"Jadi bagaimana, Dre? Kamu mau tidak?" tanya Bos Andre."Apa Bapak yakin dengan keputusan itu?" balas Andre."Kenapa tidak? Saya sejak awal memang sudah setuju untuk itu. Kalau kamu ragu dan tidak menerima itu saya memang merasa sedih. Tetapi saya juga tidak bisa memaksa kamu kalau kamu memang tidak berkenan untuk mengambil posisi itu," jawab Bos Andre. Andre diam sejenak, "Baik, Pak. Saya siap menerima posisi itu. Namun jika nantinya saya kesulitan, saya bisa kan meminta bantuan Bapak?" sahutnya."Syukurlah kalau kamu mau, Dre. Tentu, aku, Luki dan semua yang kamu butuhkan akan siap membantu kamu. Jadi apapun yang bisa kami bantu, akan dibantu. Kalau sudah siap, silakan kamu tanda tangani berkas itu!" tutur Bos Andre. Andre menghela nafas sejenak, lalu dengan percaya diri Andre menandatangani berkas itu. ''Sudah, Pak.""Luki, mulai sekarang Andre adalah Bos kamu, ya! Kamu harus bisa menjadi melayani segala yang dibutuhkan oleh Andre," ucap Bos Andre."Iya, Pak. Saya mengerti. Lalu
Esok harinya Andre sudah bersiap untuk berangkat ke kantor. Untuk pertama kalinya Andre ke kantor mengenakan jas yang rapi. Biasanya Andre ke kantor hanya mengenakan helm berkerah saja. Apalagi jika bekerja lapangan dia akan mengenakan kaos oblong biasa.Hari ini Mosa memberikan senyum kepada Andre karena dengan bangganya, suaminya menjadi wakil pemimpin di kantornya. Meskipun belum bisa Mosa mengenakan dasi untuk Andre, tetapi Mosa membantu untuk merapikan nya."Ganteng sekali suamiku ini," puji Mosa."Kamu sangat cantik," balas Andre."Berangkat sama Luki?" tanya Mosa."Iya, kemana pun aku pergi dia akan mengantar. Bukan hanya aku, tetapi juga kamu. Nanti kalau mau kemana kamu bilang sama Luki, ya! Jangan berangkat sendiri! Aku tidak mengizinkan kamu untuk keluar sendiri," tutur Andre."Iya, mengerti bos. Aku juga belum ingin kemana-mana. Masih ingin di rumah saja," sahut Mosa."Ya sudah kalau begitu. Kamu di rumah saja, ya!" tutur Andre.Mosa mengantarkan Andre sampai ke depan pint
Menunggu Mina pulang dari belanja, Mosa kembali ke kamar. Merebahkan dirinya di atas ranjang. "Ya Tuhan. Apa yang sudah terjadi sama aku? Engkau menyelamatkan aku dan mengambil ayah mertuaku yang baik itu,'' gumam Mosa.Belum mendapatkan jawaban, Mosa mendengar ada yang mengetuk pintu. Mosa menghampiri pintu dan membukanya."Roni," ucap Mosa terkejut."Mosa, aku senang mendengar kamu sudah pulang," sahut Roni."Maaf, Ron. Aku nggak menerima tamu. Di rumah ini juga tidak ada orang, jadi sebaiknya kamu pulang saja!" usir Mosa."Iya. Setelah ini aku akan pulang. Aku hanya menyapa saja. Ngomong-ngomong Andre sudah mendapatkan posisi baru ya? Aku mau mengucapkan selamat juga, tapi kebetulan dia tidak di rumah. Ya sudah aku pamit dulu," pamit Roni.Mosa kemudian menutup pintu tanpa menanggapi ucapan Roni. Ia bingung kenapa Roni tiba-tiba muncul di hadapannya padahal selama ini bayangan Roni pun sudah hilang di benaknya.Sementara itu, Roni memang sengaja untuk bertemu dengan Mosa. Ia sudah
