Swiss sebagai ahli warisku. Aku harap, setelah membaca ini kalian berhenti mengirimkan surat lamaran ke Istana.]Selama masa kepemimpinan Zigea sebagai Kaisar beberapa minggu ini, masih belum terlihat adanya kemajuan. Karena sistem pemerintahan akan benar-benar di ubah sesuai dengan apa yang Zigea inginkan selama ini. Yang menjadi perdebatan adalah sistem kasta yang di hapus mulai dari Marquess ke bawah. Hanya menyisahkan dari gelar bangsawan Duke sampai ke Kaisar. Para Rakyat mendukung adanya perubahan tersebut, berbeda dengan para Bangsawan yang tidak terima. Hak mereka sebagai pemimpin wilayah bisa terancam jika mereka memiliki drajat yang sama dengan para rakyat yang mereka an
BAB 108.Semakin larut malam, seruan dari peperangan semakin mencekam. Di halaman Istana sudah banyak bergelimpangan jasad-jasad manusia. Begitu juga di dalam Istana, terutama di sekitar lorong menuju ke kamar Kaisar.Sementara di delam kamar Kaisar, Dean sudah tidak bernyawa. Mati di tangan anaknya sendiri, bahkan Lynea sama sekali tidak menyangka kalau putra yang amat mereka sayangi akan bertindak sejauh ini. “KENAPA?! ADA APA DENGAN MU ZIGEA?!” seruan untuk ke sekian kalinya Lynea jeritkan. Perempuan paruh baya itu sama sekali tidak berani menoleh ke arah dimana suaminya tadi duduk. Zigea masih menatap kosong ke arah jasad sang Ayah. Tangannya memang bergetar, namun itu bukan perasaan sedih melainkan amarah yang membuncah.Kejadian ini baru pertama kali terjadi. Berada di luar prediksi Zigea, banyak variabel yang berbeda dari kehidupan-kehidupan yang sudah ia lewati sebelumnya. ‘Mungkin banyaknya variabel yang terjadi karena adanya jiwa yang merasuk ke dalam tubuh Ayesha,’ batin
BAB 107 Seorang pelayan pria mengetuk pintu sebuah ruangan berpintu besar. Ketika terdengar seruan dari dalam yang mengizinkan pelayan tersebut masuk, barulah ia berani masuk ke dalam ruangan itu. Troli berisi makanan di dorong masuk, membuat lantai dan roda yang bergesakan menyebabkan bunyi decitan.Jibdrui membalikkan tubuhnya, menatap pelayan pria yang baru saja masuk. Mata abu-abu itu beralih ke sebuah gulungan kertas yang berada dekat dengan piring berisi makanan. Langkah kakinya berjalan mendekati ke arah pelayan tersebut.“Dari siapa?” tanyanya datar.Pelayan menundukkan kepalanya, “Dari Baginda Kaisar.”Kedua alis Jibdrui di tertaut, karena tidak biasanya Dean mengirimkan pesan dengan cara seperti itu. Ia perhatikan pelayan tadi, tapi tidak ada yang aneh.“Pergilah,” usirnya.Setelah pintu kembali di tutup, dan hanya tinggal dirinya sendiri di ruangan itu, Jibdrui lekas membuka gulungan sura
BAB 106. Leonita dan Larry yang berdiri di pinggir bersama beberapa dayang lainnya merasa bangga dengan pembalasan yang di lakukan oleh majikan mereka. Diam-diam dua gadis itu melakukan tos, kalau saja sedang di rumah pasti mereka sudah berjingkrak-jingkrak.Karena sudah kenyang, Ayesha dan Daisy berniat untuk pulang. Ia sama sekali tidak memperdulikan Lyssa yang tengah gondok sambil berdiri di dekatnya.“Yang Mulia Permaisuri, maafkan atas sikap tidak sopan Saya. Sudah sewajarnya Saya membela diri karena Saya punya mulut. Saya bukan berniat menghina keluarga Kaisar, karena Saya tidak pernah menghina Permaisuri maupun Baginda Kaisar apalagi Yang Mulia Putra Mahkota. Meskipun Lyssa adalah adik perempuan Anda, tapi Anda tidak bisa menjadikannya keluarga Kaisar.”Kasak-kusuk terdengar, Ayesha menghela nafas lelah. Ia menoleh ke arah Larry yang sedang memegang sebuah kotak kayu mewah berwarna biru tua.“Yang Mulia, Saya membawakan
Ayesha merentangkan kedua tangannya, saat ini Larry dan Leonita tengah membantu sang nyonya berpakaian. Gaun dengan dominan Biru dan emas, cocok dengan warna mata dan rambutnya yang pirang pucat. Rambutnya juga di tata dengan elegan namun tidak membuatnya terlihat dewasa, justru ia terlihat seperti seorang Lady.“Leonita, tolong jangan terlalu ketat saat memasang korsetnya. Aku tidak bisa bernafas, bisa-bisa tulang rusukku patah,” keluhnya dengan nafas ngos-ngosan.“Baik Nyonya,” balas gadis itu.Setelah selesai, ia duduk sebentar untuk menunggu suaminya. “Nyonya, ada Serio yang ingin bertemu dengan Anda,” ucap Atren dengan menunduk sopan. Pria berseragam khas Ksatria pribadi itu hanya berdiri di dekat pintu.“Biarkan dia masuk.”Serio masuk ke dalam ruangan Ayesha, pria berkaca mata itu menundukkan kepalanya dengan sopan, “Hari ini Anda harus hadir dalam Tea Party yang di buat oleh Permaisuri, ini untuk membung
