BAB 27. BERTAHAN HIDUP DI DUNIA KOMIK.
“Brengsek! Uhuk... Uhuk!” maki Cester seraya memegangi dagunya yang terasa sangat sakit.Ayesha sudah terlepas dari bekapan Cester, segera berlari masuk ke dalam kereta kuda. Ia membuka kursi dimana tadi ia duduk, ia mencari sebuah belati yang sebelum pergi sempat Derick selipkan di tangannya.Melihat Ayesha yang malah berlari ke arah kereta kuda, Cester menyeringai, “Kau mempermudah pekerjaanku, Grand Duchess.”Kereta kuda yang belum sempat di ganti posisinya, dan masih menghadap ke arah jembatan yang sudah tertutup dengan genangan air yang tingginya sampai sebetis orang dewasa. Cester mendekati salah satu kuda, dengan teganya ia menancapkan sebuah pisau ke pinggang kuda itu.“NGGIIIIIKKKK!”“Su-suara apa itu?” tanya Ayesha.Ayesha yang sedang mencari belati, di buat kaget dengan suara ringkikan kuda, dan kereta kuda yang tiba-tiba saja bergerak dengan kencang menuju keBAB 28 Derick menarik tubuh Ayesha naik ke darat dengan susah payah, karena gaun yang sedang di kenakan Ayesha, membuatnya menjadi sangat berat. Pria yang sedang sangat kalut itu langsung memberikan pertolongan pertama begitu mereka berada di darat. “Ayo sadarlah, Istriku. Kumohon,” gumamnya berkali-kali seraya memberikan CPR. Namun, karena sudah beberapa saat tidak ada perubahan, Derick akhirnya memberikan pertolongan pertama dengan opsi lainnya, yakni memberikan nafas buatan. Ia membenarkan letak posisi kepala istrinya dan menjepit hidung Ayesha, kemudian Derick menempatkan mulutnya ke mulut sang Istri. Derick meniupkan udara sebanyak dua kali, dan mengecek dada Ayesha, namun karena belum ada respon juga akhirnya Derick kembali memberikan CPR. Untungnya kali ini Ayesha memberikan respon dengan memuntahkan air dan terbatuk beberapa kali.“Uhuk.. Uhuk.. Ughh!”Ayesha memuntahkan air yang bercampur dengan kotoran, ra
BAB 29. Duke Clark dan Derick terlibat perbincangan serius selama menunggu Ayesha sadar dari pingsannya. Sementara itu jiwa Ayesha kini sedang berada di sebuah ruang hampa, ia celingak-celinguk menatap ke sekeliling, namun hanya ruangan warna putih sejauh ia menatap.“Aku dimana? Bukankah sebelumnya aku sedang tenggelam di sungai? Hal terakhir yang aku ingat adalah... Aku seperti mendengar suara Derick yang memanggil namaku. Apakah aku sudah mati? Lagi?” gumamnya pelan.[Aku memberikan kesempatan padamu untuk menempati cangkang yang kosong, namun kenapa kamu malah menyia-nyiakannya?]Ayesha melihat ke asal suara yang baru saja seperti berbicara padanya. Begitu ia membalikkan tubuhnya, di atas sana ia melihat sosok Entitas yang mengenakan jubah putih bersinar. “Anda siapa?” tanya Ayesha.[Aku adalah Entitas yang kerap kalian sebut sebagai Dewi Fortuna, aku adalah Dewi keberuntungan dan nasib. Anakku, katakan padaku ken
BAB 30 Pertanyaan yang sangat tepat sasaran itu membuat Ayesha seolah mati kutu, respon Ayesha yang seperti itu membuat Derick langsung terdiam bahkan sampai melepaskan jemari Ayesha yang sedari tadi ia mainkan.“Istriku, apakah kamu ingin bercerai denganku? Tapi mengapa? Apakah aku melakukan suatu kesalahan? Kalau iya, mohon maafkan aku,” tiba-tiba saja Derick menjatuhkan tubuhnya ke lantai kereta kuda dan berlutut di depan kaki Ayesha.“De-derick? Apa yang sedang Anda lakukan?” paniknya karena begitu Derick mengangkat wajahnya, air mata sudah menggenangi pelupuk mata, siap jatuh jika mata zambrud itu berkedip.“Katakan, apa aku melakukan kesalahan? Tidak mungkin kamu mengajukan pertanyaan berbahaya seperti itu tanpa sebab, iyakan?”‘Ya iya sih, tapi kenapa responnya seperti ini sih?’Ayesha menarik lengan bagian atas Derick, “Ayo pindah ke kursi dahulu, jangan seperti ini. Jika ada yang melihat, bisa ada rumor buruk
