Share

🔮Ramalanmu

Penulis: Pierre Magnol
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pagi itu pulau Tannin Gaduh. Terdengar teriakan dari segala arah. Ibu yang juga baru selesai masak segera keluar rumah begitu juga denganku.

“Kenapa itu?” tanya ibu melihat orang yang berlarian ke arah pantai.

“Semua tetua kesurupan!” jawabnya sambil berlari.

Ibu segera merapikan diri dan ikut berlari ke pantai. Aku pun begitu.

“Ada apa ini!” pikirku.

Baru saja aku bermimpi aneh dan ternyata mimpi itu tak cukup. Harus sekali pagi ini kebingunganku ditambah oleh kejadian ini.

“Ini kenapa Tari?” teriakku saat melihat Tari yang juga sudah berdiri di pantai melihat kesepuluh tetua pulau yang menari berkeliling membentuk lingkaran. Mereka berteriak dengan kata-kata yang tak bisa dimengerti.

“Tidak tahu, tiba-tiba mereka semua berteriak begitu. Enggak tahu juga!” balas Tari.

Ia menarik tanganku mendekat padanya. Seluruh penduduk pulau berkumpul di pantai. Mencoba mengerti apa yang sedang terjadi. Namun, hasilnya tidak ada. Semua kebingungan melihat para tetua pulau yang masih menari dan berteriak. Hampir satu jam lebih mereka begitu sampai akhirnya salah satu dari mereka terjatuh diikuti oleh yang lain. Setelah semua terjatuh baruslah beberapa penduduk berani untuk membantu mereka untuk duduk. Memberi mereka minum.

Kami hanya bisa duduk mengamati apa yang akan terjadi selanjutnya. Menunggu dan menunggu hal yang kami tak tahu apa yang kami tunggu.

“Sebaiknya saudara-saudara pulang ke rumah masing-masing. Para tetua akan mengadakan pertemuan dan memberikan jawaban pada kita semua!” teriak seseorang yang terlihat baru saja berbicara dengan tetua pulau.

“jika tiba waktunya para tetua akan mengumpulkan apa yang terjadi kepada kita semua,” kata seorang lagi ketika melihat orang-orang belum beranjak dari tempatnya.

Aku dan Tari memutuskan untuk pulang. Terlihat ibu masih membantu para tetua. Pantisnya mereka semua membutuhkan bantuan karena kelelahan berjingkat-jingkat di usia yang sudah lanjut. Bahkan aku sempat melihat semua berkeringat dengan nafas yang tak teratur.

Aku berjalan sendiri setelah Tari berbelok ke rumahnya. Jalan ke rumah cukup sepi, aku bersenandung untuk mengisi kesunyian.

Mimpi dan kejadian tadi membuatku takut dan sesuatu telah menungguku di depan pintu rumah.

Terlihat seorang pemuda yang begitu aku kenal berdiri persis di depan rumah sambil melihat ke arahku. Dia melipat kedua tangganya dan tersenyum ketika mataku melihatnya. Pemuda dalam mimpiku.

Tak sampai sedetik aku merasakan badanku terjatuh. Tubuhnya seolah melayang dan tak pernah menyentuh tanah. Ketika aku membuka mata aku berdiri di depan pemuda yang tadi. Namun, kami tidak berada di depan rumah atau bahkan seperti tidak berada di pulau.

Tangan pemuda itu menggandengku dan memandu kakiku untuk berjalan mengikutinya. Sesampai di tepi sebuah tebing dia memperlihatkan semua tempat yang sangat luar biasa indah. Terdapat banyak sekali bunga dengan ukuran yang sangat besar. Pepohonan yang begitu rimbun dengan warna daun yang beraneka ragam. Air terjun yang begitu indah dengan pelangi yang menyempurnakan keindahan itu. Namun, yang paling membuat mata terpukau adalah puluhan, bahkan ratusan naga yang terbang ke sana kemari. Dengan sayap yang begitu lebar mereka membelah langit.

“Apakah ini nyata? Atau aku hanya bermimpi!” gumannya.

“Ini adalah kenyataan” bisik pemuda itu sambil mendekatkan tubuhnya pada Latu.

“Sebentar lagi semua akan sempurna!” katanya.

“Latu. Bangun, Latu!” suara itu seolah menarik Latu dari alam itu.

Tiba-tiba matanya terbuka dan melihat Bratindra sudah ada di depan matanya.