“Cepat panggilkan dokter!” teriak Serio. Raut wajahnya sangat gelisah dan khawatir.Secepat kilat, ia berlari ke arah meja kerjanya. Ia akan mengirimkan surat kepada Derick, karena pria itu sudah mewanti-wanti Serio untuk selalu mengabari keadaan genting yang menimpa istrinya.“Cepat kirimkan surat ini ke Yang Mulia Grand Duke!” ujarnya seraya memberikan sepucuk surat kepada petugas pengantar pesan. Ia menoleh ke arah salah satu Ksatria Elang Emas, “Antarkan dia, pastikan surat itu harus sampai ke tangan Yang Mulia Grand Duke langsung. Jangan sampai kabar ini bocor di luar sana, sangat berbahaya.”“Baik!” jawab mereka dengan kompak. *** “Ini dimana?” ia melihat ke sekeliling, hanya ada ruangan tanpa batas. Ia juga merasa Familiar dengan situasi saat ini.[Kita bertemu kembali, Anakku.]Ayesha menatap sesosok entitas yang pernah ia temui sebelumnya. “Kenapa Anda menemui saya? Ap
Pagi harinya, Ayesha menatap Leonita dan Larry yang berdiri di hadapannya. Kedua dayangnya itu menundukkan kepala, wajah mereka sudah seperti kepiting rebus.Apalagi wajah Ayesha, ia sangat malu saat ini. Ketika ia bangun, Derick masih terlelap di sisinya. Bahkan sampai sekarang, pria itu masih tidur, mereka bekerja terlalu keras tadi malam. Seluruh tubuh Ayesha sudah seperti tokek, banyak bintik-bintik merah di sekujur tubuh.“Nyonya, air mandi Anda sudah di siapkan,” setelah lama terdiam, akhirnya kata itu yang pertama kali keluar dari mulut Larry.“S-saya juga sudah menyiapkan wewangian yang Anda sukai, Nyonya,” tak mau kalah, Leonita juga berujar meskipun dengan suara gugup.“Kalian pergilah. Biar aku yang memandikan Istriku.”Dua kalimat tersebut membuat ketiga perempuan itu mengalihkan tatapan ke arah Derick yang sudah bangun dan terduduk. Seketika tiga pasang mata perempuan itu melotot kala melihat keadaa
Malam kian larut, namun mata belum juga mau terpejam meski mata sudah bergayut. Ayesha berdiri di balkon kamarnya. Mereka sudah kembali ke kastil keluarga Swiss.Mengenai orang-orang yang di tangkap oleh Ksatria Elang Emas di hutan dekat kastil Baron Serval, sehari setelah di tangkap mereka di temukan tewas. Di makan oleh binatang buas, salah satu pengawal lupa menutup pintu gubuk dadakan tersebut. Paginya mereka semua di temukan sudah tercerai berai.Ayesha langsung bergidik ngeri, ketika membayangkan potongan tubuh yang berserak ketika ia hendak interogasi orang-orang itu. Ia julurkan tangannya, menatap ke arah telapak tangan pucatnya, sedikit bergetar di sana.“Janc*k! Ngeri banget,” gidiknya lagi.Kedua tangannya memeluk tubuhnya, udara kian dingin namun ia sama sekali belum berniat beranjak dari sana. Matanya menatap gerbang kastil di kejauhan sana. Berharap pintu itu terbuka, dan suaminya muncul.“Kangen,” bisi
Suara langkah kaki di barengin dengan suara barang di seret terdengar di sepanjang lorong tersebut. Jejak darah terlihat membasahi lantai, membentuk gurat-gurat memanjang. Mengikuti jejak barang yang tadi di seret.“Pindahkan jasad-jasad itu ke dalam peti. Kita akan membakarnya di alun-alun Ibukota. Agar ini bisa menjadi contoh untuk banyak orang. Gantung jasad-jasad itu nanti ke tiang eksekusi.”“Baik, Tuan Duke!” seru beberapa Ksatria yang bertugas di bagian penjara Kekaisaran.Jasad yang mereka bawa, adalah buntut-buntut dari Organisasi tersebut. Mereka sama sekali tidak bisa di harapkan, karena yang selama ini bertemu dengan mereka adalah Butler Gof dan Madame Cruish.Dua orang itu juga sudah di tangkap, bersama dengan sang penyihir hitam. Mereka di kurung di dalam penjara dengan penjagaan berlapis-lapis. Terkhusus si penyihir hitam, tubuhnya sudah nyaris hancur karena di siksa, terutama lidahnya yang di potong agar tidak bisa lagi mengucapkan mantra-mantra sihir hitamnya.Setelah