Zack mengikuti Ashley yang berlari ke arah rumah kaca, meskipun tubuhnya sangat lelah, ia tidak ingin Ashley membenci dirinya. Ia melihat bocah laki-laki itu yang sedang berjongkok di depan sebuah pohon bunga mawar yang bunganya sangat lebat. Zack ingin mengetahui apa yang ingin Ashley lakukan, jadi remaja itu bersembunyi di balik pilar besar yang berada dekat dengan posisi Ashley berjongkok.“Ibu, sekarang Ashley sendirian. Kak Ayesha sudah memiliki keluarga baru, kak Yustas sibuk dengan pekerjaannya sebagai Duke dan Ayah yang berada di medan perang yang entah akan selamat atau tidak. Ibu, kenapa dulu aku tidak mati saja bersama denganmu? Selama ini yang selalu peduli padaku hanya kak Ayesha, tapi sekarang aku tidak ingin mengganggu kebahagian kakak bersama dengan suaminya.”Zack menutup bibirnya yang sangat terkejut dengan ucapan Ashley barusan, ia tidak menyangka kalau bocah yang selama ini selalu berwajah dingin itu akan menangis dengan beg
Suasana Aula tempat di adakannya Interogasi kini terlihat sunyi saat ucapan Derick terucap. Bahkan keluarga Orien yang pernah ingin merebut kursi Grand Duke, kini mereka tidak berani mengangkat kepala saking takutnya pada Derick yang sedang menatap mereka seolah ingin mencabik-cabik itu.“Grand Duke sedang bertanya, kenapa kalian tidak menjawab?!” bentak Grayson.Seorang pria bertubuh gendut dengan takut-takut mengangkat kepalanya, “Yang Mulia, mohon maafkan atas sikap kami selama ini, tapi mohon izinkan kami tinggal di Paviliun. Putra kami sedang sakit, rumah kami di kampung sangat reot dan debu dimana-mana, putra kami butuh tempat tinggal yang layak saat ini. mohon kabulkan permintaan kami ini, Yang Mulia Grand Duke.”Pria gendut itu kembali menundukkan kepalanya, di dalam hatinya ia sedang mengutuk Derick dengan sumpah serapahnya, ‘Sialan kau Derick! Kenapa kau tidak mati saja? Gara-gara perbuatan Ayahmu, Ayahku jadi terasingkan dan kami
Utrish adalah putra tunggal keluarga Orien, Utrish der Orien. Nyonya Orien mengalami pendarahan hebat sesaat setelah melahirkan Orien, nyaris merenggut nyawanya. Namun karena hal itu, menyebabkan dirinya cacat dan tidak bisa memiliki anak lagi.Untuk itulah mereka sampai mengadopsi bayi perempuan yatim piatu dari pantu asuhan, semata-mata untuk melancarkan rencana mereka. Ketika anak itu dewasa nanti, mereka berniat menikahkan putri angkat mereka dengan Derick yang kala itu masih berusia lima tahun.Kericuhan di aula interogasi saat ini, di dominasi oleh pertengkaran kepala keluarga Orien dan putri angkatnya, Sarah.“TAPI AYAH DAN IBU MENGADOPSIKU DENGAN TUJUAN INGIN MENIKAHKAN AKU DENGAN YANG MULIA GRAND DUKE SAAT INI KAN?! LALU KENAPA SEKARANG DIA MALAH MENIKAH DENGAN PEREMPUAN BERAMBUT PIRANG ITU?!” makinya seraya menunjuk Ayesha dengan wajah yang memerah.“kau... KAU GILA SARAH! DIA ITU NYONYA GRAND DUCHESS! JANGAN BERSIKA
