Mobil yang terlibat dalam kecelakaan adalah dua buah. Mobil pertama yaitu mobil yang membawa Andre.Setelah berhasil mengevakuasi semua korban. Semuanya dibawa ke rumah sakit. Ternyata Andre hanya luka sedikit. Sedangkan ayahnya, Ibu mertuanya dan istrinya tidak sadarkan diri dan berlumuran darah. Andre masih sadar saat dibawa ke rumah sakit.Andre hanya menangis melihat semua orang yang disayanginya sedang terluka parah. Perasaan syok dan segala ketakutan akan kehilangan orang-orang yang disayanginya sedang menghantui dirinya.Sesampainya di rumah sakit, Andre berjalan pelan mengantarkan orang-orang yang dikasihinya dimasukkan ke dalam ruang Unit Gawat Darurat. Tak ada air mata lagi gang keluar, hanya panjatan doa agar mereka semua bisa selamat.Andre langsung ditangani oleh seorang perawat yang mengetahui dirinya juga ada luka di bagian kepalanya. "Pak, saya obati dulu, ya, lukanya," izin perawat perempuan. Andre hanya mengangguk, rasanya berat untuk mengatakan sesuatu. "Sudah se
Andre baru teringat dengan ucapan dokter yang mengatakan sedang mencoba menyelamatkan seorang yang juga terluka parah. Ia kemudian menutup wajah ayahnya kembali. Lalu menoleh ke arah perawat."Sus, istri saya bagaimana?'' tanya Andre.Suster sebenarnya juga bingung siapa yang dimaksud dengan istri. Karena semua masih dalam proses penanganan. Tiba-tiba dokter meminta kepada kepala ruang operasi untuk melakukan tindakan operasi kepada seorang pasien."Sus, siapa yang akan dioperasi?'' tanya Andre kembali."Pasien yang tadi datang bersama Bapak," jawab perawat.Andre mendekati dokter tadi, ia mencoba melihat siapa yang akan dioperasi. Andre terbelalak ternyata seseorang itu adalah istrinya."Dok, istri saya mau dioperasi?" tanya Andre. "Iya. Bapak suaminya?" balas dokter. Andre mengangguk. "Baik, kami harus segera melakukan tindakan operasi. Bapak hanya perlu menandatangani surat yang akan diberikan kepada Bapak sebentar lagi. Kondisi istri Bapak sangat lemah, kami hanya berusaha untu
Andre menyusuri lorong rumah sakit menuju ke ruang operasi dengan langkah yang masih cukup sakit. Tetapi sakit di kakinya masih lebih sakit di hatinya. Hari dimana seharusnya melepas kepergian dirinya untuk menempuh pendidikan malah ia yang kehilangan ayahnya. Sesak rasanya hati Andre, lebih sesak dari kehilangan ibunya dulu. Ibu Andre dulu meninggal karena sakit. Dan akhirnya harus meninggal. Tetapi ayahnya meninggal secara tragis itu yang membuat hatinya sangat sakit.Berbicara tentang kematian, memang tidak bisa memilih kapan, dimana dan bagaimana manusia akan meninggal. Sebagai manusia hanya menjalankan apa yang seharusnya dilakukan. Hal itu juga yang pernah dibicarakan bersama Mosa.Tetapi memang berat menerima kenyataan itu. Berbicara sangatlah mudah, tetapi dalam praktiknya begitu susah.Sesampainya di depan ruang operasi, Andre melihat lampu masih menyala tanda operasi masih berlangsung. Ia kemudian duduk di kursi panjang yang ada di depannya.Berdoa agar Mosa bisa selamat d
