Share

Cukup Bodoh

Penulis: Ira Yusran
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ganes membeliak. Ia menggeleng dengan pelan, lantas mencoba menjauh dari Faruk sejenak. Diedarkannya pandang ke segala penjuru arah, lantas berhenti tepat pada kaca jendela bangunan yang terlihat dari luar rumah sakit mata.

Betapa terkejutnya Ganes saat melihat postur tubuh Rajendra yang berdiri dengan tatapan setajam elang dari kejauhan. Ganes menelan ludah. Diraihnya tangan Faruk, lalu membalik badan.

"Dia melihat kita, Ruk. Di sana. Di jendela ruang kerjanya."

Tentu saja, pernyataan Ganes membuat Faruk langsung menoleh. Beruntung, tarikan Ganes pada tangannya menghentikan niatnya untuk mendongak ke atas.

"Jangan lihat, please. Dia terlihat marah, Ruk."

Mendengar itu, Faruk mengernyit. Ia menatap Ganes yang tampak ketakutan dan salah tingkah. Diangkatnya dagu Ganes untuk melihat, sedalam mana ketakutan yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

Bersamaan dengan itu, Faruk juga menerima panggilan dari Rajendra. Ditatapnya sang kawan sembari mengangguk pelan.

"Ada apa, Pak?"

Sebelum Jendra
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Berawal dari Taruhan, Berakhir Dipinang CEO Tampan   Jatuh Cinta

    Ganes telah melepas kemeja yang dipinjami oleh sang direktur utama. Jam kerja pun telah ia lalui selama delapan jam sejak Rajendra menghubunginya.Entah mengapa, kecamuk dalam benaknya tak kunjung mereda. Mulai dari banyak kejadian saat pertemuan pertamanya dengan Rajendra, hingga pada ucapan Faruk yang mengungkap betapa bodohnya ia.Ganes berdecak kesal. Diliriknya jam tangan yang melingkar. Padahal, hari sudah senja, tapi Rajendra belum juga keluar dari ruang kerjanya.Mau tak mau, Ganes harus kembali masuk ke ruangan sang direktur utama demi mengutarakan niatnya sebelum mengembalikan kemeja. Meski kikuk, tetapi ia tak lagi punya pilihan."Pak, kemejanya akan saya cuci dulu ba--""Tak perlu."Jawaban Rajendra yang kelewat dingin nyatanya berhasil membuat Ganes menelan ludah. Ia bahkan belum membayangkan ekspresi Rajendra yang sedemikian rupa."Tak perlu dicuci?" tanya Ganes hati-hati. Jawaban yang ambigu membuatnya harus kembali memastikan apa yang diinginkan sang direktur.Rajendra

  • Berawal dari Taruhan, Berakhir Dipinang CEO Tampan   Memikirkannya

    Ganes terus berdalih. Dalam perjalanan menuju sanggar seni, juga ketika pulang dari pekerjaannya yang kedua kali. Kepalanya dipenuhi banyak tanya dan sumpah serapah.Demi apa pun yang pernah ia miliki selama ini, Ganes tak pernah sekali pun merasakan yang namanya jatuh hati. Oleh sebab itu, ia benar-benar tak tahu apa lagi yang harus dikatakan pada sang kawan kala pertanyaan penuh jebakan ia terima dengan berat hati.Ganes mendesah panjang. Hari itu adalah hari terberat sepanjang sejarahnya. Tentu setelah perundungan usai menyabet juara pertama dan mengalahkan aktris bermodal besar.Untuk pertama kalinya, Ganes terus terngiang oleh sesuatu yang bukan mengenai uang. Tiap detik kala ia bertemu dan bersetatap dengan Rajendra, semua pertanyaan Faruk terus bercokol dalam kepalanya tanpa mau diempas.Keberuntungan bak berpihak pada Ganes saat jam kerja keduanya tiba. Karena seringnya melamun, aksinya saat adegan di perempuan serigala yang dipisahkan dari kawanannya pun berhasil dikuasai den

