Share

60-HIDUP KITA

Pulang dengan keadaan kampung yang telah sepi sudah menjadi hal biasa bagi Arma. Dia berjalan santai sambil memainkan tas slempang yang dipegang di tangan kanan. Rasanya nyaman saat berjalan sendiri tanpa ada orang. Arma tidak perlu menyembunyikan ekspresinya.

"Hikss...." Sudah sejak keluar apartemen Vezy, Arma menangis. Dia hanya menahan saat memesan ojek online. Setelah itu dia memilih berhenti di ujung kampung dan berjalan. Berharap jika sudah sampai rumah tangisnya reda.

Arma mengusap pipinya yang basah ketika beberapa langkah dari rumah. Dia mencoba tersenyum lalu bertekad untuk terlihat biasa aja. Kemudian dia berjalan menuju gerbang dan terkejut melihat siapa yang duduk di teras.

"Papa," gumam Arma melihat lelaki itu menatapnya. Dia segera masuk dan mengunci gerbang. Setelah itu berlari mendekat. "Maaf, Pa. Syutingnya tadi sempet molor."

"Duduk."

Arma mulai diserang rasa takut. Ekspresi papanya begitu datar. Dia tahu, biasanya papa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status