Barak Ksatria, tenda Putra Mahkota Zigea Roxycin Pytolarin. Pria berambut silver itu tampak fokus memperhatikan denah wilayah Utara yang berbatasan langsung dengan Kekaisaran Dombraun. Saat sedang fokus seperti itu, ia menegakkan tubuhnya secara tiba-tiba dan menatap pintu masuk tenda.“Yang Mulia Putra Mahkota, ini saya Jacob dari Ksatria Elang Emas, bolehkah saya masuk? Ada hal penting yang harus saya sampaikan,” seru seorang pria dari luar tenda.“Masuklah,” balas Zig dari dalam.Begitu pintu tenda di buka dari luar, terlihatlah pria bertubuh tinggi dengan kulit Tan berjalan dengan langkah tergesa-gesa sambil membawa sebuah kertas. “Yang Mulia Putra Mahkota, kita mendapat laporan dari ksatria yang berjaga di puncak bukit, kalau pasukan Dombraun sudah terlihat dan sepertinya jumlah mereka dua kali lipat dari jumlah pasukan kita sekrang,” ucapnya seraya menyerahkan selembar kertas yang tadi dibawanya.
“HA?!”“Ada apa Istriku? Bukankah kita memang belum melakukan malam pertama?” tanya Derick dengan wajah bingungnya.‘Iya emang belum, tapi kenapa harus di bahas sih?!’ jeritnya dalam hati.Ayesha menggelengkan kepalanya, “Maafkan aku, Derick. Aku hanya terkejut saja, apakah kita memang harus melakukan ‘itu’? Tapi... Aku belum siap,” cicitnya di akhir kalimat.Derick tersenyum kecil, ia mengusap rambut pirang pucat Ayesha dengan anggukan kepala ia menjawab, “Baiklah, aku akan menunggu. Tapi, jangan terlalu lama ya?” bisiknya.Wajah keduanya tampak memerah, untung saja ada beberapa pelayan yang datang untuk membantu Ayesha mandi. Meskipun keadaan sudah tengah malam, Ayesha merasa tubuhnya sangat lengket sebab beberapa hari tidak mandi dengan benar. Saat berada di dalam kamar mandi, Ayesha hanya diam saja, itu karena di dalam kepalanya sedang memikirkan sebuah rencana jangka panjang.‘Sepertinya, aku harus merub
BAB 33 “Lalu, selanjutnya apa lagi, Istriku?” tanya Derick padaku.Aku memegang tangannya yang sedari tadi memainkan jemari-jemariku, aku mendekatkan bibirku ke telinganya dan berbisik “Kita harus membantu Putra Mahkota merebut Singgasana dan menyingkirkan Faksi Kaisar saat ini yang sudah jelas sangat meresahkan. Kita juga harus membuat Zigea dan Zack menjadi sekutu,” setelahnya aku menjauhkan kepalaku dari telinganya.Namun, aku malah melihat wajah Derick yang sudah memerah. Dia kenapa?"Istriku, apakah kamu sedang menguji diriku?"Menguji apa maksudnya sih? Aku kan hanya memberitahukan rencana kami selanjutnya.Tiba-tiba saja tangan Derick terulur ke balik tengkukku, lagi dan lagi aku tidak sempat menghindar saat pria ini mengecupi bibirku. *** Keadaan di medan perang saat ini terlihat begitu kacau, terutama pasukan Dombraun yang sama sekali tidak akan menyangka kalau mereka akan m