  • Berawal dari Taruhan, Berakhir Dipinang CEO Tampan   Tak Mungkin

    Ganes tak lagi memikirkan banyak hal. Ia mulai bekerja pada gedung kesenian di tengah kota usai memantapkan diri untuk tak lagi menoleh ke belakang.Meski kedua matanya tampak sembap sebab menghabiskan banyak waktu untuk menangis kemarin malam, setidaknya tubuhnya masih kuat untuk bekerja dan membersihkan banyak ruangan.Alih-alih berkonsentrasi untuk membersihkan ruangan, Ganes nyatanya malah teringat akan ucapan sang kawan semalam. Ia memang berubah lebih tenang setelah mendengar pendapat sang kawan. Namun, tetap saja ada yang masih mengganjal.Ganes ingat betul, bagaimana Diana memberi tanggapan atas apa yang ia ceritakan. Terlebih, setelah menggeleng sebagai jawaban atas tanya sang kawan mengenai sosok yang terus berputar dalam kepala."Bukan, Di. Bukan itu. Tapi, kumohon jangan katakan pada siapa pun. Kamu bisa menjaga janji, kan?"Diana mencebik. Ia melirik pada kanan dan kiri atas secara bergantian. "Itu bisa diatur dengan berbagai pertimbangan."Ganes mendesah. Ia sendiri tak

  • Berawal dari Taruhan, Berakhir Dipinang CEO Tampan   Mengacung

    Entah kenapa, pikiran Ganes terus melayang. Ia selalu teringat dengan apa yang dikatakan oleh Indri kala bertamu pagi tadi. Meski demikian, harusnya ia tak ambil pusing sebab ia tahu betul bahwa apa yang dikatakan oleh Indri memang benar adanya.Sayang, pikirannya tak bisa diajak berkompromi barang sebentar. Tetap saja, banyak kecamuk yang sebenarnya tak bisa Ganes mengerti apa kehendaknya.Diliriknya jam yang melingkar, lantas memilih untuk menepi sebab jam istirahatnya telah tiba. Beberapa kali, dua kawan seprofesi memang telah mengajaknya untuk makan siang. Namun, ia memilih untuk menyelesaikan moping di area ujung yang akan digunakan sejam kemudian.Usai demikian, Ganes terus beranjak ke luar. Ia memilih makan di warung tak jauh dari sanggar kesenian. Warung yang berbeda dengan warung yang ia kunjungi jika malam tiba.Saat makan pun, Ganes terus memikirkan tentang debar jantungnya yang meranyah. Tak lupa pula, ucapan Diana mengenai ciri-ciri orang yang tengah jatuh cinta.Betapa g

  • Berawal dari Taruhan, Berakhir Dipinang CEO Tampan   Dijodohin

    Ganes mematung di tempat. Ia mengerjap-ngerjap saat melihat telunjuk Rajendra. Alih-alih mencoba menjelaskan, ia masih terdiam. Terlebih, saat gurat wajah Indri tak mencerminkan keterkejutan yang sempat dibayangkan.Indri menderap langkah anggunnya dengan pelan. Dilewatinya Ganes yang masih tak bergerak. Lantas, terus menderap langkah menjauh dari tempat Ganes masih berpijak.Sadar bahwa bukan ia yang ditunjuk Rajendra, Ganes memejam. Ia menghela napas panjang. Entah kenapa, ia merasa begitu gugup tak keruan. Padahal, jika memang benar pun sang direktur telah menunjuknya, bukankah harusnya Ganes merasa bangga?Belum usai keterkejutan Ganes, tepukan pada bahu berhasil membuatnya kembali terkesiap. Ia mendongak, menatap sang direktur yang menyungging senyum penuh kemenangan."Kenapa? Kamu merasa tersaingi dengan kehadirannya?"Pertanyaan Rajendra hampir membuat Ganes meluapkan amarah. Selain nyeri hati, ia juga merasakan sensasi tak biasa. Bak meledak-ledak. Namun, belum juga ia buka su