Bab terkait

  • Bercinta dengan Naga   Penggoda🌹

    “Kau kenapa?” tanya Bratindra kebingungan. Sama dengannya yang bingung aku pun begitu. Aku heran kenapa laki-laki pujaan seluruh gadis pulau berada di sini. Ditambah lagi aku sedang berada dalam pangkuannya. Kekuatan mistis mana yang sedang bekerja di sini. Aku tak menjawab pertanyaan itu karena kepalaku dipenuhi tanda tanya yang tak memunculkan jawaban. “Latu? Kau tak apa?” “Astaga!” ucapku ketika sadar aku tergeletak di tanah persis di depan rumah. Aku mencoba mengingat apa yang terjadi. Terakhir aku melihat pemuda dalam mimpiku muncul di depan rumah dan aku melihat suatu tempat yang dihuni begitu banyak naga. Tempat yang belum pernah aku lihat sebelumnya, bahkan mendengar pun tak pernah. Tempat yang terasa begitu asing, tetapi begitu akrab di waktu yang bersamaan. Semua itu bergabung dan membentuk teka-teki yang memenuhi otakku. Bahkan laki-laki yang menolongku pun tak terlaluku hiraukan. “Kau tak apa?” tanyanya lagi. Aku yang masih berbaring di pangkuannya tak kunjung menunj

  • Bercinta dengan Naga   🌋Laki-Laki Penggoda

    Sudah dua hari ini ibu sibuk sekali mengurus para tetua yang masih melakukan ritual-ritual guna mengetahui kejadian yang terjadi. Semua para tetua berkumpul di balai dan para ibu bertugas menyiapkan makanan dan kebutuhan lain para tetua. Para suami juga berburu atau menyiapkan lauk yang diberikan pada mereka. Semua sibuk, semua berharap akan ada titik terang atas kejadian yang menggemparkan pulau di hari yang lalu. Aku merasa badanku begitu kotor karena belum mandi dua hari ini. Tari juga sibuk karena orang tuanya ikut bekerja di balai. Aku tentu saja tak mau ikut menjadi beban. Maka aku putuskan untuk berangkat ke sungai sendirian. Di jalan setapak aku mencoba menjernihkan pikiran. Hari-hari belakangan sangat membingungkan, seolah dunia sedang bermain teka-teki. Orang berkata jika hidup itu sederhana, nyatanya bagiku rumit sekali. Apa yang sedang terjadi sangat membingungkan, dan apa yang akan terjadi membentuk tanda tanya besar. Di saat menghitung langkah aku melihat pemuda itu.

  • Bercinta dengan Naga   👀Sesuatu yang menggelitik dan menggairahkan

    Aku tak tahu haru berkata atau berbuat apa. Belum pernah ada satu orang menyatakan cinta kepadaku. Dan sekarang laki-laki bernama Bratindra, laki-laki pujaan seluruh gadis desa tiba-tiba menyatakan perasaannya di jalan setapak di tengah matahari hendak bersembunyi. Otakku tak memiliki kapasitas lebih untuk memikirkan itu. Semua akalku seolah tersumbat dan berhenti. Pikiranku tak mengeluarkan perintah bagi mulut untuk merespons dengan baik. “Aku... Aku..” “Oh, kau tak harus mengatakan apa-apa sekarang,” katanya lembut, “Aku hanya ingin memberitahu padamu jika ada seseorang yang menyukaimu sejak dulu.” Bratindra berjalan seperti tidak ada terjadi sedangkan aku berjalan dengan canggung. Bagaimana mungkin aku bisa berjalan santai bersama orang yang barus saja mengatakakan cinta. Dari depan aku melihatnya berjalan. Langkahku pendek dan tak mampu untuk mengimbanginya. Aku berpikir dan terus berpikir. Mengapa aku sebingung ini. Bukankan sudah kepastian jika aku menyukai laki-laki itu. La