Keesokan harinya, Roni masih berdiam di dalam rumahnya. Tidak melakukan sesuatu apapun. Sarni bahkan curiga kenapa dengan Roni sampai mengurung diri di dalam rumahnya. Sedangkan biasanya sudah berangkat ke masjid di waktu subuh. Setelah keluar dari penjara Roni menjadi pribadi yang berbeda. Yang biasanya selalu bercerita kepada Sarni saat ini Roni lebih banyak diam.Sarni kemudian menghampiri rumah Roni untuk membangunkan Roni. "Ron, Ron. Kamu lagi ngapain? Dari kemarin nggak keluar dari kamar?" teriak Sarni dari luar rumah Roni.Tak ada jawaban dari dalam. Rumah Roni masih sepi. Sarni kemudian mencoba membuka pintu belakang yang biasanya tidak dikunci. Benar, tidak dikunci. Sarni menuju ke kamar. Ia melihat Roni masih tertidur pulas.Sarni kemudian menyibakkan selimut Roni."Ron, bangun kamu! Dari kemarin tidur terus? Mau jadi apa kamu?" teriak Sarni memukul tangan Roni.Roni perlahan membuka matanya. "Ibu, ngapain di sini?" tanyanya. "Kamu itu yang kenapa? Seperti orang aneh saja
Di rumah sakit.Setelah mendapatkan penanganan medis dari perawat, Andre akhirnya siuman. Setelah semalaman tertidur sejak pingsan kemarin. Pagi ini pukul delapan. Andre membuka matanya. Sayup Andre merasakan dimana dia berada. Ia menoleh ke arah kanan dan ternyata ibu mertuanya sudah membaca Alquran. "Ibu," panggil Roni.Mina kemudian mengakhiri kegiatannya. "Kamu sudah bangun, Dre," sahutnya. "Bu, bagaimana dengan Mosa?'' tanya Andre."Masih belum sadar. Tadi Ibu sudah tanya Dokter. Kita doakan saja yang terbaik. Ibu juga bersyukur kamu sudah lebih baik," sahut Mina."Iya, Bu. Mungkin karena kejadian kemarin aku belum makan dan syok. Tapi aku sudah baikan. Aku ingin menemani Mosa," tutur Andre."Kamu istirahat saja dulu! Mosa juga belum bisa ditemui. Kamu pulihkan diri dulu saja! Oh ya, tadi ada orang kantor kamu ke sini kalau ayahmu sudah dimakamkan," sahut Mina."Syukurlah kalau begitu. Aku tidak bisa mengantarkan ayah ke Liang Lahat," Andre kembali mengeluarkan cairan bening d
Seperti yang telah dikatakan oleh Luki, jika semua urusan Andre telah diurus oleh perusahaan. Kunci rumah Andre pun bisa dibuka. Sebelumnya Andre juga melihat banyak karangan bunga yang berdiri di bagian depan rumahnya. Sedih kembali bersarang di hati Andre. Secepat itu ayahnya pergi. Bahkan tidak ada firasat apapun.Seorang tetangga melihat Andre datang ke rumah segera berlari dan menghampiri Andre."Dre, saya turut berduka cita yang sedalam-dalamnya. Saya juga tidak menyangka akan terjadi seperti ini. Kamu apa baik-baik saja?" tutur tetangga Andre."Terima kasih, Pak. Jujur saya sebenarnya juga belum percaya. Hanya saja mungkin ini sudah takdir dari Tuhan. Alhamdulillah saya sehat seperti yang Bapal lihat, mungkin hanya luka kecil saja. Tetapi sekarang istri saya yang sedang terluka parah, mohon doanya untuk keselamatan istri saya ya, Pak!" sahut Andre."Saya doakan semoga istri Pak Andre segera sembuh dan bisa kembali pulang. Saya juga hanya bisa mendoakan semoga Ayah Pak Andre bis
Rumah Roni pukul delapan pagi.Satu minggu sudah dirinya merasa ketakutan akan dijemput oleh polisi. Tetapi tidak ada juga polisi yang datang. Roni tahu kalau misalkan memang dirinya dinyatakan bersalah sebelum satu minggu tentu dirinya sudah dijemput. Tetapi apa yang dikatakan oleh Hendra sepertinya nyata, jika memang Roni bisa terbebas dari ancaman penjara.Roni mulai tenang hatinya, karena apa yang dikatakan Hendra memang benar. Sampai detik ini berita menyatakan jika kecelakaan yang dialami keluarga Andre memang murni kecelakaan dan tidak ada unsur kesengajaan. Entah apa yang Hendra miliki hingga dirinya bisa membuat semua ini menjadi mudah. Roni ingin menjenguk Mosa di rumah sakit. Ingin memastikan bagaimana perempuan yang disayanginya itu saat ini.Tepat pukul delapan pagi, Roni sudah berada di rumah sakit. Ia menuju ke resepsionis untuk bertanya pasien yang bernama Mosa. Sebelumnya Roni sudah tahu jika Mosa dirawat di rumah sakit itu, hanya saja belum tahu di ruangan mana."O
