Samsul mundur beberapa langkah saat Zafra hendak mendekatinya dengan tatapan aneh. Samsul mulai takut dengan sikap aneh Zahra, wajahnya tampak kusut dengan rambut menutupi seluruh wajahnya. Samsul pun memanggil pelayan rumahnya._____Hujan deras disertai petir menyambar-nyambar mengiringi langkah seorang wanita yang terseok tanpa alas kaki. Pipinya basah oleh air mata bercampur hujan. Alam seolah ikut bersedih atas nasib malang yang menimpanya. Wanita itu terus menyusuri jalan beraspal yang tampak lengang tanpa tujuan. Sesekali ia memukul dadanya untuk mengurai sesak yang menghimpit hingga membuatnya kesulitan bernafas. Berjalan tak tentu arah dengan perut kosong hingga perih melilit tak ia hiraukan. “Bu, maafkan Deni. Deni tak bisa melanjutkan pernikahan ini, Deni harap ibu mengerti apa yang Deni katakan."Kata itu masih terngiang di telinga. Menghantam kesadaran Mila bahwa ia sudah dibuang oleh lelaki yang selama ini telah membuatnya jatuh cinta hingga ia harus mengorbankan rumah
Perlahan, tangan Samsul menarik tangan Mila kedalam pelukannya. Dia berharap agar perasaan Mila sedikit bisa lebih baik.Tangis Mila kembali pecah saat mantan suaminya menyandarkan tubuhnya dalam pelukannya. Betapa ia merasa nyaman dalam dekapan pria yang telah dirinya sakiti begitu keji. "Pa ...maafkan Mama, ya?" ucap Mila sambil meratap pilu. Samsul mendengus nafas kasar. "Sudahlah Ma. Lupakan masa lalu kita. Sekarang jalan kita berbeda, Mama sekarang harus menjalani hidup Mama sendiri," ucap Samsul dingin."Iya Pa, Mama ngerti. Tapi mengapa nasib Mama selalu begini." "Maksud Mama?" "Tak pernah ada yang perhatian sama Mama. Papa juga dulu begitu, tak pernah perhatian sama Mama. Sekarang Deni. Lelaki itu pergi dua bulan ninggalin Mama." "Apa?!" Samsul tersentak kaget mendengar pengakuan Mila. "Dua bulan?" sentak Samsul tak percaya."Iya Pa. Barusan, dia telpon Mama. Katanya pernikahan kita tidak bisa di lanjutkan, Deni sudah meninggalkan Mama Pa. Untuk apa lagi Mama hidup!" "
Hingga akhirnya terkuak dosa itu. Demi memuaskan hasratnya. Mila berselingkuh dengan berondong muda yang bernama Deni. Dan sekarang telah menjadi suaminya yang dinikahi secara siri. _________Mila terdiam diatas ranjang kecil miliknya sambil menatap langit-langit kamar, pikirannya menerawang entah kemana.Disaat malam sunyi seperti ini ia tak tahu harus melakukan apa.Pandangan Mila jatuh pada bingkai foto yang terletak di meja kecil sebelah ranjangnya, disana dirinya terlihat sangat bahagia ketika dirangkul dengan hangatnya oleh Deni, segaris senyum kini tergambar diwajah Mila.Mila belum bisa melupakan Deni, walaupun nyatanya, lelaki itu ia sudah memutuskan hubungan dengannya, tapi Mila sama sekali tak merasa ada yang berubah baginya, ia masih menyayangi dan merindukan Lelaki itu, tak ada kebencian yang hadir dihatinya walaupun Deni pergi begitu saja.Sampai detik ini Mila masih belum bisa menemukan perihal apa yang membuat hubungannya dengan Deni berakhir, bahkan selama hampir se
Anna akan meminta Deni untuk membawa Mila ke rumahnya dan bayi yang ada di rahim Mila akan ia ambil melalui Deni. "Hahahaha ..." Anna tiba- tiba tertawa terbahak.Dan tawa wanita itu membuat Deni takut. "Ada apa Tante? Kenapa Tante tertawa?" tanya Deni, di tatap nya wajah Anna penuh curiga. "Tante sedang berpikir. Bagiamana kalau bawa istrimu kemari Den." "Astaga! Tante gak waras ya?" "Kenapa Den? Apa kamu keberatan membawa istri kamu kesini?" Deni sungguh tak menduga mendengar pengakuan Anna. Sebenarnya apa yang ada di otak wanita itu? Pikirannya selalu berubah- ubah dan tak masuk di akal. "Bukan begitu tante. Kemarin Tante nyuruh Deni untuk meninggalkan istri Deni. Sekarang Tante menyuruh Deni untuk membawa istri Deni kesini, sebenarnya tante maunya apa sih?" "Tante tidak ingin apa-apa Den. Hanya saja Tante kasian sama istri kamu, sendirian di rumah mana sedang hamil lagi." dalih Anna berusaha menyakinkan Deni dengan pura-pura bersimpati. "Tante. Deni sudah meninggalkan wa