  • Bercinta dengan Naga   Dosa laki-laki dan Wanita 🔥

    “Kau tak apa?” Aku tentu saja tak menemukan jawaban dari pertanyaan itu. Bratindra tidak seharusnya berada di sini, apalagi dengan hari yang mulai gelap. Aku menggeleng kebingungan. Entah apa maksud laki-laki ini. “Mungkin sebaiknya kita di luar saja sampai ibumu pulang.” Katanya menarik kursi dari bambu. Ia duduk tanpa kupersilahkan. Sebenarnya aku senang di malam yang sepi ini ada seseorang yang menemaniku, ditambah dia adalah laki-laki kecintaan semua gadis di pulau. Namun, ada rasa canggung yang juga menghantuiku. Seperti aku katakan sebelumnya, aku adalah gadis tanpa pengalaman menjalin hubungan. Aku takut topik apa yang harus aku lemparkan. Bagaimana melanjutkan percakapan agar menarik atau kekhawatiran lainnya. “Tenang, kau bisa diam dan duduk saja!” kata Bratindra seolah tahu pikiranku. “Eh.. ehhmmmm” Aku duduk di kursi yang kutarik cukup jauh darinya. Tanganku kusilangkan di dada, menahan kain yang menutupi pundakku. Angin malam ini cukup dingin, ditambah sinar bulan yan

  • Bercinta dengan Naga   Sttttttt

    “Shttttt” Aku tentu saja melotot. Memandang laki-laki ini dengan tatapan tak percaya. Bagaimana mungkin dia bersembunyi di kamarku di saat ibu sedang di rumah. Dia bukannya pulang malah di sini mengundang masalah. “Kau harus pergi!” bisikku. Aku tak ingin ibu bangun dan melihat aku bersama laki-laki ini. Sangat bahaya, bisa-bisa dia pingsan di tempat. “Asalkan kau berjanji!” “Apa!” paksaku pelan. Rumah ini bukan rumah besar. Suara kecil pun bisa terdengar ke semua ruangan. Untung saja suara jangkrik dan hewan lain mungkin menyamarkan suara bisikan antara aku dan Bratindra. “Besok kita bertemu di sungai, aku akan menunggu di batu besar tempatku menunggumu!” “Aku tak pergi ke sungai besok!” jawabku. Tangan laki-laki itu makin menggila. Seolah dia tidak menyukai jawaban yang baru saja aku berikan. “Baiklah,” jawabku akhirnya. Sebenarnya sensasi ini sangat menaikkan adrenalinku. Perasaan takut sekaligus menyenangkan ini tak mau aku hentikan. Namun, aku masih bisa mengatur kepalak

  • Bercinta dengan Naga   Kita "Menikah" Malam Ini 👀

    Baru saja Latu ingin berjalan ke sungai untuk menemui Bratindra suara ibu berteriak terdengar begitu cari dari kejauhan. “Latu! Nak!” teriaknya sambil berlari. “Latu!” Aku sontak saja menemui ibu. Dari raut wajahnya dia terlihat begitu ketakutan. Entah hantu apa yang mengejarnya, padahal masih sore. Sesampai di halaman ibu langsung memelukku. Matanya sembab dan merah. Ia menangis, meraung. Beberapa orang terlihat mengikuti ibu dari belakang. Mereka juga memasang wajah yang sama menyedihkannya dengan ibu. Mata mereka memandangku dengan tatapan kasihan. “Ibu kenapa?” tanyaku dengan suara gemetar. Aku bahkan tidak memikirkan tentang diri sendiri, aku mengira ibu sakit atau dia berbuat kesalahan. Namun, bukan ibu yang harus kukhawatirkan. “Nak, bagaimana ini. Bagaimana ini!” “Bagaimana gimana, Bu?” tanyaku sedikit emosi. Kenapa tak ada satu pun yang menjelaskan kejadian ini padaku? Setelah beberapa saat ibu terus menangis tanpa penjelasan para tetua pulau datang. Kali ini tak han

  • Bercinta dengan Naga   Mulutmu Bekata Tidak, tapi Tubuhmu menginginkanku

    “Kak, kita bisa ketahuan!” bisikku ketika Bratindra membuka kain yang menutup tubuhku. “Kak, pintu terbuka. Seseorang bisa saja masuk!” kataku mendorong Bratindra. Aku memperbaiki kain yang tadi hampir terlepas. Aku bingung apakah laki-laki ini tulus mencintaiku sehingga dia mau melakukan segala hal untuk menyelamatkanku dan pulau Tannin. Atau dia punya agenda lain. Bratindra mengedap-endap ke depan. Ia menutup pintu tanpa dilihat oleh orang yang berjaga di depan. Kayu panjang penghalang pintu pun dipasang sehingga orang tak bisa membuka dari depan. “Kau tahu, kau harus menjadi milikku, kau tak bisa diberikan begitu saja kepada makhluk-makhluk kejam itu!” Bratindra melepas kain itu dengan begitu mudah. Hanya sedetik tak ada lagi yang menghalangi pemandangan pemuda itu. Cahaya remang dari obor di luar rumah membuat suasana semakin erotis. “Aku malu,” “Apa kau tak mau membuka matamu, Latu?” Latu tak tahu hal apa yang akan terjadi selanjutnya. Apakah semua sama nikmatny