Perlahan Andre menghampiri Mosa yang masih terpasang beberapa alat bantu di tubuhnya yang lemah. Matanya sayu terlihat memandang langit-langit ruangan itu.Semakin mendekat dan suara langkah Andre terdengar oleh Mosa, dan Mosa menoleh.Pandangan sayu itu terfokus pada wajah Andre yang berhari-hari menunggu tatapan wajah itu.''Mosa," ucap Andre lirih.Mosa tersenyum tipis. Wajahnya memperlihatkan kerinduan kepada sang suami. Bagi Mosa seperti tidur yang cukup lama. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi saat ini. Yang dia inginkan adalah bertemu dengan laki-laki yang ada di hadapannya. "Alhamdulilah, kamu sudah sadar, Mosa,'' tutur Andre lalu duduk di kursi yang ada di samping Mosa yang memang diperuntukkan untuk Andre."Heem, aku kenapa?" tanya Mosa, suaranya samar di balik alat bantu pernapasan. "Kamu sadar, Mosa. Kamu jangan berpikir apa-apa dulu! Kamu butuh apa? Biar aku ambilkan?" tanya Andre.Mosa menggelengkan kepalanya. Mosa masih merasa berat untuk banyak berkata-kata. Oleh
Sarni dengan cepat mengambil pistol tersebut dan mengarahkan tepat ke arah Mosa.Dor Dor Dor.Sarni menembakkan pistol tersebut. Polisi segera mengamankan Sarni begitu juga dengan Karno.Tembakan tadi tidak melukai Mosa sama sekali. Karena Andre berhasil menghalangi peluru tersebut mengenai istrinya.Andre kemudian terjatuh dengan darah mengalir deras dari dadanya. Sampai darah itu pun muncrat jauh ke beberapa arah. Mosa langsung histeris. Begitu juga dengan polisi yang berada di sana langsung menolong Andre yang memerintahkan untuk langsung menghubungi rumah sakit. "Andre, Andre. Kamu yang kuat, ya? Kita akan segera ke rumah sakit," ucap Mosa sembari berurai air mata.Begitu juga dengan Andre yang terus mengeluarkan cairan bening dari ujung netranya. Baginya melindungi istrinya agar tidak terluka adalah kewajibannya. Meskipun entah sampai kapan dia harus bertahan. Setidaknya sampai saat ini dirinya akan bertahan untuk bisa mengusap air mata Mosa.Tidak lama kemudian ambulan pun data
"Tapi aku merasa kesepian ketika ayah harus bekerja dan aku di rumah hanya dengan pembantu. Rasanya aku ingin meluapkan semua dengan tidak menuruti keinginan Ayah untuk kuliah di jurusan yang ayah perintahkan. Aku juga sakit hati ketika ayah justru menyebutkan nama Hendra untuk menjadi ahli waris ayah. Mungkin terkesan berlebihan. Atau ayah bilang kalau semua itu tidak benar. Boleh, tetapi aku merasa tidak ikhlas. Lebih baik aku mendekam di penjara saja daripada harus hidup dengan orang yang tidak menyayangiku," terang Hendra.Semua juga tidak menyangka. Ternyata perbuatannya selama ini yang terkesan kejam dan juga tidak memiliki hati ternyata benih dari kekurangan kasih sayang dari orang tuanya. Mosa menelan saliva. Dia juga tidak menyangka jika yang ada di depannya saat ini adalah sebuah kenyataan. Meskipun Mosa tidak memiliki sosok ayah yang ada di sampingnya, tetapi Mosa tidak merasa kekurangan kasih sayang. Karena ibunya selalu ada di sampingnya. Bahkan hingga saat ini."Saya me