Aku mendatangi ruang kerja Grand Duke, pasti di jam segini, pria itu masih di ruang kerjanya. Namun saat sedang dalam perjalanan ke sana, aku justru melihat seorang wanita muda yang sedang berkeliaran di dalam gedung utama. Kalau melihat dari cara berpakaiannya sudah jelas kalau dia bukanlah pelayan apalagi pekerja di kediaman ini. Sebenarnya siapa dia?Saat perempuan itu membalikkan tubuhnya, barulah saat itu terlihat wajahnya yang masih sangat muda dan cantik. Ah, aku ingat, dia pasti kerabat Derick dari keluarga cabang.“Apa yang sedang Kamu lakukan di sini?” tanyaku dengan dingin.Tampaknya dia terkejut saat mendengar suaraku yang tiba-tiba, “Sa-saya sedang mencari ruang kerja Tuan Muda Derick.”Apa katanya tadi? Tuan Muda Derick? Kocak sekali ya.“Kau siapa?” tanyaku lagi, kali ini dengan tata bahasa yang sedikit kasar.“Aku Sarah, apakah Anda pekerja di sini? Apa Grand Duchess yang katanya sangat cantik itu
“Lalu, darimana kau mengetahui kalau keluarga Orien akan menjualmu ke Benua sebelah sebagai budak? Apa alasan mereka melakukan itu?” tanyaku.“I-itu... Anu... Pasti... karena saya ha-hanya anak angkat mereka saja. Itu sebabnya mereka ingin membuang saya.”Jawabannya terdapat jeda dan gugup, jelas dia berbohong. “Kalau mereka sangat ingin membuangmu, kenapa harus melakukan hal merepotkan seperti itu? Perdagangan budak di kekaisaran ini sangat di tentang, jika ketahuan maka keluarga Orien akan mendapat hukuman, sangat beresiko untuk reputasi yang sangat kalian junjung dengan tinggi itu. Kalau begitu ada satu cara paling mudah, Mereka cukup melenyapkan nyawamu diam-diam, dan jika ada yang bertanya, mereka tinggal menjawab kalau kau sedang pergi ke suatu tempat, aman kan?”Oh My God! Derick, ucapanmu sangat mewakili yang ingin aku katakan. Aku melihat ekspresi wajah Sarah yang sampai terbengong karena saking tidak percayanya ucapan it
Sudah beberapa minggu berlalu, malam berdarah sudah berlalu. Namun beritanya masih hangat hingga saat ini. Terutama dengan kabar terbaru yang membuat para Rakyat dan Bangsawan bertanya-tanya perihal keputusan yang di ambil oleh Kaisar baru mereka.[Aku akan menunjuk Pewaris dari Grand Duke dan Grand Duchess Swiss sebagai ahli warisku. Aku harap, setelah membaca ini kalian berhenti mengirimkan surat lamaran ke Istana.]Selama masa kepemimpinan Zigea sebagai Kaisar beberapa minggu ini, masih belum terlihat adanya kemajuan. Karena sistem pemerintahan akan benar-benar di ubah sesuai dengan apa yang Zigea inginkan selama ini. Yang menjadi perdebatan adalah sistem kasta yang di hapus mulai dari Marquess ke bawah. Hanya menyisahkan dari gelar bangsawan Duke sampai ke Kaisar. Para Rakyat mendukung adanya perubahan tersebut, berbeda dengan para Bangsawan yang tidak terima. Hak mereka sebagai pemimpin wilayah bisa terancam jika mereka memiliki drajat yang sama dengan para rakyat yang mereka an
BAB 108.Semakin larut malam, seruan dari peperangan semakin mencekam. Di halaman Istana sudah banyak bergelimpangan jasad-jasad manusia. Begitu juga di dalam Istana, terutama di sekitar lorong menuju ke kamar Kaisar.Sementara di delam kamar Kaisar, Dean sudah tidak bernyawa. Mati di tangan anaknya sendiri, bahkan Lynea sama sekali tidak menyangka kalau putra yang amat mereka sayangi akan bertindak sejauh ini. “KENAPA?! ADA APA DENGAN MU ZIGEA?!” seruan untuk ke sekian kalinya Lynea jeritkan. Perempuan paruh baya itu sama sekali tidak berani menoleh ke arah dimana suaminya tadi duduk. Zigea masih menatap kosong ke arah jasad sang Ayah. Tangannya memang bergetar, namun itu bukan perasaan sedih melainkan amarah yang membuncah.Kejadian ini baru pertama kali terjadi. Berada di luar prediksi Zigea, banyak variabel yang berbeda dari kehidupan-kehidupan yang sudah ia lewati sebelumnya. ‘Mungkin banyaknya variabel yang terjadi karena adanya jiwa yang merasuk ke dalam tubuh Ayesha,’ batin