  • Bercinta dengan Naga   Selepas Bergairah 🌧

    ☆Sudut pandang orang ketiga serba tahu _____Warga berkumpul di depan rumah Latu dengan obor di tangan. Bratindra sudah keluar dari kamar Latu. Ia berjanji akan membatalkan ritual itu dengan segala cara. “Aku akan menyelamatkanmu,” katanya pada Latu dan segera keluar dari jendela kamar Latu. Meninggalkan Latu, gadis yang baru saja bercumbu dengannya menghadapi hari yang mungkin saja menjadi hari terakhirnya. Latu membuka pintu dan membiarkan para tetua masuk ke rumah. Dari belakang ibunya berjalan dengan kepala yang tertunduk lesu. Latu berjalan dengan janggal karena baru saja tubuhnya sangat lelah dibuat Bratindra. “Dengar, Nak. Tak ada dari kami menginginkan hal buruk terjadi padamu. Seharian kami berdoa agar engkau masih memiliki nafas kehidupan setelah ritual ini dilakukan. Para tetua percaya jika Naga memiliki cara bijaksana untuk menerima persembahan ini.” Latu mengangguk, ia tak mendengar nasihat itu, bahkan sedikit pun. Mereka mulai membersihkan tubuh Latu d

Bab terbaru

  • Bercinta dengan Naga   Bagaimana Aku Harus Memanggilmu?

    Bratindra memeluk erat tubuh Latu, ia berusaha membangunkan perempuan itu. Sesekali kelopak mata Latu terlihat bergerak seperti hendak terbuka. Namun, hanya dalam hitungan detik kembali diam bak patung. Malam ini akan sangat panjang dan dingin. Ia tak pernah membayangkan akan tidur di gua yang disucikan ini. Benar jika semua penduduk desa tak pernah masuk ke dalam gua ini, tetapi Bratindra sudah berulang kali masuk ke dalamnya. Bratindra tahu betul kondisi gua ini dan sudah mempersiapkan banyak hal untuk menjalani kejadian ini. Untung saja dia sudah mempersiapkan banyak hal. Bratindra sudah tahu jika cepat atau lambat hal ini akan terjadi. Dia menumpuk kayu kering dekat dinding gua. Dengan bantuan batu ia menyalakan api kecil untuk menghangatkan mereka berdua. Dengan bantuan ibunya dia mengebas buah dan makanan. Memang tak terlalu banyak karena awalnya mereka tak menduga mulut gua akan ditutup. Namun, hal itu tak terlalu dipusingkan Bratindra. Ternyata penduduk membawa persembahan

  • Bercinta dengan Naga   Pemberian dan Kenikmatan

    “Oh, tidak mungkin!” kata Latu saat mendengar pengakuan pemuda itu. Bagaimana mungkin pemuda yang selama ini hidup dalam mimpinya adalah naga biru, naga yang dipuja-puja oleh penduduk pulau Tannin. Naga yang sama sekali tak ia percayai. “Aku kira kau sudah tahu,” katanya menggoda. “Dari mana aku tahu?” balas Latu pendek. “Bagaimana mungkin manusia bisa memberimu kenikmatan seperti yang aku berikan?” tatap pemuda itu. Ia menatap Latu begitu lekat sampai Latu tak berani membalasnya. “Aku tak merasa kau memberikan sesuatu padaku,” “Kenikmatan yang kuberikan padamu, ah tentu saja kau masih mengingatnya. Walaupun pemuda itu memberikan hal itu padamu tapi kau pasti sadar jika ia tak mampu membuatmu merasakan apa yang kau rasakan saat bersamaku,” “Dari mana kau tahu aku dan kak Bratindra,” kata Latu keceplosan. Ia tak melanjutkan kalimatnya. “Oh, tentu saja aku tahu. Aku bisa melihat semua yang terjadi di pulau Tannin, hanya saja tubuhku masih belum terlalu kuat untuk data