"Sama. Aku juga selalu jatuh cinta sama kamu. Entah sampai kapan aku bernafas dan bahkan ketika aku sudah meninggal pun aku tetap mencintai kamu. Aku akan menunggu kamu di hari berikutnya. Kita akan sama-sama bahagia di surga. Bersama dengan kakaknya Rasya dan Risya," sahut Andre."Jangan bilang tentang kematian dong! Aku benar-benar ingin berdua sama kamu sampai hari tua nanti. Meskipun kematian itu pasti aku ingin kita meninggal berdua saja. Karena aku nggak mau sampai kesepian karena nggak ada kamu di sampingku.""Iya. Aku juga ingin menua bersama kamu. Melihat tumbuh kembang anak-anak kita. Dan kita bisa tinggal berdua melihat cucu kita nanti," sahut Andre.Mereka berdua kemudian melanjutkan makan malam dengan santai. Andre menyuapi Mosa sampai semua menu makanan yang tersedia sudah dicicipi oleh Mosa.Andre juga memilih makanan yang sehat dan bergizi untuk ibu menyusui. Karena memang Mosa juga doyan sekali makan. Jadi Andre juga memperhatikan nutrisi yang dikonsumsi oleh istriny
Mosa juga mendengar obrolan Andre dengan polisi. "Kapan mau ke kantor polisi?" tanyanya. "Masih belum dapat informasi. Yuk kita masuk dulu saja!" ajak Andre."Sudah ada teh, tadi aku buatkan untuk kamu," ucap Mosa. "Kamu nggak usah melakukan sesuatu yang sekiranya membuat tanganmu terasa sakit, Mosa! Aku bisa kok. Lagi pula kamu juga masih sakit. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa. Ngerti, kan?" Mosa mengangguk. "Iya. Aku mengerti. Tadi aku pakai tangan kiri kok. Dan nggak kerasa sakit. Aku juga nggak gendong si kembar. Semua sudah ditangani sama Ibu dan juga Bi Imah. Jadi aku lebih banyak istirahat. Bosen juga," sahut Mosa."Ya, kamu baca buku atau temani si kembar saja! Biar tangan kamu bisa segera pulih," Andre memberikan nasihat."Oh ya. Sebenarnya aku mau makan di luar. Kira-kira bisa nggak, ya? Kalau nggak bisa kita makan di rumah saja deh," tanya Mosa tidak terlalu antusias."Mau makan apa? Nanti kita akan keluar berdua," tanya Andre sembari menikmati teh buatan istrinya."Ya
Sesampainya di rumah, Mosa langsung menghampiri si kembar yang berada di kamar. "Mosa, kamu sudah pulang. Bagaimana keadaanmu?" tanya Mina saat sedang menemani cucunya di kamar."Aku baik-baik saja, Bu. Anak-anak bagaimana?" "Mereka baik-baik saja. Kamu istirahat saja dulu! Pasti tanganmu masih sakit, kan? Anak-anak biar sama Ibu dan Bi Imah. Kamu hanya perlu makan yang banyak dan tenangkan fikiranmu agar bisa memproduksi ASI yang melimpah. Mereka masih sangat membutuhkan ASI. Karena stok sudah hampir habis. Terutama Rasya yang kalau minum susu sangat kuat," terang Mina."Baik, Bu. Ngomong-ngomong sudah bisa sarapan sama apa nih aku?" tanya Mosa."Kamu ke dapur saja! Bi Imah sudah masak kok," sahut Mina.Setelah sarapan dari Bi Imah yang menyiapkan. Mosa langsung memompa ASInya. Karena untuk menyusui langsung masih cukup kesulitan untuk menggerakkan tangannya. Andre juga sudah melihat kalau di depan rumahnya juga sudah bersih dari bekas darah setelah insiden semalam. Andre kemudian
Sesampainya di rumah sakit, Mosa langsung mendapatkan penanganan dari dokter. Mosa harus mendapatkan operasi kecil untuk mengeluarkan peluru dari dalam lengan nya. Andre terpaksa harus menunggu di luar karena tidak diperkenankan masuk ke dalam ruangan operasi. Di sana juga ada beberapa polisi yang juga mendapatkan serangan penembakan oleh Hendra. Ada satu polisi yang harus meregang nyawa harus penurunan tepat mengenai jantungnya dan tidak dapat tertolong saat dibawa ke rumah sakit.Setidaknya, Andre bersyukur Mosa masih bisa diselamatkan karena tidak mengenai organ vitalnya. Meskipun luka di lengannya akan membutuhkan beberapa waktu untuk bisa sembuh total.Membutuhkan waktu sekitar satu jam, akhirnya peluru yang bersarang di lengan Mosa berhasil diambil. Dokter menghampiri Andre yang sedang menunggu Mosa di depan ruang operasi."Pak, istri Bapak sudah selesai. Mungkin nanti hanya perlu minum antibiotik agar tidak sampai terinfeksi dan bisa segera pulih. Karena luka di tangannya itu