"Aku, aku freelance," jawab Roni terbata."Oh iya. Senang bertemu denganmu, Ron," sahut Tina.Roni baru menyadari jika seorang perempuan cantik itu yang menyapa dirinya. Bahkan dari tadi hanya fokus dengan bayangan omongan ibunya saja. "Sepertinya ini kesempatan," batinnya."Kamu sedang menunggu apa?" tanya Roni membuka obrolan.''Mau makan juga nih, laper," jawab Tina sembari menepis rambut dari telinganya. Senyumnya merekah untuk Roni.Roni seperti jatuh cinta pada pandangan pertama. Namun dirinya juga belum tahu Tina itu siapa."Kamu rumahnya dimana?" tanya Roni."Aku dekat sini saja, kalau kamu dimana?" balas Tina."Sama, aku juga nggak jauh dari sini. Ngomong-ngomong kamu mau kemana?" tanya Roni."Mau makan siang aja. Karena aku lagi kerja," jawab Tina."Oh, kerja dimana memang?""Itu, di perusahaan Meta. Jadi manajer."Roni terpana mendengar jawaban itu. "Sudah menikah?""Sudah, tapi sudah bercerai. Karena mantan suamiku dulu selingkuh. Katanya aku terlalu sibuk kerja. Padahal a
Roni masih sedikit ragu, hanya saja perempuan yang di depannya sungguh menakjubkan. Seperti kedatangan durian runtuh. Dapat cantiknya, dapat traktiran baju bagus dan juga dapat makan malam romantis.Membayangkan saja masih belum bisa diperkirakan. Mungkin ini salah satu doa ibunya yang diijabah. Mengingat ibunya Roni selalu mengatakan untuk memiliki perempuan yang bisa dimiliki hartanya.Roni hanya menikmati makan malam dengan indah. Bahkan sesaat melupakan Mosa. Baginya, Tina jauh lebih cantik daripada Mosa. Pekerjaannya juga mapan.Roni mencuri pandang Tina yang sedang makan itu. Ternyata hal itu disadari oleh Tina."Kamu kenapa, Ron?" tanya Tina."Oh, nggak apa-apa. Maaf," sahut Roni salah tingkah."Kamu bingung ya? Aku sampai mengajak kamu makan malam begini?" sanggah Tina."Ya, iya. Memang aku bingung. Tapi aku juga tidak keberatan kok,'' sahut Roni."Aku hanya ingin memiliki teman untuk diajak berbincang. Semenjak aku bercerai dengan suamiku, aku tidak lagi punya teman untuk ber
"Aku sebenarnya menyukaimu, Tina. Maukah kamu menjalin hubungan denganku? Tetapi maaf, aku memang tidak memiliki pekerjaan yang mapan seperti kamu. Aku hanya kerja kisaran saja. Aku juga tidak memaksa kamu untuk mau denganku," Roni mengutarakan perasaannya. Tina tersenyum, meraih tangan Roni yang ada di atas meja. "Ron, sejak awal aku bertemu denganmu memang aku sudah suka sama kamu. Maka dari itu aku memperlakukanmu dengan spesial. Aku tidak keberatan apapun pekerjaan mu. Yang jelas kamu bisa menerima aku yang sibuk ini," sahutnya. "Sungguh kamu mau sama aku?" tanya Roni."Seriuslah. Untuk apa berbohong," jawab Tina."Baiklah, mulai hari ini kita pacaran, ya? Aku boleh main ke rumah kamu tidak?" "Untuk apa? Di rumah itu membosankan. Aku ingin kita jalan-jalan saja di luar seperti biasanya. Bagaimana? Apa kamu keberatan?''"Oh, tentu tidak. Aku juga suka jalan-jalan sama kamu. Yah, kalau kamu tidak keberatan mungkin aku ingin mengenal keluarga kamu juga," tutur Roni."Itu gampang.
