Kaila masih menikmati tubuh suaminya dengan begitu sayang. Ia melepaskan pelukannya dan menatap suaminya yang tinggi tegap itu. Melviano pun menunduk manatap wajah istrinya yang sayu.
Melviano mengusap air mata yang masih menempel di pipi istrinya. Melviano tersenyum manis.
“Kenapa nangis, hmm?” tanya Melviano membetulkan rambut Kaila yang berterbangan terkena angin.
“Senang, kaget juga speclees,” ungkap Kaila masih sedikit tersendat. Kaila masih enggak menyangka kalau suaminya akan menyiapkan momen makan malam seromantis ini. Lagian ini tuh candylight dinner terbaik yang Kaila terima. Soalnya sebelumnya enggak pernah diperlakukan seperti ini sama orang, maklum dulu jomlo.
“Suka?” tanya Melviano menuntun Kaila untuk duduk di kursi yang sudah Melviano siapkan.
Kaila mengangguk dan tersenyum senang. “Banget.”
Kaila duduk, Melviano merogoh saku tuxedonya dan mengeluarkan kotak beludru warna merah.
Setelah menghabiskan waktu malam untuk candylight dinner, saat ini Kaila sedang bersiap-siap akan tidur. Tapi sebelum itu, Kaila membersihkan sisa bekas make up yang sudah digunakan tadi.“Harus dibersihkan?” tanya Melviano memperhatikan istrinya.“Iya dong, biar enggak cepat penuaan dini. Masa nanti umur aku 20 tahun udah kayak nenek-nenek sih.”Melviano tertawa mendengar lelucon yang dilontarkan istrinya.“Kamu ini jago ngelawak, ya,” ujar Melviano.“Enggak juga, kalau jago aku sudah ikut audisi stan up komedi deh.”“Kenapa nggak coba daftar aja?” ledek Melviano.“Gimana dong, mau berkarir aja susah, lulus sekolah dikawinin sama kakek-kakek gitu,” ujar Kaila sengaja meledek MelMel.“Hah, kakek-kakek gimana maksud kamu?”“Tuh kakeknya.” Kaila menunjuk Melviano dengan dagunya. Dan Melviano langsung melotot dikatain
Setelah semalam mereka melakukan percintaan panas yang begitu membara. Sampai mereka berdua bergonta-ganti posisi agar tidak pegal dan capek.Baik Kaila dan Melviano saat ini masih sama-sama tidur akibat kelelahan. Padahal semalam sebelum tidur, Kaila meminta kalau hari ini mereka belanja sebelum mereka terbang ke Los Angeles.Bel kamar yang bunyi pun tak bisa membuat pasangan yang sedang gencar mengejar setoran pun tak kunjung bangun."Emmm ...," gumam Kaila mendengar suara berisik.Ia melihat sinar matahari yang sudah menembus ke dalam kamar hotelnya. Memangnya ini jam berapa sih! Kenapa matahari sudah nongol aja begitu. Padahal Kaila merasa baru saja merem. Mata saja masih terasa sangat sepet banget.Kaila mengambil hape milik Melviano yang bergetar terus menerus di atas nakas."Addison?" gumam Kaila melihat id caller yang terpampang.Dengan cepat, Kaila menggeser panggilan dari Addison."Kau sedang apa? Kenapa aku pencet-pe
Kaila saat ini hanya bisa gulang-guling saja di atas kasur. Ia bingung mau melakukan apa! Permen kapas yang dibeli pun hampir habis. Tenggorokan Kaila sudah mulai merasa sakit kebanyakan makanan manis.Petugas servis room datang membawa makanan yang dipesan suaminya tadi. Kaila memperhatikan petugas itu yang sedikit salah tingkah. Tidak ada obrolan sama sekali. Kaila hanya memperhatikan petugas itu sampai selesai menyajikan makanan di atas meja.“Excuse moi,” ucap petugas itu di depan pintu sambil menunduk.“Merci,” balas Kaila. Lagian Kaila hanya tahu bahasa Perancis hanya itu saja. Lainnya nanti saja belajar, menyusul.Kaila menghela napasnya, ia akan makan sendirian. Lagian suaminya masih di luar. Enggak mungkin banget dalam waktu dekat akan cepat kembali. Apalagi pergi bersama teman, bisa lupa waktu.Terpaksa Kaila menyantap makan pagi yang kesiangan. Kata orang namanya brunch. Selesai Brunch, Kaila bingung akan ngapain
Kaila dan Melviano turun dari taksi, mereka bergandengan tangan menyusuri jalan trotoar untuk menuju ke pusat oleh-oleh kota Paris.“Bakalan kangen deh sama Paris nanti,” gumam Kaila pelan yang masih bisa didengar oleh MelMel.“Mau menetap di sini, hmm?” tanya Melviano menggoda.“Boleh juga, tapi aku juga pengin ke Turkey,” rengek Kaila manja.Melviano tersenyum jahil. “Udah enggak sabar honeymoon, ya?” bisik Melviano yang membuat Kaila menatap garang.“Apaan sih, orang pengin lihat balon udara yang banyak di sana, pemandangan Cappodocia bagus kalau aku lihat di instagram,” seru Kaila.“Kirain nggak sabar karena pengin honeymoon.”“Isssh, pikiran kamu tuh, ya.”Melviano terkekeh geli menatap Kaila yang misuh-misuh jika digoda seperti itu.Mereka berdua melanjutkan perjalanan ke toko pernak-pernik kota Paris. Kaila menatap bangunan y
