Home / Pernikahan / Bersuami Anak "Mama" / Bab 4. Tidak Dianggap

Share

Bab 4. Tidak Dianggap

Author: Anika Mufidah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Mosa kemudian tertidur dengan kepala pusing. 

Esok harinya, Mosa sudah bersiap untuk sholat subuh tetapi dia malah merasa pusing kembali. 

Mosa mencoba mengatakan kepada Roni, "Mas, kepalaku pusing," ucapnya. 

"Terus? Urus dirimulah. Kamu guru masa gitu saja nggak bisa nangani. Aku sibuk, kata ibu aku juga harus tetap menjaga diri, karena ibuku selalu bisa mensupport aku," sahut Roni. 

"Aku pusing, Mas. Aku cuma mengatakan ini setidaknya kamu mengerti atau membantuku melakukan sesuatu,"

"Lakukan saja sendiri, aku mau ke rumah ibu karena ada keperluan,"

"Kamu keterlaluan, Mas. Aku tahu anak laki-laki harus selalu patuh sama ibunya… " belum selesai Mosa mengatakan sudah dipotong Roni. 

"Kamu tahu, jadi jangan halangi aku untuk berbakti kepada orangtua. Karena tanpa mereka aku bukan siapa-siapa. Lagian cuma pusing saja kamu sudah ribet, gimana kamu sakit yang lebih parah. Aku saja selalu diberi semangat ibu dan akhirnya aku bisa melalui semua. Ibu adalah orang yang terbaik untukku,"

Mendengar penjelasan Roni, hati Mosa cukup sakit. Dia selalu membela ibunya daripada istrinya. Bahkan istrinya seperti tidak dianggap siapa-siapa.

"Aku mau pulang," celetuk Mosa. 

"Oh, kamu mau pulang silakan saja! Aku tidak melarang justru bagus. Aku bisa terus fokus sama orangtuaku. Karena kehadiranmu di sini membuat aku sedikit muak," sahut Roni. 

Air mata Mosa mengalir deras, dia sudah mengira jika Roni tidak akan menghalangi niatnya untuk pulang. Tetapi alasan untuk mengizinkan Mosa pulang makin membuat nya sakit hati. 

"Baiklah, aku mau pulang. Mungkin tidak kembali. Aku merasa tidak dianggap di sini. Aku hanya ingin membuat kamu bahagia, walaupun tanpa kehadiranku yang menurut kamu, aku adalah penghalang untuk kamu dan orangtuamu."

"Ya silakan. Uang yang aku kasih ke kamu masih cukuplah untuk ongkos kamu pulang." 

Mosa tidak menjawab pertanyaan Roni. Dia menuju kamar untuk mengemas barang-barangnya. Tidak lama kemudian Mosa pun keluar kamar dan membawa tas ransel.

"Aku pamit, Assalamualaikum," ucap Mosa. 

"Walaikumsalam, kamu pamit sama orangtuaku juga!" sahut Roni. 

Mosa kemudian menuju rumah mertuanya dan berpamitan. 

"Kamu mau kemana?" tanya Sarni. 

"Saya mau pulang, Bu," jawab Mosa menunduk. 

"Kamu baru nikah udah bikin masalah saja, pantesan anakku nggak suka sama kamu. Pemikiran guru kok nggak dewasa. Harusnya kamu bersyukur bisa nikah sama anakku, karena dia sudah memiliki rumah penghasilannya pun banyak. Kamu tinggal menikmatinya saja pakai sok-sokan. Gaji kamu jadi guru mana ada apa-apannya sama gaji Roni, dia pengusaha, kalau pulang, pulang saja sana! Jangan kembali. Dasar anak nggak tahu diuntung. Anak gobl*k, kalau tahu kamu seperti ini bikin malu keluarga saja," makian Sarni kepada Mosa. 

"Maaf, saya hanya ingin berpamitan," sahut Mosa dengan masih berderai air mata. Dia tidak menyangka kalimat yang dilontarkan mertuanya, padahal selama ini meskipun dalam keluarga yang broken home dirinya tidak pernah dikatakan seperti itu. 

Hati Mosa benar-benar hancur, Roni justru melihat tanpa membela sedikit pun istrinya. Roni juga takut jika ibunya akan marah kepadanya. 