"Pergi kamu ke kantor polisi, Hendra!" teriak Andre."Kenapa? Aku bisa saja pergi ke sana! Tapi kamu sepertinya ketakutan, ya? Tenang saja! Masa kecil kita dulu yang kita akan menjaga satu sama lain, aku tidak akan pernah lupa. Aku tidak akan menyakiti kamu sedikit pun. Aku juga tidak ingin mengotori tanganku dengan melenyapkanmu," sahut Hendra tenang."Lalu mau apa kamu sekarang?'' tanya Andre."Aku hanya ingin berkunjung menemui kamu, Dre. Aku tidak akan apa-apakan kamu.""Kamu jadi manusia kenapa tega sekali memperlakukan Roni sekejam itu? Bukankah kamu adalah orang yang murah hati. Tetapi kenapa kamu berubah begitu jauh? Aku sungguh tidak menyangka. Kamu harus mempertanggung jawabkan perbuatan kamu, Hendra!" ucap Andre."Sayangnya Roni masih hidup. Coba saja kalau dia mati kan dia tidak perlu masuk ke penjara. Memang dia sepertinya umurnya panjang. Sehingga dia sedang menderita sendiri," sahut Hendra.Andre berfikir akan mengambil ponsel nya di dalam. Saat dia akan bangkit, Hendra
"Tapi ibu mau bawa yang perempuan, Mosa. Dari dulu ibu pengen cucu perempuan. Dan saat ini sudah ada di hadapan Ibu. Ibu bawa, ya!" sahut Sarni."Ibu, bercandanya jangan keterlaluan! Kasihan mereka pasti resah. Sudah cukup! Kan kita ke sini mau menjenguk mereka," tutur Karno."Iya. Tadinya begitu. Tapi kan ibu juga mau cucu seperti mereka. Apa bisa kita dapatkan cucu dari Roni. Sedangkan di penjara juga dia punya penyakit kelamin," tanya Sarni."Sudahlah, Bu. Kalau ibu begini lebih baik kita pulang saja! Bapak malu," ajak Karno.Semuanya terdiam. Lalu pecah saat si kembar menangis. Mosa lalu membawa si kembar untuk ke kamar. Menghindari segala kemungkinan yang muncul. Bersama dengan Mina.Andre mencoba menenangkan keadaan. "Maaf, Bu. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Mungkin saat ini Roni sedang mendapatkan apa yang dituai. Tetapi saya juga berdoa agar Roni bisa mendapatkan yang terbaik.""Halah, banyak omong kamu. Kamu senang kan telah mengambil Mosa dari Roni. Padahal jelas
Malam harinya, Mosa telah berhasil menidurkan kedua bayinya dengan dibantu Mina. Mosa yang merasa lelah kemudian mengambil posisi untuk tidur di samping suaminya.Andre sudah tertidur. Karena Mosa memang meminta Andre untuk tidur kalau di malam hari membutuhkan bantuan. Ternyata gerakan Mosa membangunkan Andre. "Maaf, kamu jadi terbangun," ucap Mosa.Andre hanya tersenyum menyambut kedatangan istri di sampingnya. "Tidak masalah. Aku senang. Kamu istirahat saja dulu! Sini biar aku temani," ucapnya."Aku memang sangat mengantuk. Ini sudah jam sebelas dan aku belum tidur juga. Aku mau tidur dulu, ya!" sahut Mosa."Iya, kamu tidur saja! Nanti kalau si kembar bangun biar aku yang tangani," balas Andre."Terima kasih ya, Dre. Kamu bersedia menjadi suami yang siaga. Bahkan besok kamu juga akan kerja," ucap Mosa menatap wajah Andre."Rasya dan Risya adalah anakku juga. Sangat tidak adil kalau hanya kamu yang berjuang untuk mengasuhnya. Selagi aku masih diberikan kesempatan, maka aku akan mel