Aku menghampiri Ayesha yang sedang bersenandung kecil, terlihat seperti gadis yang baru beranjak dewasa karena tubuhnya yang kecil, pasti jika masuk ke dalam pelukanku, dia akan langsung menghilang tertelan tubuhku.Ehem, kenapa aku berpikir yang tidak-tidak, aku jadi merasa bersalah padanya.“Istriku, apa yang sedang kamu lakukan? Kenapa hanya bersenandung? Kamu tidak ingin bernyanyi?” tanyaku.Ayesha segera berdiri dengan terburu-buru, ia terlihat salah tingkah, “Tidak, aku hanya teringat dengan sebuah lagu yang sangat aku sukai.”Lagu yang di sukai Ayesha? “Musisi darimana yang kau sukai itu lagunya? Apakah aku mengenalnya?” tanyaku karena penasaran.Namun dia malah menggelengkan kepalanya, “Kau tidak mungkin mengenalnya.”Kenapa dia bisa begitu yakin kalau aku tidak mengenalnya? Hampir semua musisi di Kekaisaran ini aku mengenalnya, bahkan mereka yang sedang naik daun selalu di undang di setiap pesta
Derick dan Ayesha kembali membahas permasalahan mengenai kotak peninggalan dari Grand Duchess terdahulu. Mereka kembali mendalami beberapa berkas yang sekiranya masih belum tuntas atau belum selesai di selidiki.“Mengenai Count Rester, apakah ada rumor yang beredar tentangnya?” tanya Ayesha yang ingin memastikan sesuatu.Derick mengangkat kepalanya, menatap bingung ke arah Istrinya, “Hm? Tidak ada rumor mengenai Count Rester, tapi beberapa waktu yang lalu, aku mendapat Informasi yang sedikit janggal dari kakak Ipar.”“Informasi apa yang di sampaikan oleh kakakku?” tanya Ayesha.“Kak Yustas dan Jenderal Besar Jade menemukan seorang remaja laki-laki berusia lima belas tahun di hutan perbatasan Utara, katanya anak itu akan di adopsi oleh Count Rester, tapi anak itu justru kabur ke Utara.”‘Jangan-jangan anak itu adalah...’“Ciri-ciri anak itu bagaimana?” tanya Ayesha lagi.Derick mengusap dagunya, “Bermata merah d
Kaisar yang sedang berada dalam suasana hati yang buruk itu lantas melotot ke arah ajudannya, “Tentu saja kita harus membuat pesta perayaan dan penyambutan mereka di alun-alun Ibukota! Jangan sampai mereka mendapat celah kalau aku ikut terlibat dalam peperangan kali ini. Lalu, bagaimana bisa Zigea yang katanya sedang sakit itu bisa berada di medan perang?! Lalu siapa yang saat ini berada di Istana Putra Mahkota?!” murkanya, ia bahkan hendak melemparkan teko yang masih berisi teh panas itu.“Baginda, tolong tenang, jangan lempar itu, nanti Anda bisa terluka,” cegahnya dan berusaha merebut teko itu dari tangan Dean, dan syukurlah ia berhasil merebutnya.‘Huuu, teko ini sangat mahal. Mungkin jika rakyat tahu, mereka akan mengutuk Kaisar, karena Teko ini sama anggarannya seperti biaya setahun rakyat biasa makan untuk satu keluarga,’ batinnya sambil menghela nafas pelan.“Ruben, jawab pertanyaanku tadi!”“Baik Baginda, sejak awal Y
‘Lagi’, katanya? Apa maksudnya? Apakah Putra Mahkota sedang menyampaikan pesan tersirat? Dia juga berkata kalau dia tidak rela karena Derick menikah lebih dahulu, kalau aku tidak salah ingat, setelah perang Putra Mahkota akan bertunangan dengan Tokoh Utama Perempuan, bukankah seharusnya saat ini momen dimana Tokoh Utama Perempuannya muncul? “Kenapa, apa kamu sedang memikirkan sesuatu?” tanya Deric yang baru saja menutup surat itu.Aku menggelengkan kepalaku, aku tidak ingin Derick mengetahui apa yang sedang aku pikirkan.“Tidak ada, aku sedang tidak memikirkan apapun. Bagaimana? Apa kita berangkat ke Duchy Clark sekarang?” tanyaku yang berusaha mengalihkan atensinya.Derick menganggukkan kepalanya, masih sambil menggenggam tanganku, dia berkata, “Kita berangkat sekarang saja, agar nanti malam kita bisa segera mempersiapkan penyambutan untuk Ayah dan Putra Mahkota yang akan kembali besok.”Aku dan Derick memutuskan un
