Pulang dengan keadaan kampung yang telah sepi sudah menjadi hal biasa bagi Arma. Dia berjalan santai sambil memainkan tas slempang yang dipegang di tangan kanan. Rasanya nyaman saat berjalan sendiri tanpa ada orang. Arma tidak perlu menyembunyikan ekspresinya.
"Hikss...." Sudah sejak keluar apartemen Vezy, Arma menangis. Dia hanya menahan saat memesan ojek online. Setelah itu dia memilih berhenti di ujung kampung dan berjalan. Berharap jika sudah sampai rumah tangisnya reda.Arma mengusap pipinya yang basah ketika beberapa langkah dari rumah. Dia mencoba tersenyum lalu bertekad untuk terlihat biasa aja. Kemudian dia berjalan menuju gerbang dan terkejut melihat siapa yang duduk di teras."Papa," gumam Arma melihat lelaki itu menatapnya. Dia segera masuk dan mengunci gerbang. Setelah itu berlari mendekat. "Maaf, Pa. Syutingnya tadi sempet molor.""Duduk."Arma mulai diserang rasa takut. Ekspresi papanya begitu datar. Dia tahu, biasanya papa"I love you, too. Meski anyep banget pas kamu ngomong itu."Arma seketika turun dari pelukan Vezy dan menatap bingung. "Anyep? Aku harus gimana emang?"Vezy menggerakkan bibir ke depan. "Tahulah.""Enggak!" Arma mendorong bibir Vezy lalu mundur beberapa langkah."Kenapa?""Kamu habis makan seafood, ya kali!"Vezy mengerjab tak percaya. "Ayo, ikut!" Dia menarik tangan Arma lalu menyeretnya keluar dari tangga darurat."Apa, sih?" Arma kesusahan mengikuti langkah lebar Vezy.Vezy tidak menjawab dan memilih memencet tombol. Begitu pintu terbuka, dia melepas sepatu tak sabaran lalu menarik Arma ke kamar mandi.Arma melotot, tahu maksud lelaki itu. "Aku mau pulang!""Diem!" Vezy melepas pegangan lalu mengambil dua sikat gigi yang masih baru dan menyerahkan ke Arma.Glek.... Arma menelan ludah."Jangan coba-coba nolak!" Vezy mengambil pasta gigi lalu mulai menggosok gigi.Ar
Kolaborasi Falma dan Vezy membuahkan hasil. Lagu mereka berada di chart teratas hingga dua minggu lebih. Tawaran manggung terus berdatangan. Belum lagi tawaran bintang tamu di berbagai acara, tawaran iklan hingga majalah. Dua manager mereka sampai menolak beberapa acara karena padatnya jadwal.Seperti malam ini, Vezy akan menghadiri salah satu tour Falma. Lagu mereka akan dibawakan di akhir acara. Sebagai bintang tamu, tentu Vezy datang agak terakhir."Kak Vezy!" Seorang kru menghampiri mobil Vezy.Pak Eben segera turun dari mobil dan membuka pintu. Dia membantu artisnya keluar dan melindunginya. Di dalam stadion acara masih berlangsung. Tetapi, masih banyak orang di luar. Sepertinya sedang menunggu Vezy."Vezy!" Teriakan itu bersahut-sahutan. Mereka mengikuti iring-iringan Vezy.Vezy melambaikan tangan. Tubuhnya diapit dua bodyguard, agak di depannya ada Pak Eben yang memegang satu tangannya. Hingga sampailah mereka ke dalam ruangan. "Hu
Glek... Glek... Glek....Arma meminum air mineralnya dengan haus. Dia baru saja meeting dengan Tedo dan karyawan lain tentang kenaikan gaji Vezy. Sebenarnya itu tidak masalah, karena semakin bertambahnya waktu, Vezy semakin profesional dan berhak mendapat gaji yang besar. Sayangnya, Tedo menyampaikan dengan cara kurang pas. Jadi, terkesan mengambil keuntungan besar setelah Vezy hengkang dari tempatnya."Tapi, bagus deh Vezy keluar!" Arma meletakkan botol air mineralnya di dashboard lalu mengendarai motornya.Hari ini, Arma memutuskan untuk membawa motor. Dia merasa harus kejar waktu. Karena nanti Vezy harus terbang ke Jogjakarta untuk manggung bersama Falma.Tak lama kemudian, Arma sampai apartemen. Dia membawa tas punggung dengan isi yang hampir penuh. Sebenarnya, di dalam tas itu hanya berisi dua stel pakaian dan keperluan pribadinya. Sisanya, berisi cemilan dan kebutuhan obat untuk Vezy.Tett....Arma menekan bel sambil mengan