Sesaat kemudian Mosa pun telah pergi, tiggal Sarni dan juga Roni. 

"Istrimu kayak orang nggak berpendidikan saja, kamu menikah malah dibikin malu. Belum juga sepasar kamu nikah udah ditinggal pulang. Kamu jangan susul dia, lebih baik dia pergi dan kamu cari perempuan lain yang bisa mengerti kamu! Jangan seperti dia. Kalau saja Bapakmu bisa lebih memilih perempuan yang baik, pasti kejadiannya tidak akan seperti ini," tutur Sarni. 

"Iya, Bu. Aku juga menyesal telah menikah sama dia. Bapak dan Ibu udah bela-belain mau nikahin aku sama dia, eh dianya kurang ajar," sahut Roni. 

Roni tidak menyadari jika kesalahan ada pada dirinya. Padahal sebagai suami harus bisa menjaga nama baik pasangan. Apalagi Mosa sudah dijatuhkan harga dirinya di depannya dan juga ibunya. 

Roni tidak memikirkan bagaimana menjadi seorang suami. Padahal dirinya sering sholat di masjid dan mengikuti kegiatan keagamaan tetapi dia tidak paham bagaimana memperlakukan istri dengan baik. 

Roni hanya terus mendengar perkataan ibunya, entah benar entah salah yang menjadi panutan adalah ibunya kedua adalah bapaknya. 

Tentu hal ini tidak dibenarkan. Mosa seharusnya bisa nyaman dengan suami yang bisa mengayomi serta melindunginya justru mendapatkan perlakuan yang tidak baik. 

Roni kemudian bersantai di rumah Sarni dengan tidak memikirkan Mosa. Dia justru melupakan kejadian tadi.

Saat ini Mosa sudah sampai di rumahnya. Karena memang jarak rumah Mosa dan Roni tidak terlalu jauh, hanya cukup mengendarai angkot dalam waktu beberapa menit.

Mosa langsung masuk ke rumah. Di rumah keadaan cukup sepi karena hanya ada Mina. 

"Assalamualaikum," ucap Mosa memasuki rumah dengan berlinang air mata.

"Walaikumsalam," sahut Mina yang duduk di depan televisi. "Kamu kenapa pulang, nak? Menangis begini. Kamu kenapa?" tanyanya. 

"Aku pergi dari sana, di sana aku tidak dianggap. Aku hanya dimaki-maki, Mas Roni hanya mengikuti perkataan ibunya. Tidak pernah sekalipun membela aku. Walaupun aku sudah bersikap baik dan mencoba menerima mereka, tetapi mereka hanya memandang aku sebelah mata, bahkan sejak aku menginjakkan kaki di sana. Maaf, Bu, aku membuat Ibu pasti sedih. Aku kemarin sempat berbohong kalau di sana aku baik-baik saja, padahal aku di sana sangatlah tersiksa. Mas Roni sama sekali tidak menganggap aku istri, dia hanya mengajak aku berbicara ketika aku bertanya, selain itu dia tidak pernah mengajak aku berbicara," Mosa menjelaskan, dia sebenarnya masih merasa pusing tetapi karena masalah yang dia hadapi menjadikan pusingnya terabaikan dan tiba-tiba dia jatuh pingsan. 

Brug. 

"Ya Allah, Mosa. Kenapa sampai begini?" Mina kemudian mengambil minyak angin dan memberikan kepada Mosa di beberapa bagian tubuhnya. 

Beberapa saat kemudian Mosa terbangun. 

"Alhamdulilah, kamu sudah sadar," ucap Mina. 

Mosa kembali menangis, seakan dia tidak bisa melupakan kejadian yang baru saja terjadi. 

"Kamu yang sabar. Kamu sebaiknya di sini untuk menenangkan pikiranmu, Ibu kemarin merasa perasaan ibu tak enak karena memikirkan kamu makanya Ibu nelpon, tapi kamu bilang kamu baik-baik saja. Jujur Ibu tidak langsung percaya, karena perasaan Ibu tidak bisa dibohongi meskipun ada kebohongan. Mungkin kamu berusaha menutupi itu semua dari Ibu agar tidak membuat Ibu kepikiran. Tapi Ibu pernah mengandung kamu, dan merawat kamu sampai besar. Perasaan Ibu cukup peka ketika anak Ibu sedang ada masalah, meskipun Ibu juga tidak tahu masalah apa." 