Mereka semua yang ada di dalam ruangan itu terdiam menanti jawaban dari Zack. Sedangkan remaja itu tampak terlihat kebingungan, ia menatap para orang dewasa itu secara bergantian.“Apa maksudnya?”Derick yang kali ini bersuara, “Istriku bertanya, kau bisa sampai ke hutan perbatasan Duchy Clark lewat jalan mana?”Barulah saat itu Zack mulai sedikit mengerti, remaja itu membenarkan posisi duduknya jadi semakin tegap.“Saya kurang tahu dengan jelasnya kenapa saat itu saya bisa sampai di Utara, karena saya pada saat itu hanya fokus berlari. Namun saya sangat ingat pada saat itu, saya masuk ke sebuah gua di tengah hutan Ibukota, cukup jauh saya berjalan, dan di dalam gua keadaannya cukup luas. Namun sekitar di pertengahan, keadaan Gua menjadi menurun dan tanah menjadi becek, saya tidak tahu kenapa seperti itu,” ujarnya.Ayesha dan Derick saling beradu pandang, sedangkan Yustas yang tidak mengerti hanya diam saja mencoba me
Sudah beberapa minggu berlalu, malam berdarah sudah berlalu. Namun beritanya masih hangat hingga saat ini. Terutama dengan kabar terbaru yang membuat para Rakyat dan Bangsawan bertanya-tanya perihal keputusan yang di ambil oleh Kaisar baru mereka.[Aku akan menunjuk Pewaris dari Grand Duke dan Grand Duchess Swiss sebagai ahli warisku. Aku harap, setelah membaca ini kalian berhenti mengirimkan surat lamaran ke Istana.]Selama masa kepemimpinan Zigea sebagai Kaisar beberapa minggu ini, masih belum terlihat adanya kemajuan. Karena sistem pemerintahan akan benar-benar di ubah sesuai dengan apa yang Zigea inginkan selama ini. Yang menjadi perdebatan adalah sistem kasta yang di hapus mulai dari Marquess ke bawah. Hanya menyisahkan dari gelar bangsawan Duke sampai ke Kaisar. Para Rakyat mendukung adanya perubahan tersebut, berbeda dengan para Bangsawan yang tidak terima. Hak mereka sebagai pemimpin wilayah bisa terancam jika mereka memiliki drajat yang sama dengan para rakyat yang mereka an
BAB 108.Semakin larut malam, seruan dari peperangan semakin mencekam. Di halaman Istana sudah banyak bergelimpangan jasad-jasad manusia. Begitu juga di dalam Istana, terutama di sekitar lorong menuju ke kamar Kaisar.Sementara di delam kamar Kaisar, Dean sudah tidak bernyawa. Mati di tangan anaknya sendiri, bahkan Lynea sama sekali tidak menyangka kalau putra yang amat mereka sayangi akan bertindak sejauh ini. “KENAPA?! ADA APA DENGAN MU ZIGEA?!” seruan untuk ke sekian kalinya Lynea jeritkan. Perempuan paruh baya itu sama sekali tidak berani menoleh ke arah dimana suaminya tadi duduk. Zigea masih menatap kosong ke arah jasad sang Ayah. Tangannya memang bergetar, namun itu bukan perasaan sedih melainkan amarah yang membuncah.Kejadian ini baru pertama kali terjadi. Berada di luar prediksi Zigea, banyak variabel yang berbeda dari kehidupan-kehidupan yang sudah ia lewati sebelumnya. ‘Mungkin banyaknya variabel yang terjadi karena adanya jiwa yang merasuk ke dalam tubuh Ayesha,’ batin
