Di rumah sakit.Setelah mendapatkan penanganan medis dari perawat, Andre akhirnya siuman. Setelah semalaman tertidur sejak pingsan kemarin. Pagi ini pukul delapan. Andre membuka matanya. Sayup Andre merasakan dimana dia berada. Ia menoleh ke arah kanan dan ternyata ibu mertuanya sudah membaca Alquran. "Ibu," panggil Roni.Mina kemudian mengakhiri kegiatannya. "Kamu sudah bangun, Dre," sahutnya. "Bu, bagaimana dengan Mosa?'' tanya Andre."Masih belum sadar. Tadi Ibu sudah tanya Dokter. Kita doakan saja yang terbaik. Ibu juga bersyukur kamu sudah lebih baik," sahut Mina."Iya, Bu. Mungkin karena kejadian kemarin aku belum makan dan syok. Tapi aku sudah baikan. Aku ingin menemani Mosa," tutur Andre."Kamu istirahat saja dulu! Mosa juga belum bisa ditemui. Kamu pulihkan diri dulu saja! Oh ya, tadi ada orang kantor kamu ke sini kalau ayahmu sudah dimakamkan," sahut Mina."Syukurlah kalau begitu. Aku tidak bisa mengantarkan ayah ke Liang Lahat," Andre kembali mengeluarkan cairan bening d
Seperti yang telah dikatakan oleh Luki, jika semua urusan Andre telah diurus oleh perusahaan. Kunci rumah Andre pun bisa dibuka. Sebelumnya Andre juga melihat banyak karangan bunga yang berdiri di bagian depan rumahnya. Sedih kembali bersarang di hati Andre. Secepat itu ayahnya pergi. Bahkan tidak ada firasat apapun.Seorang tetangga melihat Andre datang ke rumah segera berlari dan menghampiri Andre."Dre, saya turut berduka cita yang sedalam-dalamnya. Saya juga tidak menyangka akan terjadi seperti ini. Kamu apa baik-baik saja?" tutur tetangga Andre."Terima kasih, Pak. Jujur saya sebenarnya juga belum percaya. Hanya saja mungkin ini sudah takdir dari Tuhan. Alhamdulillah saya sehat seperti yang Bapal lihat, mungkin hanya luka kecil saja. Tetapi sekarang istri saya yang sedang terluka parah, mohon doanya untuk keselamatan istri saya ya, Pak!" sahut Andre."Saya doakan semoga istri Pak Andre segera sembuh dan bisa kembali pulang. Saya juga hanya bisa mendoakan semoga Ayah Pak Andre bis
Rumah Roni pukul delapan pagi.Satu minggu sudah dirinya merasa ketakutan akan dijemput oleh polisi. Tetapi tidak ada juga polisi yang datang. Roni tahu kalau misalkan memang dirinya dinyatakan bersalah sebelum satu minggu tentu dirinya sudah dijemput. Tetapi apa yang dikatakan oleh Hendra sepertinya nyata, jika memang Roni bisa terbebas dari ancaman penjara.Roni mulai tenang hatinya, karena apa yang dikatakan Hendra memang benar. Sampai detik ini berita menyatakan jika kecelakaan yang dialami keluarga Andre memang murni kecelakaan dan tidak ada unsur kesengajaan. Entah apa yang Hendra miliki hingga dirinya bisa membuat semua ini menjadi mudah. Roni ingin menjenguk Mosa di rumah sakit. Ingin memastikan bagaimana perempuan yang disayanginya itu saat ini.Tepat pukul delapan pagi, Roni sudah berada di rumah sakit. Ia menuju ke resepsionis untuk bertanya pasien yang bernama Mosa. Sebelumnya Roni sudah tahu jika Mosa dirawat di rumah sakit itu, hanya saja belum tahu di ruangan mana."O
Perlahan Andre menghampiri Mosa yang masih terpasang beberapa alat bantu di tubuhnya yang lemah. Matanya sayu terlihat memandang langit-langit ruangan itu.Semakin mendekat dan suara langkah Andre terdengar oleh Mosa, dan Mosa menoleh.Pandangan sayu itu terfokus pada wajah Andre yang berhari-hari menunggu tatapan wajah itu.''Mosa," ucap Andre lirih.Mosa tersenyum tipis. Wajahnya memperlihatkan kerinduan kepada sang suami. Bagi Mosa seperti tidur yang cukup lama. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi saat ini. Yang dia inginkan adalah bertemu dengan laki-laki yang ada di hadapannya. "Alhamdulilah, kamu sudah sadar, Mosa,'' tutur Andre lalu duduk di kursi yang ada di samping Mosa yang memang diperuntukkan untuk Andre."Heem, aku kenapa?" tanya Mosa, suaranya samar di balik alat bantu pernapasan. "Kamu sadar, Mosa. Kamu jangan berpikir apa-apa dulu! Kamu butuh apa? Biar aku ambilkan?" tanya Andre.Mosa menggelengkan kepalanya. Mosa masih merasa berat untuk banyak berkata-kata. Oleh