BAB 107 Seorang pelayan pria mengetuk pintu sebuah ruangan berpintu besar. Ketika terdengar seruan dari dalam yang mengizinkan pelayan tersebut masuk, barulah ia berani masuk ke dalam ruangan itu. Troli berisi makanan di dorong masuk, membuat lantai dan roda yang bergesakan menyebabkan bunyi decitan.Jibdrui membalikkan tubuhnya, menatap pelayan pria yang baru saja masuk. Mata abu-abu itu beralih ke sebuah gulungan kertas yang berada dekat dengan piring berisi makanan. Langkah kakinya berjalan mendekati ke arah pelayan tersebut.“Dari siapa?” tanyanya datar.Pelayan menundukkan kepalanya, “Dari Baginda Kaisar.”Kedua alis Jibdrui di tertaut, karena tidak biasanya Dean mengirimkan pesan dengan cara seperti itu. Ia perhatikan pelayan tadi, tapi tidak ada yang aneh.“Pergilah,” usirnya.Setelah pintu kembali di tutup, dan hanya tinggal dirinya sendiri di ruangan itu, Jibdrui lekas membuka gulungan sura
BAB 106. Leonita dan Larry yang berdiri di pinggir bersama beberapa dayang lainnya merasa bangga dengan pembalasan yang di lakukan oleh majikan mereka. Diam-diam dua gadis itu melakukan tos, kalau saja sedang di rumah pasti mereka sudah berjingkrak-jingkrak.Karena sudah kenyang, Ayesha dan Daisy berniat untuk pulang. Ia sama sekali tidak memperdulikan Lyssa yang tengah gondok sambil berdiri di dekatnya.“Yang Mulia Permaisuri, maafkan atas sikap tidak sopan Saya. Sudah sewajarnya Saya membela diri karena Saya punya mulut. Saya bukan berniat menghina keluarga Kaisar, karena Saya tidak pernah menghina Permaisuri maupun Baginda Kaisar apalagi Yang Mulia Putra Mahkota. Meskipun Lyssa adalah adik perempuan Anda, tapi Anda tidak bisa menjadikannya keluarga Kaisar.”Kasak-kusuk terdengar, Ayesha menghela nafas lelah. Ia menoleh ke arah Larry yang sedang memegang sebuah kotak kayu mewah berwarna biru tua.“Yang Mulia, Saya membawakan
Ayesha merentangkan kedua tangannya, saat ini Larry dan Leonita tengah membantu sang nyonya berpakaian. Gaun dengan dominan Biru dan emas, cocok dengan warna mata dan rambutnya yang pirang pucat. Rambutnya juga di tata dengan elegan namun tidak membuatnya terlihat dewasa, justru ia terlihat seperti seorang Lady.“Leonita, tolong jangan terlalu ketat saat memasang korsetnya. Aku tidak bisa bernafas, bisa-bisa tulang rusukku patah,” keluhnya dengan nafas ngos-ngosan.“Baik Nyonya,” balas gadis itu.Setelah selesai, ia duduk sebentar untuk menunggu suaminya. “Nyonya, ada Serio yang ingin bertemu dengan Anda,” ucap Atren dengan menunduk sopan. Pria berseragam khas Ksatria pribadi itu hanya berdiri di dekat pintu.“Biarkan dia masuk.”Serio masuk ke dalam ruangan Ayesha, pria berkaca mata itu menundukkan kepalanya dengan sopan, “Hari ini Anda harus hadir dalam Tea Party yang di buat oleh Permaisuri, ini untuk membung
