Jam menunjukan pukul dua dini hari saat privat Jet milik Andra mendarat mulus di Halim Perdana Kusuma. Pak Syam sudah menunggu di pintu kedatangan, kedua executive muda itu seolah dikerjar waktu melangkah cepat meninggalkan landasan pacu tersebut. “Pak … Antar saya dulu ke apartemen ya!” perintah
Andra masih merasakan pening saat menginjakkan kakinya di bandara dan sekarang harus menyusul istrinya ke Bandung mengemudikan sendiri mobilnya. Perjalanan Bandung Jakarta hanya tiga jam Andra tempuh dengan kecepatan maksimal, dia mengemudikan mobilnya seperti tidak menyentuh pedal rem sama sekali.
Rena yang dipeluknya sudah berubah menjadi guling, matanya memindai ke seluruh ruangan dan tertuju pada baju ganti yang sudah Rena siapkan di kursi meja rias. Andra mendudukan tubuhnya kemudian menuangkan air kedalam gelas yang sudah istrinya siapkan di atas nakas, setelah meneguknya hingga tandas
Saat itu Rena tidak memikirkan anggapan Andra tentangnya, yang ada dalam pikiran Rena adalah hanya ingin mengesankan Andra dan tidak mau kalah dengan Monica. Berbekal pengalamannya selama setahun lebih menikah dengan Andra, Rena pun berusaha lebih agresif untuk membuat Andra melenguhkan namanya. S
Di hari minggu sore, Andra dan Rena pulang ke Jakarta. "Pak … Bu ... kami pulang dulu." Andra pamit sambil menyalami kedua mertuanya. "Hati-hati Nak Andra, semoga selamat sampai Jakarta,” balas ibu dan bapak mendoakan. “Kalian belajar yang bener ya jangan pacaran saja.” Rena memberi ultimatum kep
"Ya udah enggak apa-apa ... kamu masuk gih, aku enggak mau suami kamu mikir macem-macem lagi, nanti aku kena tonjok!” kelakarnya melucu. Rena tertawa pelan meningkahi. "Oke terimakasih ya dan maaf sekali lagi,” katanya sembari menjauh. "Ko Mas gitu sama dia?” protes Rena lagi masih belum terima de
Tiga hari kerja adalah waktu yang diberikan kantor tempat Rena bekerja untuk mempersiapkan kepindahan. Selama tiga hari itu Andra mengosongkan jadwalnya untuk membantu Rena menyiapkan kebutuhan salama di tempat baru, sebetulnya itu hanya alasan saja karena Rena tidak memerlukan banyak barang yang d
“Mau kemana?” suara bariton sexy yang kini terdengar parau karena baru bangun tidur, mengejutkan Rena. Padahal sudah sangat pelan memindahkan tangan kekar yang melingkar di pinggangnya tapi pria itu masih saja terusik. “Mau ke kantor Mas, banyak yang harus aku urusin,” jawab Rena sambil mengelus l
Kepala Rena mendongak, ingin menatap wajah suami tampannya. Beberapa detik keduanya hanya saling menatap bersama senyum tipis. Kemudian kepala Andra menunduk untuk mengecup bibir Rena. “Jangan kaya gitu mukanya.” Andra yang kembali memeluk Rena pun memprotes dengan gumaman. “Gitu gimana?” Re
“Mamaaaaa ….” Zeline yang berteriak paling kencang, merentangkan kedua tangan berlari memburu sang mama yang baru pulang dari Singapura. “Sayang.” Rena melirih dengan mata berkaca-kaca, dia berlutut menggunakan kedua tangan terentang menunggu Zeline masuk ke dalam pelukan. Narendra juga bergerak
Malam itu mereka berkumpul di rumah Andra karena Edward memiliki sebuah informasi yang mungkin bisa membuat Rena kembali seperti dulu. Ibu dan Bapak pun ada di sana juga Aras dan Saras-istrinya. “Jadi gini, gue kenal seorang dokter Hipnoterapis yang bagus … gue udah ceritakan kondisi Rena sama d
Dari semenjak mimpi buruk dalam hidup Rena yang menyatakan bahwa dia harus kehilangan Nadine, Rena berjuang untuk tetap waras dan tidak terpuruk demi Nadhif. Merelakan itu tidak mudah, apalagi sesuatu yang sangat diinginkan dan dicintai. Anak-anaknya terutama Nadhif lah yang menguatkan Rena. S
“Kak … tolong selamatin Nadhif Kak, please … gunakan segala cara, aku mohon.” Rena berlinang air mata memohon kepada Edward. “Ren … aku enggak bisa janji apa-apa ya, tapi petugas medis di sini akan melakukan yang terbaik,” kata Edward menenangkan. Para petugas medis keluar masuk ruang operasi me
Andra dan Rena pernah mendapat cobaan dari segi materi yaitu ketika Andra harus menikahi Cynthia atas dasar wasiat sang ayah atau kehilangan perusahaan dan Andra memilih kehilangan perusahaan dari pada memadu istri yang sangat dia cintai, dia rela memberikan semua kerja kerasnya kepada Cynthia lalu
“Mama kapan pulang, Pa?” Zeline bertanya saat sang papa mengantarnya tidur. Sebenarnya Rena sudah diperbolehkan pulang dan bisa melakukan pemulihan di rumah tapi dia tidak ingin meninggalkan rumah sakit bila tidak membawa Nadhif sementara Nadhif belum bisa keluar dari NICU. “Sebentar lagi sayang
Meski salah satu anaknya tidak selamat, tapi Rena masih tetap bersyukur karena satu anaknya lagi masih bisa bertahan meski harus dirawat sementara waktu di NICU. Rena juga menyesal karena tidak bisa ikut memakamkan putrinya yang diberi nama Nadine Alysandra Gunadhya lantaran kondisinya belum stabi
“Mama … adik kangen.” Zeline yang naik ke ranjang hidrolik di mana sang mama tengah berbaring, memberikan pelukan erat. Sudah seminggu tidak bertemu sang mama yang dirawat di rumah sakit membuat Zeline bersedih. “Mama juga kangen sama adik.” Dan mendengar suara mama yang lirih, seketika Zeline