  • Berawal dari Taruhan, Berakhir Dipinang CEO Tampan   Attitude

    Ganes telah mengganti pakaian. Wajahnya suram. Kecamuk dalam kepalanya tak berarti apa pun lagi selain dengan kekecewaan yang begitu mendalam.Alih-alih bersiap, gurat wajah Ganes terlihat begitu lesu tak keruan. Ia memilih untuk merebah pada wastafel di kamar mandi.Entah mengapa, sejak mendengar gosip yang berembus mengenai Indri dan Rajendra, Ganes murung tanpa sebab. Meski ia sendiri ingin menyangkal, ia sendiri tak mampu menahan kecewa yang begitu mendalam.Ganes melirik jam. Butuh lebih dari setengah jam lagi untuknya masuk dalam teater, melihat sendiri dengan kedua mata mengenai intimnya kedekatan Indri dan Rajendra.Cepat, Ganes menggeleng pelan. Dihelanya napas panjang sebelum akhirnya bangkit dengan pelan. "Entahlah. Badmood rasanya."Ganes telah keluar dari kamar mandi di ujung lorong. Meski ia ingin keluar, enggan rasanya untuk melewati teater tempatnya berlatih selama beberapa minggu belakangan."Harus gimana aku?"Pertanyaan Ganes benar-benar membuatnya bingung sendiri.

  • Berawal dari Taruhan, Berakhir Dipinang CEO Tampan   Mengaku

    "Ya, Ganes. Dia adalah pelaku perundunganmu. Dialah yang membuatmu harus membayar mahal atas apa yang tak kau inginkan. Dialah Batari Indri. Tari yang dulu membuatmu begitu sengsara."Terang saja, Rajendra menganga tak percaya. Bukan hanya itu, ia sampai harus menatap Tari dengan begitu lekat. "Apa itu benar, Indri?""Dia pergi ke luar negeri untuk menghapus jejak. Nama Tari tercemar. Itu sebabnya, ia mengganti nama panggilannya dengan nama belakang. Lantas, setelah mengetahui hal ini, apakah kau akan tetap diam di sana, Ganes? Adakah sesuatu yang ingin kau sampaikan?"Ganes terlihat tak percaya. Sisi lain dirinya menggeram. Otot-otot pada sekitar rahang dan lehernya pun mencuat. Napasnya memburu kencang. Terlebih, ia ingat betul bagaimana perundungan itu terjadi seolah-olah baru kemarin ia menjadi korban.Melihat itu, Indri mengelak. Ia benar-benar menggeleng dengan mantap."Bu, itu tidak benar! Siapa yang telah memfitnahku? Aku bahkan tak pernah mengenal perempuan itu! Aku baru bert

  • Berawal dari Taruhan, Berakhir Dipinang CEO Tampan   Tetap Pelit Seperti Biasanya

    Ganes telah dalam perjalanan pulang. Senyum tak kunjung berhenti terpatri di wajahnya yang rupawan. Nyatanya, hanya dengan meluapkan semua kemarahan yang sempat dipendam bertahun-tahun lamanya, ia merasa begitu lega.Nyatanya, debar dalam dadanya yang meranyah kala pagi tiba, bukan dikarenakan nama Rajendra yang disebutkan, tapi sebab suara Tari yang alam bawah sadarnya kenal baik sebagai pembully di masa silam.Ia telah melewati traffic light terakhir sebelum tiba di bangunan dua lantai yang disewa saat teringat akan kekecewaannya yang mendalam. Ia mengernyit, lantas mencoba menerka-nerka sendiri."Mungkin, karena melihat orang yang mempercayakan peran itu padaku malah mencoba memberikan peran yang sama pada orang lain. Ya, sudah pasti begitu!"Ganes terus melaju setelah lampu berubah hijau. Keyakinannya yang kuat diiringi tekad yang besar rupanya cukup untuk membangkitkan keinginannya untuk maju selangkah lebih jauh sekali lagi. Terlebih, ia telah mengangguk, menyanggupi apa yang di