Usai manggung, Mama Vezy mengajak makan malam bersama. Arma membantu memesankan tempat. Beruntung, ada satu restoran yang bisa di-booking secara dadakan. Meski bukan restoran yang diinginkan Mama Vezy."Ayo, masuk!" Mama Vezy berjalan di belakang pelayan menuju ruangan yang telah dipesan. "Kalian bebas mau makan apa dan sebanyak apa."Vezy dan sang papa berjalan tepat di belakang wanita itu. Mereka masuk ke ruangan dan melihat meja bundar berukuran agak besar dengan enam kursi. Papa Vezy memilih kursi terdekat lalu Vezy duduk di sampingnya."Deg-degan nggak lo?" Razi berjalan di samping Arma, agak jauh dari tiga orang sebelumnya."Deg-deganlah!" jawab Arma sambil mendorong lengan Razi. "Jangan lihat gue kayak gitu.""Kayaknya lo bakal dikenalin sebagai calon mantu.""Enggaklah!""Bener itu, Bu!" Pak Eben yang berjalan paling belakang menimpali.Tiga orang itu masuk ruangan, melihat tiga orang lainnya yang duduk
Tour Falma masih berlanjut. Selama itu pula, Vezy mengikuti. Di beberapa kota, ada yang meminta Vezy bernyanyi lebih banyak. Tentu manajemen Vezy mengiakan.Pertemanan Falma dan Vezy kian erat. Mereka seolah melupakan jika salah satu dari mereka pernah ada yang memendam rasa. Bahkan, sekarang Falma digosipkan sedang dekat dengan penyanyi lain."Next, ajak duet gebetan lo.""Apaan, sih, Kak!" Falma menatap Vezy yang sedang di-makeup."Lo pikir gue nggak baca berita apa?"Falma geleng-geleng. "Ih, masih temenan!" jawabnya. "Masih jauh buat bikin lagu. Kak Vezy aja. Kapan rilis single baru?""Gue udah nggak single," jawab Vezy sambil melirik Arma yang sedang menata rambutnya. "Ya, kan, Sayang?""Ihh...." Falma menghentakkan kaki. "Maksud gue lagu baru, Kak.""Tahu, nih. Lagu barunya nggak muncul-muncul." Razi yang duduk di kursi menimpali. "Padahal, inspirasinya ada di depan mata."Arma menjauh setelah men
Setahun kemudian.Vezy dan timnya makin ribet menjelang hari perilisan single terbarunya. Lelaki itu terlihat begitu antusias untuk menunjukkan karya yang dibuat sepenuh hati dan sempat terhalang saat Arma menjauhinya.Jam dua belas siang nanti, Vezy akan melakukan prescon album terbarunya. Dia juga akan bernyanyi live. Acara itu, lebih dikhususkan ke fans Vezy dan beberapa media. Vezy merasa, harus berterima kasih ke para pendukungnya."Venue udah siap belum?" Razi berbicara dengan seseorang di telepon dengan nada tinggi. "Gue sama Vezy, otw ini.""Sudah kok.""Oke! Jangan sampai ada kesalahan," pesan Razi lalu memutuskan sambungan. Dia menoleh ke samping, melihat Vezy yang memangku gitarnya. Terlihat sekali lelaki itu begitu antusias. "Akhirnya, single lo rilis."Vezy menoleh. "Setelah sekian lama.""Semoga sukses terus, Bro.""Ck! Pacar gue udah di tempat, kan?" tanya Vezy karena Arma tidak menemani.
Falma dan timnya sudah pulang dari apartemen Vezy. Ruangan yang sebelumnya penuh canda dan tawa itu kembali hening. Menyisakan bungkusan makanan yang tergeletak di meja.Semua orang menyukai cake dari Jola. Termasuk Vezy. Sementara Arma tidak tahu rasa cake itu meski dari tampilannya saja dia sudah yakin sangat enak."Nggak udah dibersihin, Sayang," ujar Vezy setelah mengantar Falma ke basement.Arma bertolak pinggang menatap Vezy. "Terus, siapa yang bersihin?""Aku bisa nyuruh orang.""Enggak. Biar aku aja!" Arma mengambil karet gelang lalu mengikat rambutnya ke atas. Tubuhnya terasa begitu gerah dan lelah. Tetapi, dia sangat risih jika melihat ada yang berserakan.Vezy ikut membantu, mengambil sisa makanan dan membuangnya ke tong sampah. "Udah selesai."Arma tidak menjawab. Dia mencuci gelas bekas orang-orang yang meminta kopi. Juga piring tempat cake tadi disajikan.Vezy geleng-geleng melihat Arma yang terus
Pulang dari tour, Vezy bergegas ke sebuah kelab. Dia akan menghadiri party yang diadakan Tedo, sebagai acara perpisahan mereka. Akhirnya, Vezy resmi keluar dari manajemen Tedo.Permasalahannya bukan karena Tedo dulu melarang Vezy berpacaran dengan Arma, tapi banyak hal. Tedo selalu menuntut Vezy untuk kerja tanpa banyak istirahat. Di saat remaja, Vezy tentu tidak masalah dengan itu. Tetapi, seiring berjalannya waktu, dia juga ingin menjalani kehidupan di luar dunia keartisannya. Beruntung, Tedo memaklumi setelah melalui perdebatan yang alot.Duarrr....Duarrr...."Selamat, datang!"Vezy berjingkat mendengar suara riuh yang menyambutnya. Dia menatap Tedo dan timnya yang memperhatikan dengan senyuman. Kemudian dia menatap Razi, yang hari ini sempat absen. "Jadi, gara-gara ini lo nggak masuk?""Kasih minum dulu!" saran Razi.Salah seorang mengambil gelas dan menyerahkan ke Vezy. Kemudian menuangkan minumannya. "Mari, masuk.