"Tetapi yakinlah, Ibu akan selalu ada untuk kamu. Mungkin Ibu Mertuamu juga merasakan hal yang sama. Tetapi dari cerita didikannya yang kurang tepat. Harusnya Roni bisa diarahkan agar bisa menghargai istrinya dan memperlakukan istrinya dengan baik."

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dewi Astati
bagus sekali ceritanya...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Bersuami Anak "Mama"   Bab 5. Kecurigaan Raisa

    Bab 5. Kecurigaan Raisa"Tetapi dia malah memegang kendali Roni sampai mengatakan hal yang tidak baik kepada kamu. Ibu tidak akan membalaskan ini kepada mereka. Biarlah mereka melakukan apa yang mereka mau. Yakin saja kalau Roni memang benar jodoh kamu semoga saja dia bisa berubah. Kalau pun tidak ikhlaskan dia, kamu jangan sampai terlalu memikirkan hal ini. Bisa-bisa kamu sakit," imbuh Mina."Aku tadi memang merasa pusing, Bu. Tapi Mas Roni nggak peduli. Bahkan mengatakan hal-hal yang menyakitkan ditambah kata-kata kasar dari Ibu Mertua. Aku makin pusing. Untung saja aku masih selamat sampai di sini. Kalau nggak mungkin aku sudah pingsan di angkot," sahut Mosa."Kalau begitu sekarang kamu istirahat dulu saja, kalau masih pusing nanti periksa di Bu Nur," ucap Mina.

    Last Updated : 2024-10-29
  • Bersuami Anak "Mama"   Bab 6. Rencana Berpisah

    "Ya sudah. Nanti selepas sekolah kita cari angin sedikit. Kamu memang teman yang baik, Sa," ucap Mosa."Halah, sudah seharusnya aku membantu kamu. Kamu makanya kalau ada apa-apa langsung ngomong saja. Nggak perlu aku yang interogasi duluan," tutur Raisa.Setelah jam sekolah, Mosa dan Raisa menuju salah satu cafe yang dituju. Mereka memesan makanan dan minuman untuk menemani pergantian sore ke malam.Mosa sedikit lega karena dia bisa punya kesempatan untuk mengutarakan isi hatinya selain kepada ibunya."Sa, coba ceritakan apa yang kamu ingin lakukan sekarang!" pinta Raisa."Dari awal menikah dia sangat cuek. Dia tidak ingin makan makananku. Dia selalu menghabiskan waktunya di rumah ibunya atau di

    Last Updated : 2024-10-29
  • Bersuami Anak "Mama"   Bab 7. Gugatan

    "Halah ngapain dikasihani anak seperti itu. Lagian Bapak juga maksain, Roni juga nggak minat. Sekarang dia belum apa-apa sudah berstatus duda. Tapi Ibu yakin nanti dia pasti dapat jodohnya. Karena Mosa bukanlah jodohnya. Banyak perempuan yang antri mau jadi istri Roni jadi Bapak nggak usah khawatir lagi! Dan Ibu minta Bapak jangan lagi mengatur Roni mau menikah dengan siapa atau kejadiannya akan seperti ini lagi," ancam Sarni."Yah, waktu itu yang mengenalkan Mosa ke kita ya Roni kenapa sekarang malah Bapak yang disalahkan begini," balas Karno."Karena Bapak nggak bilang sebelumnya kalau orang tuanya berantakan. Kalau bilang dari awal pasti hal ini nggak akan terjadi, Pak,'' sahut Sarni kesal."Ya sudah kalau memang jadinya begitu. Semoga Roni dan Mosa bisa menemukan jodohnya masing-masing," ucap K