  • Bercinta dengan Naga   Kamu dipersembahkan untukku

    “Latu, bangun, bangun,” bisik Bratindra. Ia muncul dari bebatuan di pinggir gua. Sejak semua penduduk pulau sibuk menyiapkan ritual dia bersiap dengan rencana membatalkan ritual itu. Ia membawa kebutuhannya untuk bertahan di gua dan berniat membawa Latu pergi dari tempat itu. Namun, yang tidak ia duga adalah bahwa gua akan ditutup dengan kayu-kayu besar yang begitu rapat. Di depan kayu itu mereka juga menumpuk bebatuan sehingga akan sulit atau bahkan mustahil baginya melewati pintu itu. Bratindra juga tahu jika gua itu hanya memiliki satu jalan keluar. Satu-satunya hal yang dilakukan Bratindra adalah membangunkan Latu dari tidurnya. Membuatnya terbangun, tetapi hal itu juga mustahil. Bratindra mengangkat Latu dari baru besar dan membaringkannya di pinggir gua yang sudah ia lapisi dengan kain yang dibawanya. Bratindra menjambak dan menggarut rambunya yang tak gatal. Ia tak mungkin membawa Latu, apa yang harus dia lakukan? Ia sendiri tak tahu. Semakin malam suhu gua semak

  • Bercinta dengan Naga   Selepas Bergairah 🌧

    ☆Sudut pandang orang ketiga serba tahu _____Warga berkumpul di depan rumah Latu dengan obor di tangan. Bratindra sudah keluar dari kamar Latu. Ia berjanji akan membatalkan ritual itu dengan segala cara. “Aku akan menyelamatkanmu,” katanya pada Latu dan segera keluar dari jendela kamar Latu. Meninggalkan Latu, gadis yang baru saja bercumbu dengannya menghadapi hari yang mungkin saja menjadi hari terakhirnya. Latu membuka pintu dan membiarkan para tetua masuk ke rumah. Dari belakang ibunya berjalan dengan kepala yang tertunduk lesu. Latu berjalan dengan janggal karena baru saja tubuhnya sangat lelah dibuat Bratindra. “Dengar, Nak. Tak ada dari kami menginginkan hal buruk terjadi padamu. Seharian kami berdoa agar engkau masih memiliki nafas kehidupan setelah ritual ini dilakukan. Para tetua percaya jika Naga memiliki cara bijaksana untuk menerima persembahan ini.” Latu mengangguk, ia tak mendengar nasihat itu, bahkan sedikit pun. Mereka mulai membersihkan tubuh Latu d

  • Bercinta dengan Naga   Mulutmu Bekata Tidak, tapi Tubuhmu menginginkanku

    “Kak, kita bisa ketahuan!” bisikku ketika Bratindra membuka kain yang menutup tubuhku. “Kak, pintu terbuka. Seseorang bisa saja masuk!” kataku mendorong Bratindra. Aku memperbaiki kain yang tadi hampir terlepas. Aku bingung apakah laki-laki ini tulus mencintaiku sehingga dia mau melakukan segala hal untuk menyelamatkanku dan pulau Tannin. Atau dia punya agenda lain. Bratindra mengedap-endap ke depan. Ia menutup pintu tanpa dilihat oleh orang yang berjaga di depan. Kayu panjang penghalang pintu pun dipasang sehingga orang tak bisa membuka dari depan. “Kau tahu, kau harus menjadi milikku, kau tak bisa diberikan begitu saja kepada makhluk-makhluk kejam itu!” Bratindra melepas kain itu dengan begitu mudah. Hanya sedetik tak ada lagi yang menghalangi pemandangan pemuda itu. Cahaya remang dari obor di luar rumah membuat suasana semakin erotis. “Aku malu,” “Apa kau tak mau membuka matamu, Latu?” Latu tak tahu hal apa yang akan terjadi selanjutnya. Apakah semua sama nikmatny

  • Bercinta dengan Naga   Kita "Menikah" Malam Ini 👀

    Baru saja Latu ingin berjalan ke sungai untuk menemui Bratindra suara ibu berteriak terdengar begitu cari dari kejauhan. “Latu! Nak!” teriaknya sambil berlari. “Latu!” Aku sontak saja menemui ibu. Dari raut wajahnya dia terlihat begitu ketakutan. Entah hantu apa yang mengejarnya, padahal masih sore. Sesampai di halaman ibu langsung memelukku. Matanya sembab dan merah. Ia menangis, meraung. Beberapa orang terlihat mengikuti ibu dari belakang. Mereka juga memasang wajah yang sama menyedihkannya dengan ibu. Mata mereka memandangku dengan tatapan kasihan. “Ibu kenapa?” tanyaku dengan suara gemetar. Aku bahkan tidak memikirkan tentang diri sendiri, aku mengira ibu sakit atau dia berbuat kesalahan. Namun, bukan ibu yang harus kukhawatirkan. “Nak, bagaimana ini. Bagaimana ini!” “Bagaimana gimana, Bu?” tanyaku sedikit emosi. Kenapa tak ada satu pun yang menjelaskan kejadian ini padaku? Setelah beberapa saat ibu terus menangis tanpa penjelasan para tetua pulau datang. Kali ini tak han