"Baiklah, nanti siang kita ke sana, ya?'' balas Andre.Akhir pekan memang hari yang bisa dinikmati bersama dengan keluarga. Kesibukan baru Andre sebagai wakil direktur tentu menguras tenaga dan juga pikiran. Sebenarnya banyak beban yang ia tanggung. Hanya saja bertemu dengan Mosa bisa langsung mencairkan suasana hatinya. Melihat Mosa sehat membuat Andre senang dan juga tenang. Apapun yang Mosa inginkan sebisa mungkin agar bisa dilaksanakan. Karena sebuah kebahagiaan baginya ketika mengetahui istrinya selamat dari insiden maut itu.Siang harinya, sesuai permintaan Mosa. Andre mengajak Mosa untuk ke rumah hadiah. Luki yang membawa mobil dengan senang hati mengantarkan majikannya. Tetapi dalam hati Mosa juga ingin bertanya kepada Luki."Maaf, Pak Luki, saya ingin bertanya," tutur Mosa di kursi belakang mobil."Baik, Bu. Silakan mau bertanya apa?" sahut Luki."Memangnya Pak Luki itu tidak memiliki prioritas keluarga? Sampai hari minggu juga harus bekerja?" tanya Mosa."Oh itu. Saya selal
Mosa dan Andre pun berkeliling ke rumah dua lantai itu. Rumah itu terlihat minimalis, tetapi desain interior nya cukup menarik. Pilihan warna peach untuk cat tembok yang dominan menambah nilai untuk rumah itu.Memasuki kamar utama terdapat sebuah ranjang cukup luas. "Dre, kamar ini besar sekali, aku nggak pernah bayangkan sebelumnya. Aku cuma pernah liat di sinetron saja. Dan beneran ini jadi kamar kita?" tanyanya. "Iya. Besar, ya? Ya ini rezeki kita, Mosa. Kita juga harus bersyukur! Kalau memang kita akan tinggal di sini nantinya kita harus mengadakan pengajian. Minimal untuk syukuran apa yang telah kita dapatkan selama ini. Bagaimana kamu setuju?" balas Andre."Iya, setuju. Cuma kita juga nggak kenal sama orang di sini. Bagaimana kalau kita mengundang anak yatim pintu saja? Ya kalau orang di sini nggak sibuk. Jadi sepertinya lebih baik kita mengundang anak yatim saja. Nanti sambil kita kenalan sama tetangga di sini," sahut Mosa."Ide bagus itu. Ya sudah kita lanjutkan untuk melihat
Sarni dengan cepat mengambil pistol tersebut dan mengarahkan tepat ke arah Mosa.Dor Dor Dor.Sarni menembakkan pistol tersebut. Polisi segera mengamankan Sarni begitu juga dengan Karno.Tembakan tadi tidak melukai Mosa sama sekali. Karena Andre berhasil menghalangi peluru tersebut mengenai istrinya.Andre kemudian terjatuh dengan darah mengalir deras dari dadanya. Sampai darah itu pun muncrat jauh ke beberapa arah. Mosa langsung histeris. Begitu juga dengan polisi yang berada di sana langsung menolong Andre yang memerintahkan untuk langsung menghubungi rumah sakit. "Andre, Andre. Kamu yang kuat, ya? Kita akan segera ke rumah sakit," ucap Mosa sembari berurai air mata.Begitu juga dengan Andre yang terus mengeluarkan cairan bening dari ujung netranya. Baginya melindungi istrinya agar tidak terluka adalah kewajibannya. Meskipun entah sampai kapan dia harus bertahan. Setidaknya sampai saat ini dirinya akan bertahan untuk bisa mengusap air mata Mosa.Tidak lama kemudian ambulan pun data
"Tapi aku merasa kesepian ketika ayah harus bekerja dan aku di rumah hanya dengan pembantu. Rasanya aku ingin meluapkan semua dengan tidak menuruti keinginan Ayah untuk kuliah di jurusan yang ayah perintahkan. Aku juga sakit hati ketika ayah justru menyebutkan nama Hendra untuk menjadi ahli waris ayah. Mungkin terkesan berlebihan. Atau ayah bilang kalau semua itu tidak benar. Boleh, tetapi aku merasa tidak ikhlas. Lebih baik aku mendekam di penjara saja daripada harus hidup dengan orang yang tidak menyayangiku," terang Hendra.Semua juga tidak menyangka. Ternyata perbuatannya selama ini yang terkesan kejam dan juga tidak memiliki hati ternyata benih dari kekurangan kasih sayang dari orang tuanya. Mosa menelan saliva. Dia juga tidak menyangka jika yang ada di depannya saat ini adalah sebuah kenyataan. Meskipun Mosa tidak memiliki sosok ayah yang ada di sampingnya, tetapi Mosa tidak merasa kekurangan kasih sayang. Karena ibunya selalu ada di sampingnya. Bahkan hingga saat ini."Saya me