    Last Updated : 2024-10-29
  • Bersuami Anak "Mama"   Bab 8. Berdebar

    Beberapa hari kemudian Roni mendapatkan surat panggilan dari pengadilan."Akhirnya dia ke pengadilan, kan. Sudah kuduga dia bakal bakal seperti ini. Ya baguslah dia juga bukan tipe aku sama sekali," gumam Roni.Melihat Roni yanh tersenyum sendiri sembari melihat secarik kertas, Sarni mendekati Roni. "Kenapa kamu senyum-senyum sendiri?" tanyanya."Ini menantu Ibu sudah menggugat aku, besok aku diundang ke pengadilan," sahut Roni."Bagus itu. Kamu nggak usah datang. Biar cepat prosesnya. Kalau kamu datang malah disuruh mediasilah apalah," imbuh Sarni."Iya. Siapa juga yang mau datang. Aku sudah nggak mau ketemu sama dia lagi. Lagian nggak bakal ada komunikasi lagi antara aku dan Mosa. Aku sudah ber

    Last Updated : 2024-10-29
  • Bersuami Anak "Mama"   Bab 9. Bertemu Laila

    Tok tok tok.Mosa mengetuk pintu kepala sekolah."Masuk!" perintah kepala sekolah."Maaf, apa Bapak memanggil saya?" tanya Mosa."Iya. Saya memanggil Bu Mosa. Karena ada yang saya tanyakan. Saya dengar Bu Mosa kemarin meminta izin. Sebelumnya pasti Bu Mosa tahu kalau ada urusan pribadi itu dijelaskan agar pihak sekolah tidak berasumsi. Sebenarnya kenapa Bu Mosa libur dan meninggalkan anak-anak?" tanya kepala sekolah."Maaf sebelumnya, Pak. Mungkin saya tidak mengutarakan sebelumnya. Tetapi saya sebenarnya malu. Kemarin adalah panggilan perdana saya di pengadilan karena saya sudah mengajukan gugatan atas suami saya," jelas Mosa."Loh, kenapa Bu?" tanya kepal

    Last Updated : 2024-10-29
  • Bersuami Anak "Mama"   Bab 10. Pesan Raka

    Roni kemudian berpamitan karena harus melihat stok di gudang yang lain. Setidaknya ia sudah lega bisa mendapatkan nomor telepon Laila.Saat kembali ke rumah nya, Roni sudah beberapa kali menghubungi Laila. Ia tidak ingin melewatkan waktunya untuk tidak berkomunikasi dengan Laila.Roni menceritakan tentang Laila kepada ibunya. Sarni senang akhirnya Roni menemukan tambatan hati. Setidaknya Roni bisa senang karena tidak lagi terjerat dengan Mosa, meskipun sebentar lagi akan resmi bercerai dengan Mosa.Sarni sudah tidak lagi peduli dengan Mosa. Bahkan bagi Sarni, ia tidak pernah memiliki menantu Mosa. Ia mendukung Roni jika memiliki istri yang lebih cantik daripada Mosa.Sementara itu, Mosa di rumahnya sedang mengerjakan tugas. Hari ini hari lib

    Last Updated : 2024-10-29
  • Bersuami Anak "Mama"   Bab 11. Obrolan Setelah Magrib

    Esok harinya Mosa, Mina dan Raka sudah sampai di pengadilan. Mosa mengambil nomor antrian. Di sana sudah cukup banyak orang. Mosa meminta Mina dan Raka untuk mengisi lembar saksi. Sekitar 1 jam mereka menunggu, akhirnya Mosa dipersilakan untuk masuk. Beberapa saat Mosa di dalam kemudian Mina dan Raka juga diminta masuk. Mina dan Raka dimintai keterangan sebagai saksi. Beberapa pertanyaan diberikan kepada keduanya dan mereka menjawab dengan sejujurnya mereka tahu. Setelah dirasa cukup Mina dan Raka dipersilakan untuk keluar. Mosa masih di dalam untuk melanjutkan proses. Beberapa saat kemudian Mosa keluar dan memberitahukan jika Mosa dan Roni sudah ketuk palu. Mosa begitu lega mendapati diriny