BAB 107 Seorang pelayan pria mengetuk pintu sebuah ruangan berpintu besar. Ketika terdengar seruan dari dalam yang mengizinkan pelayan tersebut masuk, barulah ia berani masuk ke dalam ruangan itu. Troli berisi makanan di dorong masuk, membuat lantai dan roda yang bergesakan menyebabkan bunyi decitan.Jibdrui membalikkan tubuhnya, menatap pelayan pria yang baru saja masuk. Mata abu-abu itu beralih ke sebuah gulungan kertas yang berada dekat dengan piring berisi makanan. Langkah kakinya berjalan mendekati ke arah pelayan tersebut.“Dari siapa?” tanyanya datar.Pelayan menundukkan kepalanya, “Dari Baginda Kaisar.”Kedua alis Jibdrui di tertaut, karena tidak biasanya Dean mengirimkan pesan dengan cara seperti itu. Ia perhatikan pelayan tadi, tapi tidak ada yang aneh.“Pergilah,” usirnya.Setelah pintu kembali di tutup, dan hanya tinggal dirinya sendiri di ruangan itu, Jibdrui lekas membuka gulungan sura
BAB 106. Leonita dan Larry yang berdiri di pinggir bersama beberapa dayang lainnya merasa bangga dengan pembalasan yang di lakukan oleh majikan mereka. Diam-diam dua gadis itu melakukan tos, kalau saja sedang di rumah pasti mereka sudah berjingkrak-jingkrak.Karena sudah kenyang, Ayesha dan Daisy berniat untuk pulang. Ia sama sekali tidak memperdulikan Lyssa yang tengah gondok sambil berdiri di dekatnya.“Yang Mulia Permaisuri, maafkan atas sikap tidak sopan Saya. Sudah sewajarnya Saya membela diri karena Saya punya mulut. Saya bukan berniat menghina keluarga Kaisar, karena Saya tidak pernah menghina Permaisuri maupun Baginda Kaisar apalagi Yang Mulia Putra Mahkota. Meskipun Lyssa adalah adik perempuan Anda, tapi Anda tidak bisa menjadikannya keluarga Kaisar.”Kasak-kusuk terdengar, Ayesha menghela nafas lelah. Ia menoleh ke arah Larry yang sedang memegang sebuah kotak kayu mewah berwarna biru tua.“Yang Mulia, Saya membawakan
Ayesha merentangkan kedua tangannya, saat ini Larry dan Leonita tengah membantu sang nyonya berpakaian. Gaun dengan dominan Biru dan emas, cocok dengan warna mata dan rambutnya yang pirang pucat. Rambutnya juga di tata dengan elegan namun tidak membuatnya terlihat dewasa, justru ia terlihat seperti seorang Lady.“Leonita, tolong jangan terlalu ketat saat memasang korsetnya. Aku tidak bisa bernafas, bisa-bisa tulang rusukku patah,” keluhnya dengan nafas ngos-ngosan.“Baik Nyonya,” balas gadis itu.Setelah selesai, ia duduk sebentar untuk menunggu suaminya. “Nyonya, ada Serio yang ingin bertemu dengan Anda,” ucap Atren dengan menunduk sopan. Pria berseragam khas Ksatria pribadi itu hanya berdiri di dekat pintu.“Biarkan dia masuk.”Serio masuk ke dalam ruangan Ayesha, pria berkaca mata itu menundukkan kepalanya dengan sopan, “Hari ini Anda harus hadir dalam Tea Party yang di buat oleh Permaisuri, ini untuk membung
“Cepat panggilkan dokter!” teriak Serio. Raut wajahnya sangat gelisah dan khawatir.Secepat kilat, ia berlari ke arah meja kerjanya. Ia akan mengirimkan surat kepada Derick, karena pria itu sudah mewanti-wanti Serio untuk selalu mengabari keadaan genting yang menimpa istrinya.“Cepat kirimkan surat ini ke Yang Mulia Grand Duke!” ujarnya seraya memberikan sepucuk surat kepada petugas pengantar pesan. Ia menoleh ke arah salah satu Ksatria Elang Emas, “Antarkan dia, pastikan surat itu harus sampai ke tangan Yang Mulia Grand Duke langsung. Jangan sampai kabar ini bocor di luar sana, sangat berbahaya.”“Baik!” jawab mereka dengan kompak. *** “Ini dimana?” ia melihat ke sekeliling, hanya ada ruangan tanpa batas. Ia juga merasa Familiar dengan situasi saat ini.[Kita bertemu kembali, Anakku.]Ayesha menatap sesosok entitas yang pernah ia temui sebelumnya. “Kenapa Anda menemui saya? Ap