Setelah selesai makan malam, saat ini Kaila sedang bersender manja di dada bidang suaminya sambil mengusap perut kotak-kotak yang saat ini menjadi candunya. Perut yang kalau dicubit rasanya susah sekali, tapi bikin orang yang melihat langsung berkhayal ke mana-mana. Perut idaman semua wanita, perut yang bikin Kaila tersenyum sendiri jika memegangnya.“Besok udah kembali ke Los Angeles, kamu bakalan sibuk kerja dan aku akan kesepian di mansion,” keluh Kaila sendu, ia tidak bisa membayangkan akan mati kebosanan jika menunggu MelMel pulang kantor.“Kan kamu banyak teman, banyak maid yang bisa diajak kamu ngobrol,” balas Melviano sambil mengusapi kepala Kaila dengan lembut.“Iya, tapikan beda saja rasanya. Mereka semua itu nggak asyik, semuanya kaku kayak kanebo kering, Mel,” tutur Kaila langsung membetulkan posisinya. Ia langsung duduk tegap menatap suaminya. Melviano hanya mengangkat alisnya sebelah ditatap Kaila begitu in
Kaila mengerjapkan matanya perlahan-lahan. Ia mengusap ranjang di sampingnya yang kosong. Kemana perginya MelMel? Mandi? Tapi Kaila tidak mendengar suara air. Kaila dengan cepat bangun, ia menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya.Kaila masih merasa ngantuk, tubuhnya terasa pegal-pegal seperti habis lari maraton. Semalam MelMel selalu minta coba lagi, coba lagi terus sampai Kaila melambaikan tangan.Ceklek.Kaila menatap orang yang masuk, ternyata suaminya bersama seorang bellboy.“Pagi, sayang. Sudah puas tidurnya?” tanya Melviano sambil diikuti seorang bellboy di belakangnya.Bellboy itu menaruh berbagai menu makanan di meja dan menatanya begitu rapi. Kaila semakin menaikan selimutnya ke atas. Bellboy itu langsung pamit pergi setelah selesai. Kaila sedikit takut gara-gara waktu itu, di saat Melviano pergi dan hanya dirinya sendirian di kamar.“Kamu habis dari mana?” tanya Kaila tanpa menjawab
Saat ini, mereka telah sampai di bandar udara Los Angeles.Kaila merasa penglihatannya kunang-kunang saat akan menuju mobil yang sudah menjemputnya.Bruukk."Kailaaaa!" teriak Addison yang berjalan di belakang Kaila.Melviano langsung menengok ke belakang saat mendengar nama istrinya dipanggil dengan sangat kencang. Ternyata Kaila pingsan di tangkap oleh Addison.Dengan sangat cepat, Melviano menggotong Kaila berlari menuju pusat kesehatan yang terdapat di bandar udara ini."Kaila ... please, ku mohon sayang, please bangun," gumam Melviano yang berlari cepat.Wajah pucat pasi Kaila membuat hati Melviano khawatir. Sejujurnya tadi Melviano selalu menanyakan kondisi Kaila yang pucat, namun Kaila selalu bilang tidak apa-apa.Setelah sampai, Kaila langsung dibaringkan di atas brangkar, Dokter jaga pun langsung segera memeriksanya.Dokter itu mengecek perut Kaila yang sedikit mengeras."Apa dia baik-baik saja, Dok
Kaila langsung meninju perut suaminya itu dengan gemas. Lagian MelMel ada-ada saja. Masa Mom-nya dikatain sinting sih! Kan enggak boleh begitu, emangnya mau jadi anak durhaka yang nanti dikutuk jadi kodok."Kamu enggak sopan ngatain Mom begitu," tegur Kaila."Hehehe, bercanda doang sayang.""Tetap enggak boleh, emang mau dikatain anak durhaka?""Enggak mau.""Ya udah jangan begitu lagi.""Iya-iya, sayang. Tumben nih kamu dewasa," ledek Melviano sambil mengangkat tubuh kecil Kaila ala bridal style.Kaila terkejut kalau MelMel suka angkat tubuh tiba-tiba begini. Untung saja Kaila tidak punya riwayat sakit jantung."Mentang-mentang aku enteng, kamu suka seenaknya begini," gerutu Kaila sambil mengalungkan lengannya di leher MelMel."Siapa suruh punya tubuh enteng.""Terus aku harus gemuk?""Jangan, begini saja. Aku suka," bisik Melviano serak.Melviano membuka pintu kamarnya menggunakan kakinya. Ia langs