Bab terbaru

  • Berawal dari Taruhan, Berakhir Dipinang CEO Tampan   Gajian Kedua

    Ganes menghela napas panjang. Ia benar-benar tak habis pikir dengan pemikiran sang kawan. Terlebih, niat yang dikukuhkan demi bisa menyainginya.Padahal, Ganes tak pernah melupakan Diana. Ia bahkan selalu berterimakasih atas segala hal, meski tak pernah diterima. Namun kini, alih-alih mendukung ia akan mendapat tusukan dari kawan sendiri.Ganes telah menyelesaikan tiga permintaan antar dari aplikasi ojek online yang menaunginya. Ia memilih menepi sebentar di pinggir jalan. Bukan untuk sarapan, melainkan untuk membuka pikiran.Sudah barang pasti ada hal yang tak memuaskan bagi Diana hingga harus berniat hendak menusuknya dari belakang. Walaupun Ganes tak tahu pasti apa itu, tapi ia memaksa untuk mengingat banyak hal.Nyatanya, ia merasa memang tak pernah punya salah. Begitu pun Diana. Tak ada tanda-tanda sikap Diana yang berubah. Terlebih, setelah ia diberikan peran untuk debut pertama.Mau tak mau, Ganes mencoba menghubungi sang kawan. Telah ia kirimkan pesan singkat pada Diana hanya

  • Berawal dari Taruhan, Berakhir Dipinang CEO Tampan   Anak Emak yang Lainnya

    "Apa yang membuatmu begitu ikut campur atas masalah keluargaku, Nes? Masalahmu sendiri saja, kamu tak mampu menyelesaikannya! Lantas, kenapa ikut campur masalah orang?"Pertanyaan Diana terus terngiang dalam kepalanya. Sudah berhari-hari ia tak lagi bertemu dengan Diana. Jangankan bertemu dan kembali bersenda gurau, untuk saling menyapa dalam pesan singkat pun keduanya terlihat enggan.Ganes dengan kekecewaannya yang mendalam sedangkan Diana dengan kekesalannya sebab dituduh sedemikian rupa. Sudah tujuh hari pula ia bekerja lebih dari delapan jam tiap harinya demi menebus jam tayangnya saat pertunjukan.Bak didatangi Dewi Fortuna. Hal itu lantas membuat Ganes terlihat lebih sibuk dari biasanya. Dengan begitu, ia tak harus segera pulang ke rumah. Usai bekerja, ia akan melanjutkan pekerjaan utamanya sejak beberapa tahun silam, yakni menjadi sopir ojek online.Selama bekerja pun, tak ada satu patah kata yang bisa ia ungkap selain menjawab sapaan para aktris muda. Penampilannya dalam debu

  • Berawal dari Taruhan, Berakhir Dipinang CEO Tampan   Panjang Tangan

    "Saya tak pernah kenal dengan orang tua saya, Bu. Jangankan nama, darah yang mengalir saja tak akan mampu lagi mengenali mereka."Pernyataan yang masih terngiang-ngiang dalam kepala Ganes itu benar-benar membuatnya memikirkan banyak hal. Meski ia sendiri yang mengatakan demikian, tetapi saat mengingat ucapan Rosmana, ia mulai resah nan bimbang.Jam sudah menunjuk ke angka sepuluh setelah ia ngebit beberapa jam sepulang dari kediaman Nyonya Saras. Tujuh permintaan antar pun telah ia selesaikan dalam waktu dua jam. Lantas, segera ditujunya bangunan dua lantai yang menjadi tempatnya berpulang setelah sadar hari kian malam.Ganes telah merebahkan badan di kasur lantainya. Spon busa densiti tinggi itu berhasil meredam sakit punggung dan pinggangnya seketika. Ia mendesah panjang, lantas kembali terpikirkan mengenai jawaban Nyonya Saras.Bukan tanpa sebab. Tepat usai ia membersihkan badan, kala ia sibuk menenggak teh rempah buatan Nyonya Saras, ada yang membuatnya begitu resah. Melihat sang