"Sama. Aku juga selalu jatuh cinta sama kamu. Entah sampai kapan aku bernafas dan bahkan ketika aku sudah meninggal pun aku tetap mencintai kamu. Aku akan menunggu kamu di hari berikutnya. Kita akan sama-sama bahagia di surga. Bersama dengan kakaknya Rasya dan Risya," sahut Andre."Jangan bilang tentang kematian dong! Aku benar-benar ingin berdua sama kamu sampai hari tua nanti. Meskipun kematian itu pasti aku ingin kita meninggal berdua saja. Karena aku nggak mau sampai kesepian karena nggak ada kamu di sampingku.""Iya. Aku juga ingin menua bersama kamu. Melihat tumbuh kembang anak-anak kita. Dan kita bisa tinggal berdua melihat cucu kita nanti," sahut Andre.Mereka berdua kemudian melanjutkan makan malam dengan santai. Andre menyuapi Mosa sampai semua menu makanan yang tersedia sudah dicicipi oleh Mosa.Andre juga memilih makanan yang sehat dan bergizi untuk ibu menyusui. Karena memang Mosa juga doyan sekali makan. Jadi Andre juga memperhatikan nutrisi yang dikonsumsi oleh istriny
Mosa juga mendengar obrolan Andre dengan polisi. "Kapan mau ke kantor polisi?" tanyanya. "Masih belum dapat informasi. Yuk kita masuk dulu saja!" ajak Andre."Sudah ada teh, tadi aku buatkan untuk kamu," ucap Mosa. "Kamu nggak usah melakukan sesuatu yang sekiranya membuat tanganmu terasa sakit, Mosa! Aku bisa kok. Lagi pula kamu juga masih sakit. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa. Ngerti, kan?" Mosa mengangguk. "Iya. Aku mengerti. Tadi aku pakai tangan kiri kok. Dan nggak kerasa sakit. Aku juga nggak gendong si kembar. Semua sudah ditangani sama Ibu dan juga Bi Imah. Jadi aku lebih banyak istirahat. Bosen juga," sahut Mosa."Ya, kamu baca buku atau temani si kembar saja! Biar tangan kamu bisa segera pulih," Andre memberikan nasihat."Oh ya. Sebenarnya aku mau makan di luar. Kira-kira bisa nggak, ya? Kalau nggak bisa kita makan di rumah saja deh," tanya Mosa tidak terlalu antusias."Mau makan apa? Nanti kita akan keluar berdua," tanya Andre sembari menikmati teh buatan istrinya."Ya
Sesampainya di rumah, Mosa langsung menghampiri si kembar yang berada di kamar. "Mosa, kamu sudah pulang. Bagaimana keadaanmu?" tanya Mina saat sedang menemani cucunya di kamar."Aku baik-baik saja, Bu. Anak-anak bagaimana?" "Mereka baik-baik saja. Kamu istirahat saja dulu! Pasti tanganmu masih sakit, kan? Anak-anak biar sama Ibu dan Bi Imah. Kamu hanya perlu makan yang banyak dan tenangkan fikiranmu agar bisa memproduksi ASI yang melimpah. Mereka masih sangat membutuhkan ASI. Karena stok sudah hampir habis. Terutama Rasya yang kalau minum susu sangat kuat," terang Mina."Baik, Bu. Ngomong-ngomong sudah bisa sarapan sama apa nih aku?" tanya Mosa."Kamu ke dapur saja! Bi Imah sudah masak kok," sahut Mina.Setelah sarapan dari Bi Imah yang menyiapkan. Mosa langsung memompa ASInya. Karena untuk menyusui langsung masih cukup kesulitan untuk menggerakkan tangannya. Andre juga sudah melihat kalau di depan rumahnya juga sudah bersih dari bekas darah setelah insiden semalam. Andre kemudian