Pagi harinya, Ayesha menatap Leonita dan Larry yang berdiri di hadapannya. Kedua dayangnya itu menundukkan kepala, wajah mereka sudah seperti kepiting rebus.Apalagi wajah Ayesha, ia sangat malu saat ini. Ketika ia bangun, Derick masih terlelap di sisinya. Bahkan sampai sekarang, pria itu masih tidur, mereka bekerja terlalu keras tadi malam. Seluruh tubuh Ayesha sudah seperti tokek, banyak bintik-bintik merah di sekujur tubuh.“Nyonya, air mandi Anda sudah di siapkan,” setelah lama terdiam, akhirnya kata itu yang pertama kali keluar dari mulut Larry.“S-saya juga sudah menyiapkan wewangian yang Anda sukai, Nyonya,” tak mau kalah, Leonita juga berujar meskipun dengan suara gugup.“Kalian pergilah. Biar aku yang memandikan Istriku.”Dua kalimat tersebut membuat ketiga perempuan itu mengalihkan tatapan ke arah Derick yang sudah bangun dan terduduk. Seketika tiga pasang mata perempuan itu melotot kala melihat keadaa
Malam kian larut, namun mata belum juga mau terpejam meski mata sudah bergayut. Ayesha berdiri di balkon kamarnya. Mereka sudah kembali ke kastil keluarga Swiss.Mengenai orang-orang yang di tangkap oleh Ksatria Elang Emas di hutan dekat kastil Baron Serval, sehari setelah di tangkap mereka di temukan tewas. Di makan oleh binatang buas, salah satu pengawal lupa menutup pintu gubuk dadakan tersebut. Paginya mereka semua di temukan sudah tercerai berai.Ayesha langsung bergidik ngeri, ketika membayangkan potongan tubuh yang berserak ketika ia hendak interogasi orang-orang itu. Ia julurkan tangannya, menatap ke arah telapak tangan pucatnya, sedikit bergetar di sana.“Janc*k! Ngeri banget,” gidiknya lagi.Kedua tangannya memeluk tubuhnya, udara kian dingin namun ia sama sekali belum berniat beranjak dari sana. Matanya menatap gerbang kastil di kejauhan sana. Berharap pintu itu terbuka, dan suaminya muncul.“Kangen,” bisi
Suara langkah kaki di barengin dengan suara barang di seret terdengar di sepanjang lorong tersebut. Jejak darah terlihat membasahi lantai, membentuk gurat-gurat memanjang. Mengikuti jejak barang yang tadi di seret.“Pindahkan jasad-jasad itu ke dalam peti. Kita akan membakarnya di alun-alun Ibukota. Agar ini bisa menjadi contoh untuk banyak orang. Gantung jasad-jasad itu nanti ke tiang eksekusi.”“Baik, Tuan Duke!” seru beberapa Ksatria yang bertugas di bagian penjara Kekaisaran.Jasad yang mereka bawa, adalah buntut-buntut dari Organisasi tersebut. Mereka sama sekali tidak bisa di harapkan, karena yang selama ini bertemu dengan mereka adalah Butler Gof dan Madame Cruish.Dua orang itu juga sudah di tangkap, bersama dengan sang penyihir hitam. Mereka di kurung di dalam penjara dengan penjagaan berlapis-lapis. Terkhusus si penyihir hitam, tubuhnya sudah nyaris hancur karena di siksa, terutama lidahnya yang di potong agar tidak bisa lagi mengucapkan mantra-mantra sihir hitamnya.Setelah