  • Berawal dari Taruhan, Berakhir Dipinang CEO Tampan   Wajah yang Dikenal

    Tujuh hari pertunjukan Ganes telah usai. Namun, hutang pekerjaan Ganes belum juga terbayar. Sejak awal, Rajendra memang telah menyiapkan segalanya. Mengenai neraka yang berkemungkinan akan membuat Ganes jera.Meski ada tanda tangan di atas kertas mengenai pertunjukan yang masih berada di jam kerja telah dihitung kerja, tetapi nyatanya ada catatan terakhir yang membuat Ganes rugi besar."Sialan emang si Jendra. Aku baru tau kalo pas tanda tangan mesti baca semua poin yang tertuang. Yang kutahu kan, cuma perjanjian bahwa pertunjukanku termasuk jam kerja."Gerutuan Ganes tak juga berhenti meski jam sudah menunjuk ke angka lima. Meski ia tak lagi berlatih di aula seperti yang sudah-sudah, tetapi tetap saja ia sudah bekerja lebih dari delapan jam."Sialnya, itu poin malah tercetak lebih kecil dan ditebalkan. Bodohnya, aku enggak baca. Halah. Emang otak si Jendra aja yang liciknya enggak kira-kira."Sekali lagi, Ganes tengah moping sembari terus mengomel tanpa jeda. Padahal, tak ada lagi se

  • Berawal dari Taruhan, Berakhir Dipinang CEO Tampan   Terpisah

    Ganes baru saja usai memerankan pertunjukan di hari keduanya usai debut pertama kemarin sore. Dibukanya senyum lebar saat melihat Faruk yang datang sembari membawa buket uang.Bukan tanpa sebab. Sebagai permintaan maafnya tempo hari, Ganes memilih mengirimkan Faruk tiket pertunjukan.Kebetulan, Faruk pun tengah mengambil cuti sebab kondisi kesehatan yang tak memungkinkan. Itu sebabnya, ia bisa hadir memenuhi undangan dari sang kawan."Aku enggak nyangka, Nes, kamu sehebat ini. Sumpah, Ganes yang dulu ingusan, nangisan, gembengan, suka cari gara-gara, bisa semenakjubkan ini. Enggak salah emang kalo aku jadi kawanmu sejak dini. Membanggakan sekali!"Ganes tersipu mendengar pujian Faruk yang tiada habisnya. Ia telah menerima buket uang bernilai ratusan ribu dengan senyum mengembang. "Jangan muji terlalu tinggi, Ruk. Aku masih sebutir nasi di tengah kuah soto yang lagi dipanasi. Ngeri kalo sampek ledeh sendiri."Faruk terbahak-bahak. Ia telah menepuk bangku kosong di sebelahnya demi mengu

  • Berawal dari Taruhan, Berakhir Dipinang CEO Tampan   Menunggu

    Ganes mulai membuka ponsel saat merebah di kamar. Beberapa headline berita ternama, menyorot namanya yang mulai banyak dikenal. Beberapa kali, senyumnya terkembang. Namun, tepat saat ia hendak berbangga dengan pencapaian diri, ia teringat akan kesalahannya sendiri.Ganes berusaha menarik napas dalam-dalam. Dibukanya salah satu pesan dalam aplikasi dalam jaringan. Dibukanya nama profil dengan gambar sang kawan sejak masih di panti asuhan.Ia ingat betul, beberapa hari sebelum debut pementasannya tiba, ia salah paham dengan apa yang terjadi pada Diana. Ganes masih berutang maaf, meski persahabatan mereka lebih dari sekadar terima kasih dan maaf."Kamu ngapain Diana, Ruk?" tanya Ganes kala itu.Ia yang telah naik pitam sebab melihat kondisi Diana yang awut-awutan, langsung melabrak sang kawan yang dikenal bak playboy kelas teri sejak masih sekolah."Ngapain Diana gimana? Aku kenal Diana aja enggak. Cuma sekedar ngomong berdua dan tanya-tanya. Titip salam juga. Enggak ngapa-ngapain, kok,"