“Cepat panggilkan dokter!” teriak Serio. Raut wajahnya sangat gelisah dan khawatir.Secepat kilat, ia berlari ke arah meja kerjanya. Ia akan mengirimkan surat kepada Derick, karena pria itu sudah mewanti-wanti Serio untuk selalu mengabari keadaan genting yang menimpa istrinya.“Cepat kirimkan surat ini ke Yang Mulia Grand Duke!” ujarnya seraya memberikan sepucuk surat kepada petugas pengantar pesan. Ia menoleh ke arah salah satu Ksatria Elang Emas, “Antarkan dia, pastikan surat itu harus sampai ke tangan Yang Mulia Grand Duke langsung. Jangan sampai kabar ini bocor di luar sana, sangat berbahaya.”“Baik!” jawab mereka dengan kompak. *** “Ini dimana?” ia melihat ke sekeliling, hanya ada ruangan tanpa batas. Ia juga merasa Familiar dengan situasi saat ini.[Kita bertemu kembali, Anakku.]Ayesha menatap sesosok entitas yang pernah ia temui sebelumnya. “Kenapa Anda menemui saya? Ap
Pagi harinya, Ayesha menatap Leonita dan Larry yang berdiri di hadapannya. Kedua dayangnya itu menundukkan kepala, wajah mereka sudah seperti kepiting rebus.Apalagi wajah Ayesha, ia sangat malu saat ini. Ketika ia bangun, Derick masih terlelap di sisinya. Bahkan sampai sekarang, pria itu masih tidur, mereka bekerja terlalu keras tadi malam. Seluruh tubuh Ayesha sudah seperti tokek, banyak bintik-bintik merah di sekujur tubuh.“Nyonya, air mandi Anda sudah di siapkan,” setelah lama terdiam, akhirnya kata itu yang pertama kali keluar dari mulut Larry.“S-saya juga sudah menyiapkan wewangian yang Anda sukai, Nyonya,” tak mau kalah, Leonita juga berujar meskipun dengan suara gugup.“Kalian pergilah. Biar aku yang memandikan Istriku.”Dua kalimat tersebut membuat ketiga perempuan itu mengalihkan tatapan ke arah Derick yang sudah bangun dan terduduk. Seketika tiga pasang mata perempuan itu melotot kala melihat keadaa
Malam kian larut, namun mata belum juga mau terpejam meski mata sudah bergayut. Ayesha berdiri di balkon kamarnya. Mereka sudah kembali ke kastil keluarga Swiss.Mengenai orang-orang yang di tangkap oleh Ksatria Elang Emas di hutan dekat kastil Baron Serval, sehari setelah di tangkap mereka di temukan tewas. Di makan oleh binatang buas, salah satu pengawal lupa menutup pintu gubuk dadakan tersebut. Paginya mereka semua di temukan sudah tercerai berai.Ayesha langsung bergidik ngeri, ketika membayangkan potongan tubuh yang berserak ketika ia hendak interogasi orang-orang itu. Ia julurkan tangannya, menatap ke arah telapak tangan pucatnya, sedikit bergetar di sana.“Janc*k! Ngeri banget,” gidiknya lagi.Kedua tangannya memeluk tubuhnya, udara kian dingin namun ia sama sekali belum berniat beranjak dari sana. Matanya menatap gerbang kastil di kejauhan sana. Berharap pintu itu terbuka, dan suaminya muncul.“Kangen,” bisi
Suara langkah kaki di barengin dengan suara barang di seret terdengar di sepanjang lorong tersebut. Jejak darah terlihat membasahi lantai, membentuk gurat-gurat memanjang. Mengikuti jejak barang yang tadi di seret.“Pindahkan jasad-jasad itu ke dalam peti. Kita akan membakarnya di alun-alun Ibukota. Agar ini bisa menjadi contoh untuk banyak orang. Gantung jasad-jasad itu nanti ke tiang eksekusi.”“Baik, Tuan Duke!” seru beberapa Ksatria yang bertugas di bagian penjara Kekaisaran.Jasad yang mereka bawa, adalah buntut-buntut dari Organisasi tersebut. Mereka sama sekali tidak bisa di harapkan, karena yang selama ini bertemu dengan mereka adalah Butler Gof dan Madame Cruish.Dua orang itu juga sudah di tangkap, bersama dengan sang penyihir hitam. Mereka di kurung di dalam penjara dengan penjagaan berlapis-lapis. Terkhusus si penyihir hitam, tubuhnya sudah nyaris hancur karena di siksa, terutama lidahnya yang di potong agar tidak bisa lagi mengucapkan mantra-mantra sihir hitamnya.Setelah