    Last Updated : 2024-10-29
  • Bersuami Anak "Mama"   Bab 12. Teman SMA

    "Pasti dia senang. Apalagi perempuan yang akan dinikahinya cantik. Dia juga nggak perlu kerja, dia bisa bantu Ibu di rumah. Mungkin bisa bantu-bantu Ibu ketika Ibu butuh," ucap Sarni."Halah kalau tujuan itu, Bu. Ya jangan harap sekali. Kalau tidak sesuai harapan nanti bisa kecewa," sahut Karno."Yah terserah Bapak saja. Aku cuma menginginkan kalau memang tidak sesuai harapan ya lihat aja nanti, toh yang penting Roni bahagia sama calon istrinya itu. Ibu juga melihat Roni serius sama dia apalagi sama si Mosa itu juga sudah benar-benar resmi bercerai. Sama dia juga nggak bawa untung apa-apa. Itu karena keluarganya yang nggak karuan makanya bawa aura negatif ke keluarga kita," ucap Sarni, ia merasa kesal."Setahu Bapak, Mosa tidak pernah berbuat macam-macam, hanya saja fikiran negatif Ibu yang membuat tidak

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Bersuami Anak "Mama"   Bab 174. Cinta Sejati (TAMAT)

    Sarni dengan cepat mengambil pistol tersebut dan mengarahkan tepat ke arah Mosa.Dor Dor Dor.Sarni menembakkan pistol tersebut. Polisi segera mengamankan Sarni begitu juga dengan Karno.Tembakan tadi tidak melukai Mosa sama sekali. Karena Andre berhasil menghalangi peluru tersebut mengenai istrinya.Andre kemudian terjatuh dengan darah mengalir deras dari dadanya. Sampai darah itu pun muncrat jauh ke beberapa arah. Mosa langsung histeris. Begitu juga dengan polisi yang berada di sana langsung menolong Andre yang memerintahkan untuk langsung menghubungi rumah sakit. "Andre, Andre. Kamu yang kuat, ya? Kita akan segera ke rumah sakit," ucap Mosa sembari berurai air mata.Begitu juga dengan Andre yang terus mengeluarkan cairan bening dari ujung netranya. Baginya melindungi istrinya agar tidak terluka adalah kewajibannya. Meskipun entah sampai kapan dia harus bertahan. Setidaknya sampai saat ini dirinya akan bertahan untuk bisa mengusap air mata Mosa.Tidak lama kemudian ambulan pun data

  • Bersuami Anak "Mama"   Bab 173. Ngelantur

    "Tapi aku merasa kesepian ketika ayah harus bekerja dan aku di rumah hanya dengan pembantu. Rasanya aku ingin meluapkan semua dengan tidak menuruti keinginan Ayah untuk kuliah di jurusan yang ayah perintahkan. Aku juga sakit hati ketika ayah justru menyebutkan nama Hendra untuk menjadi ahli waris ayah. Mungkin terkesan berlebihan. Atau ayah bilang kalau semua itu tidak benar. Boleh, tetapi aku merasa tidak ikhlas. Lebih baik aku mendekam di penjara saja daripada harus hidup dengan orang yang tidak menyayangiku," terang Hendra.Semua juga tidak menyangka. Ternyata perbuatannya selama ini yang terkesan kejam dan juga tidak memiliki hati ternyata benih dari kekurangan kasih sayang dari orang tuanya. Mosa menelan saliva. Dia juga tidak menyangka jika yang ada di depannya saat ini adalah sebuah kenyataan. Meskipun Mosa tidak memiliki sosok ayah yang ada di sampingnya, tetapi Mosa tidak merasa kekurangan kasih sayang. Karena ibunya selalu ada di sampingnya. Bahkan hingga saat ini."Saya me

  • Bersuami Anak "Mama"   Bab 172. Ikut Suami

    "Sama. Aku juga selalu jatuh cinta sama kamu. Entah sampai kapan aku bernafas dan bahkan ketika aku sudah meninggal pun aku tetap mencintai kamu. Aku akan menunggu kamu di hari berikutnya. Kita akan sama-sama bahagia di surga. Bersama dengan kakaknya Rasya dan Risya," sahut Andre."Jangan bilang tentang kematian dong! Aku benar-benar ingin berdua sama kamu sampai hari tua nanti. Meskipun kematian itu pasti aku ingin kita meninggal berdua saja. Karena aku nggak mau sampai kesepian karena nggak ada kamu di sampingku.""Iya. Aku juga ingin menua bersama kamu. Melihat tumbuh kembang anak-anak kita. Dan kita bisa tinggal berdua melihat cucu kita nanti," sahut Andre.Mereka berdua kemudian melanjutkan makan malam dengan santai. Andre menyuapi Mosa sampai semua menu makanan yang tersedia sudah dicicipi oleh Mosa.Andre juga memilih makanan yang sehat dan bergizi untuk ibu menyusui. Karena memang Mosa juga doyan sekali makan. Jadi Andre juga memperhatikan nutrisi yang dikonsumsi oleh istriny