  • Berawal dari Taruhan, Berakhir Dipinang CEO Tampan   Membayar

    Ganes tercekat. Kerongkongannya kering kerontang. Entah kenapa, pernyataan Tari berhasil membuatnya mematung di tempat.Butuh waktu lebih dari semenit untuk Tari pergi dari sisi lain tempat Ganes mengerjap-ngerjap. Lantas, di detik berikutnya, Ganes telah menatap gamang seluruh gemerlap malam.Dadanya terasa sesak. Begitu juga dengan geliginya yang terus menggemeletuk tak keruan.Hampir saja kaca-kaca di kedua matanya pecah saat Diana dan Emak tiba di hadapan. Cepat, Ganes menatap angkasa malam. Langit gulita yang dipenuhi kerlap-kerlip bintang usai badai menerjang."Bagus kan langitnya? Padahal, tadi ujan badai. Angin kenceng juga. Tapi yang di dalem enggak denger apa pun karena saking terpukaunya orang-orang sama peran yang kamu mainkan."Ganes masih mengerjap-ngerjap. Ia mengangguk meski kepalanya terus mendongak.Melihat tingkah absurd sang kawan, Diana makin kebingungan. Ditatapnya sang emak yang sudah ikut mendongak, lantas ia turut serta menatap langit malam yang kelam. "Ada ap

  • Berawal dari Taruhan, Berakhir Dipinang CEO Tampan   Lebih Baik

    "Selamat, Ganes! Itu tadi bener-bener luar biasa! Sumpah, aku Sampek merinding pas ada yang nyambukin! Kesel sama si Geral. Sumpah! Udahlah jahat, mau sok jadi orang yang ngadopsi Jean, malah enggak taunya Jean yang udah belajar berdiri diperlakukan kayak binatang lagi hanya demi duit. Setan, emang!"Ganes tertawa saat mendengar apresiasi dari sang kawan. Ia hanya mengangguk, lantas kembali berterimakasih atas kehadiran mereka."Makasih banget, sudah mau jadi bagian dari pertunjukan ini. Makasih, Bu Ros, Emak, Mama sama Mami."Mama, sebutan untuk pengurus panti yang ia kirimi tiket pertunjukan VIP pun hanya bisa mengangkat kedua jempolnya setinggi dada. "Akhirnya, apa yang pernah kamu cita-citakan, apa yang pernah kamu kagum-kagumkan, benar-benar tercapai. Selamat, Ganes."Mendengar itu, kaca-kaca pada kedua mata Ganes pun tercipta. Ia teringat akan sosok Bunda, orang yang terus mendukungnya sejak lama. "Hanya ini yang bisa kubanggakan."Mami menunjukkan gambar yang diambil melalui po

  • Berawal dari Taruhan, Berakhir Dipinang CEO Tampan   Tebak

    Terang saja, seluruh penonton menganga tak percaya. Di detik berikutnya, mereka semua bertepuk tangan kian meriah, seolah-olah menyambut baik usaha Ganes yang terus memerankan perannya dengan baik.Butuh lebih dari tiga jam untuk sandiwara teater itu berjalan dengan sempurna. Meski di pertengahan drama, seluruh lampu penerangan padam begitu saja. Namun, para aktor dan aktris itu tetap bersandiwara dengan baik.Walaupun begitu, penerangan dibantu dengan beberapa cahaya lampu sorot tangan. Nyatanya, diesel yang dimiliki pun tak mampu mengangkat konsumsi listrik gedung sebab kurangnya pemeliharaan.Beruntungnya, suasana remang-remang yang tercipta tanpa direncanakan itu berhasil memberi nuansa baru pada drama yang dibintangi oleh sang aktris di debut perdananya. Tepuk tangan kian riuh, bergemuruh saat Ganes dan kawan-kawan tampil di depan panggung, memberi salam terakhir saat Jean berhasil berjalan dengan kedua kaki.Debut Ganes sukses besar. Seluruh orang bertepuk tangan, bersiul, bahka

DMCA.com Protection Status