"Den. Ayo bawa ke rumah sakit!" "Baik tante!" Mila mengerjapkan mata beberapa kali kelopak matanya terbuka dan menutup untuk mencari-cari kesadaran yang sepenuhnya, seingatnya ia tak sadarkan diri efek dari kelelahan dan kehamilan. Rasa pusing begitu teramat dirasakannya. "Bu, apa Ibu baik-baik saja," terdengar sayup-sayup suara lelaki yang berbisik ke telinganya. Wajah Mila menjadi menegang dan nampak tak senang. Dengan wajah garang Mila menatap lelaki yang berbisik barusan. Matanya terbuka sempurna saat di sampingnya berdiri lelaki yang telah tega pergi meninggalkannya tanpa alasan yang jelas. Dan sampai kini, ia tidak lupa akan kata-kata Deni yang begitu menyakitkan. "Pergi kau! Saya tak sudi melihat wajahmu!" dengan garang, Mila begitu marah dan menatap Deni dengan sengit. Anna terhenyak seketika lalu dengan cepat ia keluar dari ruangan itu. "Bawa anakmu!" Bentaknya kuat, beberapa perawat berlarian ke arah mereka. Karena keributan yang di ciptakan Mila. Deni terlihat pan
Tanpa sepatah kata lagi, Deni perlahan beringsut dari hadapan wanita yang selalu menekannya. Anna terpaku saat menatap tubuh lelaki muda itu yang pernah melewati belasan hari bersamanya menghilang di balik pintu kamar. _____Zahra sedang merapikan gamis merahnya dan hijabnya yang panjang. Setelah memastikan tidak ada yang berantakan, dia melangkah masuk ke ruang tengah dengan kakinya yang ramping.Sesampainya diruang tengah, pelayan menghidangkan beberapa cemilan dan memberikan isyarat hormat untuk mempersilakan Zahra untuk mencicipinya. Zahra menoleh dan berbicara dengan bibir merahnya yang menarik."Terima kasih.""Mbok, Tuan belum datang ya?" "Belum Nya. Kan biasanya Tuan pulangnya malam." Zahra menghela nafas panjang, tatapan matanya sedikit dingin. Meski begitu, sebuah senyum tetap merekah di wajahnya. Hari itu, ia akan mengatakan pada Samsul tentang kejadian di rumah sakit tadi. Saat dirinya melihat Deni sedang berjalan mesra dengan wanita lain. Jam sudah menunjuk jam sebe
Kedua mata dokter itu seketika menyipit mendengar pengakuan Deni. Lelaki muda nan tampan itu lebih pantas jadi adik wanita itu ketimbang suaminya. Dokter itu curiga. Deni pasti berondong simpanan wanita yang tengah hamil itu. "Baik kalau begitu tolong tanda tangani disini. Dan mengenai biaya persalinan. Silahkan hubungi adminstrasi," ucap Dokter. "Baik Dok. Saya akan tanda tangani ... " Cepat Deni meraih berkas yang dokter itu berikan lalu di tanda tangani segera. Setelah itu. Mila dan Deni keluar ruangan. Meski wajah Mila tak menunjukan sikap ramah. Tapi Deni berusaha bersikap normal, sebelum Mila melahirkan bayinya. Ia akan terus mengontrol Mila. Dan tentu saja itu permintaan Anna. "Ok. Bu, jaga diri Ibu baik-baik. Deni pulang dulu," ucap Deni setelah mengantar Mila sampai ruang pasien. "Tunggu Den," ucap Mila dengan tatapan kosong. "Ada apa Bu?" "Sebaiknya kamu tidak perlu repot- repot datang kemari. Ibu bisa mengurus diri Ibu sendiri, lagipula disini banyak perawat. Nanti s
Rasa bimbang memenuhi dada Samsul, hatinya begitu sakit ketika dia diminta melakukan sesuatu yang tak pernah terpikirkan olehnya. Namun, demi keharmonisan rumah tangganya bersama Zahra. Terpaksa ia menyanggupi saran Deni.____Zahra menarik malas kakinya menuju kamar. Namun matanya langsung menukik tajam pada sosok yang tengah duduk termangu di tepi ranjang. Sontak Zahra kaget, dilihatnya jam dinding. Waktu baru menunjuk angka lima. "Abi ...." Zahra berguman dalam hati. Tidak percaya apa yang tengah di lihatnya. Tidak biasanya Samsul pulang petang hari itu. Dan itu membuat Zahra bingung sekaligus senang. Perlahan Zahra melangkah masuk dan melihat Samsul mondar-mandir tidak jelas sambil sesekali memperjelas raut wajah bingung, hingga Zahra menutup pintu yang tentunya mencuri perhatian Samsul."Maaf Abi, Abi jam segini kok sudah di rumah?" tanya Zahra sopan mengingat ia seorang istri yang harus menjaga situasi suaminya yang seperti sedang memikirkan sesuatu. "Cepat kesini, ada yang