Pelukan demi pelukan Rena dapatkan dari para wanita yang berada di sana, wanita-wanita yang menyayanginya dan terbukti selalu ada ketika dirinya sedang berada di bawah seperti saat ini. Setelah euforia itu berakhir, para pria memutuskan untuk pindah ruangan karena ada beberapa yang akan mereka bica
“Mas...Kata Tante Mery, cake lumer coklat buatan aku katanya enak,loh!” celetuk Rena. Saat ini keduanya sudah berada di atas tempat tidur setelah menidurkan Rendra di kamar sebelah. Andra mengangguk setuju membalas ucapan ucapan istrinya. “Kalau aku jualan kue itu boleh ga Mas?” tanya Rena hati-h
Mengalihkan sejenak mengenai segala bentuk pikirannya mengenai apa yang sedang dirasakan Rendra tadi. “Iya..ya Ma?!” Rendra menoleh, merasa apa yang diucapkan Mamanya tadi masuk akal. “Iyaaa....” balas sang Mama antusias. “Kalau gitu sekarang Abang mandi dulu Ma, Mama tunggu di bawah ya...” Rendr
Taksi online yang membawa Ibu dan anak itu telah sampai tepat di depan pintu rumah sakit, keduanya pun turun setelah Rena memberikan uang tunai selembar berwarna biru. “Ma....Aku mau pipis!” rengek Rendra ketika keduanya baru saja melangkah memasuki loby rumah sakit membuat Rena menoleh dan tidak f
Begitu larutnya Rena dengan prasangka hingga panggilan dokter yang ketiga kalinya barulah ia dengar. “Eh...Iya dokter, maaf!” ucapnya tergagap. “Bulan depan kontrol lagi ya Bu, ajak suaminya!” “Baik Dok, terimakasih!” “Hey Boy, jaga Mamanya Ya!” Dokter Maximus menggoda Rendra saat anak itu sud
Setelah drama lampu merah tadi, akhirnya Andhika dan Indira memutuskan menepi mencari restoran untuk makan siang. Rena memilin ujung blousenya ketika berjalan beriringan bersama sang suami dengan Rendra berada di antara mereka. Rena takut pada suaminya sendiri, bila pria di luaran sana mendapat ju
Andra optimis akan mengembalikan kejayaannya seperti dulu lagi. Hari sudah hampir sore ketika mereka menghentikan perbincangan seru itu dan menggunakan mobil berbeda untuk kembali ke rumah masing-masing. Dalam perjalanan pulang, Andra masih bungkam tidak berniat membuka suara sama sekali. Ada per
Rasa bersalah itu tergantikan oleh kecewa yang semakin mendalam. “Aku minta maaf Mas, aku ga ada maksud....” Rena bersimpuh di atas ranjang di samping suaminya sambil terisak, tak sanggup melanjutkan kalimatnya karena rasa sesak di dada. Andra tidak bisa melihat air mata itu terus mengalir apalagi
Kepala Rena mendongak, ingin menatap wajah suami tampannya. Beberapa detik keduanya hanya saling menatap bersama senyum tipis. Kemudian kepala Andra menunduk untuk mengecup bibir Rena. “Jangan kaya gitu mukanya.” Andra yang kembali memeluk Rena pun memprotes dengan gumaman. “Gitu gimana?” Re
“Mamaaaaa ….” Zeline yang berteriak paling kencang, merentangkan kedua tangan berlari memburu sang mama yang baru pulang dari Singapura. “Sayang.” Rena melirih dengan mata berkaca-kaca, dia berlutut menggunakan kedua tangan terentang menunggu Zeline masuk ke dalam pelukan. Narendra juga bergerak
Malam itu mereka berkumpul di rumah Andra karena Edward memiliki sebuah informasi yang mungkin bisa membuat Rena kembali seperti dulu. Ibu dan Bapak pun ada di sana juga Aras dan Saras-istrinya. “Jadi gini, gue kenal seorang dokter Hipnoterapis yang bagus … gue udah ceritakan kondisi Rena sama d
Dari semenjak mimpi buruk dalam hidup Rena yang menyatakan bahwa dia harus kehilangan Nadine, Rena berjuang untuk tetap waras dan tidak terpuruk demi Nadhif. Merelakan itu tidak mudah, apalagi sesuatu yang sangat diinginkan dan dicintai. Anak-anaknya terutama Nadhif lah yang menguatkan Rena. S
“Kak … tolong selamatin Nadhif Kak, please … gunakan segala cara, aku mohon.” Rena berlinang air mata memohon kepada Edward. “Ren … aku enggak bisa janji apa-apa ya, tapi petugas medis di sini akan melakukan yang terbaik,” kata Edward menenangkan. Para petugas medis keluar masuk ruang operasi me
Andra dan Rena pernah mendapat cobaan dari segi materi yaitu ketika Andra harus menikahi Cynthia atas dasar wasiat sang ayah atau kehilangan perusahaan dan Andra memilih kehilangan perusahaan dari pada memadu istri yang sangat dia cintai, dia rela memberikan semua kerja kerasnya kepada Cynthia lalu
“Mama kapan pulang, Pa?” Zeline bertanya saat sang papa mengantarnya tidur. Sebenarnya Rena sudah diperbolehkan pulang dan bisa melakukan pemulihan di rumah tapi dia tidak ingin meninggalkan rumah sakit bila tidak membawa Nadhif sementara Nadhif belum bisa keluar dari NICU. “Sebentar lagi sayang
Meski salah satu anaknya tidak selamat, tapi Rena masih tetap bersyukur karena satu anaknya lagi masih bisa bertahan meski harus dirawat sementara waktu di NICU. Rena juga menyesal karena tidak bisa ikut memakamkan putrinya yang diberi nama Nadine Alysandra Gunadhya lantaran kondisinya belum stabi
“Mama … adik kangen.” Zeline yang naik ke ranjang hidrolik di mana sang mama tengah berbaring, memberikan pelukan erat. Sudah seminggu tidak bertemu sang mama yang dirawat di rumah sakit membuat Zeline bersedih. “Mama juga kangen sama adik.” Dan mendengar suara mama yang lirih, seketika Zeline