  • Bercinta dengan Naga   Sttttttt

    “Shttttt” Aku tentu saja melotot. Memandang laki-laki ini dengan tatapan tak percaya. Bagaimana mungkin dia bersembunyi di kamarku di saat ibu sedang di rumah. Dia bukannya pulang malah di sini mengundang masalah. “Kau harus pergi!” bisikku. Aku tak ingin ibu bangun dan melihat aku bersama laki-laki ini. Sangat bahaya, bisa-bisa dia pingsan di tempat. “Asalkan kau berjanji!” “Apa!” paksaku pelan. Rumah ini bukan rumah besar. Suara kecil pun bisa terdengar ke semua ruangan. Untung saja suara jangkrik dan hewan lain mungkin menyamarkan suara bisikan antara aku dan Bratindra. “Besok kita bertemu di sungai, aku akan menunggu di batu besar tempatku menunggumu!” “Aku tak pergi ke sungai besok!” jawabku. Tangan laki-laki itu makin menggila. Seolah dia tidak menyukai jawaban yang baru saja aku berikan. “Baiklah,” jawabku akhirnya. Sebenarnya sensasi ini sangat menaikkan adrenalinku. Perasaan takut sekaligus menyenangkan ini tak mau aku hentikan. Namun, aku masih bisa mengatur kepalak

  • Bercinta dengan Naga   Dosa laki-laki dan Wanita 🔥

    “Kau tak apa?” Aku tentu saja tak menemukan jawaban dari pertanyaan itu. Bratindra tidak seharusnya berada di sini, apalagi dengan hari yang mulai gelap. Aku menggeleng kebingungan. Entah apa maksud laki-laki ini. “Mungkin sebaiknya kita di luar saja sampai ibumu pulang.” Katanya menarik kursi dari bambu. Ia duduk tanpa kupersilahkan. Sebenarnya aku senang di malam yang sepi ini ada seseorang yang menemaniku, ditambah dia adalah laki-laki kecintaan semua gadis di pulau. Namun, ada rasa canggung yang juga menghantuiku. Seperti aku katakan sebelumnya, aku adalah gadis tanpa pengalaman menjalin hubungan. Aku takut topik apa yang harus aku lemparkan. Bagaimana melanjutkan percakapan agar menarik atau kekhawatiran lainnya. “Tenang, kau bisa diam dan duduk saja!” kata Bratindra seolah tahu pikiranku. “Eh.. ehhmmmm” Aku duduk di kursi yang kutarik cukup jauh darinya. Tanganku kusilangkan di dada, menahan kain yang menutupi pundakku. Angin malam ini cukup dingin, ditambah sinar bulan yan

  • Bercinta dengan Naga   👀Sesuatu yang menggelitik dan menggairahkan

    Aku tak tahu haru berkata atau berbuat apa. Belum pernah ada satu orang menyatakan cinta kepadaku. Dan sekarang laki-laki bernama Bratindra, laki-laki pujaan seluruh gadis desa tiba-tiba menyatakan perasaannya di jalan setapak di tengah matahari hendak bersembunyi. Otakku tak memiliki kapasitas lebih untuk memikirkan itu. Semua akalku seolah tersumbat dan berhenti. Pikiranku tak mengeluarkan perintah bagi mulut untuk merespons dengan baik. “Aku... Aku..” “Oh, kau tak harus mengatakan apa-apa sekarang,” katanya lembut, “Aku hanya ingin memberitahu padamu jika ada seseorang yang menyukaimu sejak dulu.” Bratindra berjalan seperti tidak ada terjadi sedangkan aku berjalan dengan canggung. Bagaimana mungkin aku bisa berjalan santai bersama orang yang barus saja mengatakakan cinta. Dari depan aku melihatnya berjalan. Langkahku pendek dan tak mampu untuk mengimbanginya. Aku berpikir dan terus berpikir. Mengapa aku sebingung ini. Bukankan sudah kepastian jika aku menyukai laki-laki itu. La

DMCA.com Protection Status