"Aku takut, Dre," keluh Mosa."Takut apa?" tanya Andre."Takut kalau hal itu terjadi lagi, jujur ingatanku masih sangat kuat bagaimana kejadian waktu itu," jawab Mosa."Kamu yang tenang, ya! Jangan sampai kamu terbebani. Aku harap kamu fokus sama kesembuhan kamu dulu, nanti kita pulang bersama!" ajak Andre."Iya, aku mengerti," sahut Mosa.Andre terus memberikan penguatan kepada istrinya sembari memberikan jeruk yang diminta oleh Mosa. Andre lega karena saat ini Mosa sudah ada di sampingnya lagi, meskipun juga belum bisa pulang setidaknya Mosa kembali padanya. Ingatan kepada ayahnya, Andre memang cukup sedih. Hanya saja Andre saat ini fokus kepada Mosa untuk bisa segera sembuh dan tetap mendoakan kebaikan untuk ayah dan ibunya yang sudah menghadap yang kuasa.Sore harinya sesuai dengan kata dokter tetap memantau Mosa. Keadaan Mosa berangsur membaik. Meskipun Mosa masih belum bisa bangun karena luka di kepalanya masih basah. Tetapi Mosa memiliki kemajuan yang cukup signifikan, karena
Sorot tajam mata Mosa menunggu jawaban keluarganya. "Ayah sudah berpulang, Mosa," ucap Andre, ia tidak mau Mosa terlalu banyak berspekulasi karena bayangan ayah mertuanya yang terus dibicarakan oleh Mosa."APA?" teriak Mosa tidak percaya. "Sungguh. Ayah meninggal ketika kecelakaan itu dan korban yang terluka parah adalah kamu. Lalu ibu dan aku. Dalam kecelakaan itu Ayah meninggal di tempat," jelas Andre."Innalillahi wainna ilahi roojiuun. Ayah, secepat itu meninggalkan kita," sahut Mosa lirih, ujung netranya mengeluarkan cairan bening. "Kamu pasti sedih, Dre," imbuhnya. "Iya, aku memang sedih. Tapi semua ini sudah takdir. Aku juga pernah mengatakan sama kamu kematian itu pasti menghampiri kita, entah bagaimana dan dimana kita akan meninggal," sahut Andre.Mosa kemudian menengadahkan tangan. Dengan mata terpejam, memanjatkan doa untuk sang ayah mertua yang kini sudah berpulang. Mosa kemudian juga berfikir, Andre bisa semudah itu tegar dan menerima takdir."Dre, bagaimana kalau ya
Sesampainya di sebuah tempat yang cukup indah. Di sana adalah sebuah perumahan yang mewah. Andre juga bingung mengapa dia dibawa ke sana oleh Luki. Luki kemudian menghentikan kendaraannya dan meminta Andre juga untuk turun bersamanya. Luki mengajak Andre masuk ke sebuah rumah yang cukup bagus. "Mari, Pak Andre silakan masuk!" tutur Luki. Andre kemudian masuk dan duduk di sofa yang ada di ruang tamu rumah tersebut. Terlihat baru dan belum banyak perabot di rumah itu."Kita kok ke sini, Luk? Aku kira ke kantor tadi,'' tanya Andre."Iya, tunggu sebentar di sini ya, Pak," jawab Luki.Menunggu beberapa saat di sana, kemudian ada sebuah mobil yang memasuki halaman rumah. Mobil itu tidak asing. Setelah pemilik mobil itu turun dan masuk menghampiri Andre yang masih heran."Oh, Bapak," celetuk Andre."Bagaimana, Dre? Kamu sudah sehat?" balas Bos Andre."Syukurlah sudah, Pak. Sesuai janji saya jika besok saya akan mulai bekerja," sahut Andre."Tidak perlu terlalu dipaksakan. Kita duduk saja
"Jadi bagaimana, Dre? Kamu mau tidak?" tanya Bos Andre."Apa Bapak yakin dengan keputusan itu?" balas Andre."Kenapa tidak? Saya sejak awal memang sudah setuju untuk itu. Kalau kamu ragu dan tidak menerima itu saya memang merasa sedih. Tetapi saya juga tidak bisa memaksa kamu kalau kamu memang tidak berkenan untuk mengambil posisi itu," jawab Bos Andre. Andre diam sejenak, "Baik, Pak. Saya siap menerima posisi itu. Namun jika nantinya saya kesulitan, saya bisa kan meminta bantuan Bapak?" sahutnya."Syukurlah kalau kamu mau, Dre. Tentu, aku, Luki dan semua yang kamu butuhkan akan siap membantu kamu. Jadi apapun yang bisa kami bantu, akan dibantu. Kalau sudah siap, silakan kamu tanda tangani berkas itu!" tutur Bos Andre. Andre menghela nafas sejenak, lalu dengan percaya diri Andre menandatangani berkas itu. ''Sudah, Pak.""Luki, mulai sekarang Andre adalah Bos kamu, ya! Kamu harus bisa menjadi melayani segala yang dibutuhkan oleh Andre," ucap Bos Andre."Iya, Pak. Saya mengerti. Lalu