Sesampainya di rumah sakit, Mosa langsung mendapatkan penanganan dari dokter. Mosa harus mendapatkan operasi kecil untuk mengeluarkan peluru dari dalam lengan nya. Andre terpaksa harus menunggu di luar karena tidak diperkenankan masuk ke dalam ruangan operasi. Di sana juga ada beberapa polisi yang juga mendapatkan serangan penembakan oleh Hendra. Ada satu polisi yang harus meregang nyawa harus penurunan tepat mengenai jantungnya dan tidak dapat tertolong saat dibawa ke rumah sakit.Setidaknya, Andre bersyukur Mosa masih bisa diselamatkan karena tidak mengenai organ vitalnya. Meskipun luka di lengannya akan membutuhkan beberapa waktu untuk bisa sembuh total.Membutuhkan waktu sekitar satu jam, akhirnya peluru yang bersarang di lengan Mosa berhasil diambil. Dokter menghampiri Andre yang sedang menunggu Mosa di depan ruang operasi."Pak, istri Bapak sudah selesai. Mungkin nanti hanya perlu minum antibiotik agar tidak sampai terinfeksi dan bisa segera pulih. Karena luka di tangannya itu
"Pergi kamu ke kantor polisi, Hendra!" teriak Andre."Kenapa? Aku bisa saja pergi ke sana! Tapi kamu sepertinya ketakutan, ya? Tenang saja! Masa kecil kita dulu yang kita akan menjaga satu sama lain, aku tidak akan pernah lupa. Aku tidak akan menyakiti kamu sedikit pun. Aku juga tidak ingin mengotori tanganku dengan melenyapkanmu," sahut Hendra tenang."Lalu mau apa kamu sekarang?'' tanya Andre."Aku hanya ingin berkunjung menemui kamu, Dre. Aku tidak akan apa-apakan kamu.""Kamu jadi manusia kenapa tega sekali memperlakukan Roni sekejam itu? Bukankah kamu adalah orang yang murah hati. Tetapi kenapa kamu berubah begitu jauh? Aku sungguh tidak menyangka. Kamu harus mempertanggung jawabkan perbuatan kamu, Hendra!" ucap Andre."Sayangnya Roni masih hidup. Coba saja kalau dia mati kan dia tidak perlu masuk ke penjara. Memang dia sepertinya umurnya panjang. Sehingga dia sedang menderita sendiri," sahut Hendra.Andre berfikir akan mengambil ponsel nya di dalam. Saat dia akan bangkit, Hendra
"Tapi ibu mau bawa yang perempuan, Mosa. Dari dulu ibu pengen cucu perempuan. Dan saat ini sudah ada di hadapan Ibu. Ibu bawa, ya!" sahut Sarni."Ibu, bercandanya jangan keterlaluan! Kasihan mereka pasti resah. Sudah cukup! Kan kita ke sini mau menjenguk mereka," tutur Karno."Iya. Tadinya begitu. Tapi kan ibu juga mau cucu seperti mereka. Apa bisa kita dapatkan cucu dari Roni. Sedangkan di penjara juga dia punya penyakit kelamin," tanya Sarni."Sudahlah, Bu. Kalau ibu begini lebih baik kita pulang saja! Bapak malu," ajak Karno.Semuanya terdiam. Lalu pecah saat si kembar menangis. Mosa lalu membawa si kembar untuk ke kamar. Menghindari segala kemungkinan yang muncul. Bersama dengan Mina.Andre mencoba menenangkan keadaan. "Maaf, Bu. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Mungkin saat ini Roni sedang mendapatkan apa yang dituai. Tetapi saya juga berdoa agar Roni bisa mendapatkan yang terbaik.""Halah, banyak omong kamu. Kamu senang kan telah mengambil Mosa dari Roni. Padahal jelas
Malam harinya, Mosa telah berhasil menidurkan kedua bayinya dengan dibantu Mina. Mosa yang merasa lelah kemudian mengambil posisi untuk tidur di samping suaminya.Andre sudah tertidur. Karena Mosa memang meminta Andre untuk tidur kalau di malam hari membutuhkan bantuan. Ternyata gerakan Mosa membangunkan Andre. "Maaf, kamu jadi terbangun," ucap Mosa.Andre hanya tersenyum menyambut kedatangan istri di sampingnya. "Tidak masalah. Aku senang. Kamu istirahat saja dulu! Sini biar aku temani," ucapnya."Aku memang sangat mengantuk. Ini sudah jam sebelas dan aku belum tidur juga. Aku mau tidur dulu, ya!" sahut Mosa."Iya, kamu tidur saja! Nanti kalau si kembar bangun biar aku yang tangani," balas Andre."Terima kasih ya, Dre. Kamu bersedia menjadi suami yang siaga. Bahkan besok kamu juga akan kerja," ucap Mosa menatap wajah Andre."Rasya dan Risya adalah anakku juga. Sangat tidak adil kalau hanya kamu yang berjuang untuk mengasuhnya. Selagi aku masih diberikan kesempatan, maka aku akan mel