  • Bersuami Anak "Mama"   Bab 171. Makan Malam Romantis 

    Mosa juga mendengar obrolan Andre dengan polisi. "Kapan mau ke kantor polisi?" tanyanya. "Masih belum dapat informasi. Yuk kita masuk dulu saja!" ajak Andre."Sudah ada teh, tadi aku buatkan untuk kamu," ucap Mosa. "Kamu nggak usah melakukan sesuatu yang sekiranya membuat tanganmu terasa sakit, Mosa! Aku bisa kok. Lagi pula kamu juga masih sakit. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa. Ngerti, kan?" Mosa mengangguk. "Iya. Aku mengerti. Tadi aku pakai tangan kiri kok. Dan nggak kerasa sakit. Aku juga nggak gendong si kembar. Semua sudah ditangani sama Ibu dan juga Bi Imah. Jadi aku lebih banyak istirahat. Bosen juga," sahut Mosa."Ya, kamu baca buku atau temani si kembar saja! Biar tangan kamu bisa segera pulih," Andre memberikan nasihat."Oh ya. Sebenarnya aku mau makan di luar. Kira-kira bisa nggak, ya? Kalau nggak bisa kita makan di rumah saja deh," tanya Mosa tidak terlalu antusias."Mau makan apa? Nanti kita akan keluar berdua," tanya Andre sembari menikmati teh buatan istrinya."Ya

  • Bersuami Anak "Mama"   Bab 170. Saling Melindungi 

    Sesampainya di rumah, Mosa langsung menghampiri si kembar yang berada di kamar. "Mosa, kamu sudah pulang. Bagaimana keadaanmu?" tanya Mina saat sedang menemani cucunya di kamar."Aku baik-baik saja, Bu. Anak-anak bagaimana?" "Mereka baik-baik saja. Kamu istirahat saja dulu! Pasti tanganmu masih sakit, kan? Anak-anak biar sama Ibu dan Bi Imah. Kamu hanya perlu makan yang banyak dan tenangkan fikiranmu agar bisa memproduksi ASI yang melimpah. Mereka masih sangat membutuhkan ASI. Karena stok sudah hampir habis. Terutama Rasya yang kalau minum susu sangat kuat," terang Mina."Baik, Bu. Ngomong-ngomong sudah bisa sarapan sama apa nih aku?" tanya Mosa."Kamu ke dapur saja! Bi Imah sudah masak kok," sahut Mina.Setelah sarapan dari Bi Imah yang menyiapkan. Mosa langsung memompa ASInya. Karena untuk menyusui langsung masih cukup kesulitan untuk menggerakkan tangannya. Andre juga sudah melihat kalau di depan rumahnya juga sudah bersih dari bekas darah setelah insiden semalam. Andre kemudian

  • Bersuami Anak "Mama"   Bab 169. Ingin Pulang

    Sesampainya di rumah sakit, Mosa langsung mendapatkan penanganan dari dokter. Mosa harus mendapatkan operasi kecil untuk mengeluarkan peluru dari dalam lengan nya. Andre terpaksa harus menunggu di luar karena tidak diperkenankan masuk ke dalam ruangan operasi. Di sana juga ada beberapa polisi yang juga mendapatkan serangan penembakan oleh Hendra. Ada satu polisi yang harus meregang nyawa harus penurunan tepat mengenai jantungnya dan tidak dapat tertolong saat dibawa ke rumah sakit.Setidaknya, Andre bersyukur Mosa masih bisa diselamatkan karena tidak mengenai organ vitalnya. Meskipun luka di lengannya akan membutuhkan beberapa waktu untuk bisa sembuh total.Membutuhkan waktu sekitar satu jam, akhirnya peluru yang bersarang di lengan Mosa berhasil diambil. Dokter menghampiri Andre yang sedang menunggu Mosa di depan ruang operasi."Pak, istri Bapak sudah selesai. Mungkin nanti hanya perlu minum antibiotik agar tidak sampai terinfeksi dan bisa segera pulih. Karena luka di tangannya itu

  • Bersuami Anak "Mama"   Bab 168. Tamu Tak Diundang

    "Pergi kamu ke kantor polisi, Hendra!" teriak Andre."Kenapa? Aku bisa saja pergi ke sana! Tapi kamu sepertinya ketakutan, ya? Tenang saja! Masa kecil kita dulu yang kita akan menjaga satu sama lain, aku tidak akan pernah lupa. Aku tidak akan menyakiti kamu sedikit pun. Aku juga tidak ingin mengotori tanganku dengan melenyapkanmu," sahut Hendra tenang."Lalu mau apa kamu sekarang?'' tanya Andre."Aku hanya ingin berkunjung menemui kamu, Dre. Aku tidak akan apa-apakan kamu.""Kamu jadi manusia kenapa tega sekali memperlakukan Roni sekejam itu? Bukankah kamu adalah orang yang murah hati. Tetapi kenapa kamu berubah begitu jauh? Aku sungguh tidak menyangka. Kamu harus mempertanggung jawabkan perbuatan kamu, Hendra!" ucap Andre."Sayangnya Roni masih hidup. Coba saja kalau dia mati kan dia tidak perlu masuk ke penjara. Memang dia sepertinya umurnya panjang. Sehingga dia sedang menderita sendiri," sahut Hendra.Andre berfikir akan mengambil ponsel nya di dalam. Saat dia akan bangkit, Hendra

  • Bersuami Anak "Mama"   Bab 167. Dugaan Sarni Depresi

    "Tapi ibu mau bawa yang perempuan, Mosa. Dari dulu ibu pengen cucu perempuan. Dan saat ini sudah ada di hadapan Ibu. Ibu bawa, ya!" sahut Sarni."Ibu, bercandanya jangan keterlaluan! Kasihan mereka pasti resah. Sudah cukup! Kan kita ke sini mau menjenguk mereka," tutur Karno."Iya. Tadinya begitu. Tapi kan ibu juga mau cucu seperti mereka. Apa bisa kita dapatkan cucu dari Roni. Sedangkan di penjara juga dia punya penyakit kelamin," tanya Sarni."Sudahlah, Bu. Kalau ibu begini lebih baik kita pulang saja! Bapak malu," ajak Karno.Semuanya terdiam. Lalu pecah saat si kembar menangis. Mosa lalu membawa si kembar untuk ke kamar. Menghindari segala kemungkinan yang muncul. Bersama dengan Mina.Andre mencoba menenangkan keadaan. "Maaf, Bu. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Mungkin saat ini Roni sedang mendapatkan apa yang dituai. Tetapi saya juga berdoa agar Roni bisa mendapatkan yang terbaik.""Halah, banyak omong kamu. Kamu senang kan telah mengambil Mosa dari Roni. Padahal jelas

  • Bersuami Anak "Mama"   Bab 166. Peran Ibu

    Malam harinya, Mosa telah berhasil menidurkan kedua bayinya dengan dibantu Mina. Mosa yang merasa lelah kemudian mengambil posisi untuk tidur di samping suaminya.Andre sudah tertidur. Karena Mosa memang meminta Andre untuk tidur kalau di malam hari membutuhkan bantuan. Ternyata gerakan Mosa membangunkan Andre. "Maaf, kamu jadi terbangun," ucap Mosa.Andre hanya tersenyum menyambut kedatangan istri di sampingnya. "Tidak masalah. Aku senang. Kamu istirahat saja dulu! Sini biar aku temani," ucapnya."Aku memang sangat mengantuk. Ini sudah jam sebelas dan aku belum tidur juga. Aku mau tidur dulu, ya!" sahut Mosa."Iya, kamu tidur saja! Nanti kalau si kembar bangun biar aku yang tangani," balas Andre."Terima kasih ya, Dre. Kamu bersedia menjadi suami yang siaga. Bahkan besok kamu juga akan kerja," ucap Mosa menatap wajah Andre."Rasya dan Risya adalah anakku juga. Sangat tidak adil kalau hanya kamu yang berjuang untuk mengasuhnya. Selagi aku masih diberikan kesempatan, maka aku akan mel

DMCA.com Protection Status