Tok...Tok...Ceklek … Santi membuka pintu ruangan Andra, langkah anggunnya perlahan lalu berhenti tepat di depan meja Andra."Pak … pak Randy ingin mengadakan pertemuannya di Bandung, karena kesehatannya tidak cukup baik untuk pergi ke Jakarta.” Santi memberi informasi yang baru saja dia dapat dari sekretaris pak Randy."Oke … besok kita pergi ke Bandung, ajak Ricko juga.” Sang Presdir tampan memberikan instruksi, pandangannya kembali fokus pada layar MacBook. "Oh ya … tolong belikan oleh-oleh untuk calon mertua saya,” imbuhnya lagi menghentikan langkah Santi yang bermaksud undur diri dari ruangan tersebut."Baik Pak ... Permisi.” Santi menyanggupi kemudian bergegas keluar dari ruangan bosnya."Mertua? Memangnya siapa kekasih Pak Andra? Jangan-jangan bu Rena yang waktu itu datang ke sini, soalnya beberpa waktu lalu pak Andra mengirimkan bunga untuk bu Rena … Yaaaa, pak Andra udah ada yang punya, sakit hati aku sakiiiit," jerit Santi dalam hati.Keesokan harinya Andra, Ric
Sepulang kerja Andra dan Ricko membawa Rena makan malam di resto yang terkenal dengan hidangan Timur Tengah."Pasti ada yang mau di omongin," batin Rena menerka, sementara jarinya sibuk mengotak-ngatik ponsel, padahal dia hanya menggeser-geser layar ponsel tanpa ada yang benar-benar menarik perhatiannya. Rena memang gadis ekstrovert kebalikan dari Andra tapi dia juga bukan gadis narsis atau suka mencari perhatian dengan posting segala sesuatunya di media sosial. Hanya sedikit foto-foto yang memenuhi akun media sosialnya dan dia pun tidak begitu peduli atau tertarik dengan kehidupan orang lain di sosial media, mungkin karena merasa hidupnya terlalu keras untuk dirinya sendiri hingga tidak ada waktu untuk mengurusi kehidupan orang lain.Seperti sekarang ini, saat kedua pria tampan yang katanya mengajak makan malam tapi malah sibuk dengan iPad masing-masing sambil menunggu pesanan makanan datang, Rena merasa bosan dan hanya pura-pura memainkan ponselnya. "Ekheeemmmm...." Rena berde
Rena tidak merasa bahagia seperti gadis yang sedang bertunangan pada umumnya, baru menjadi kekasih pura-puranya Andra saja hampir kehilangan nyawa di lemari pendingin, bagaimana bila sudah menjadi istrinya nanti?Tidak tahu apakah dia bisa menjalani kawin kontrak hingga tenggat waktu yang tertulis di dalam kontrak, tapi hari ini Rena berusaha tersenyum, malah dia sudah berlatih malam sebelumnya, tidak ingin orang-orang melihatnya bersedih yang seharusnya menjadi hari bahagia untuknya."Demi ibu dan bapak juga adik-adik ... Demi seratus juta, Eh lima Milyar! Harus kuat harus bisa!" batin Rena menguatkan dirinya sendiri.Andra dan keluarga akhirnya tiba kemudian rombongan tersebut disambut oleh ibu Susi dan bapak Roni.Penampilan Andra sangat memukau memakai batik lengan panjang berwarna Dusty green dengan celana kain warna coklat pekat serasi dengan Rena yang hari ini terlihat sangat cantik dengan kebaya modern ala Sunda membalut tubuh indahnya juga make up flawles yang semakin me
"Selamat Pagi Bu Rena,” sapa pak Rahmat membuyarkan lamunan bankir cantik itu.Tadi Rena berjalan masuk ke dalam kantornya dengan tatapan kosong karena masih memikirkan berita yang berseliweran di media tentang pertunangannya dengan Andra. Jangan tanyakan nasib akun media sosialnya yang kini followernya bertambah tapi isi komennya hanya hujatan dan cacian, gadis itu malah menonaktifkan semua akun sosial media tanpa beban. "Eh … pagi Pak,” sahut Rena terbata. "Baru bertunangan kok melamun,” goda pak Rahmat untuk membuat mood Rena membaik."Ah … Bapak mah bisa saja, lagi mikirin biaya kawin Pak!" Rena membalas candaan pak Rahmat."Renaaaa … selamat ya sahabatku sayang atas pertunangannya, kalo nikah nanti ngundang-ngundang ya?” Ada sarkasme terselip di sana tapi tak ayal Mia memeluk erat Rena dan momen tersebut mendapat lirikan tajam dari Dini dan Erin."Makasih ya Mia sayang, maaf aku belum sempat cerita ...." Rena berucap dengan memelaskan wajahnya, berharap sahabatnya itu mau
"Tapi maaf, dia sudah bertunangan denganku," sahut Andra dari ambang pintu.Entah darimana datangnya pria itu dan sudah sejak kapan berdiri di sana tanpa ada yang menyadari. Andra seperti Pangeran tampan yang sedang menjemput Tuan Putrinya yang sedang terluka hati atau super hero yang datang menyelamatkan si gadis pemeran utama yang sedang dianiaya hatinya meski sebenarnya yang menganiaya hati Rena justru pria itu sendiri.Wajah Dio pucat pasi membulatkan mata menatap Andra, pria jangkung itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.Semua mata tertuju pada Andra, pria muda tampan nan sukses yang menjadi nasabah prioritas di kantor pusat, semua terkejut tak karuan apalagi Dio yang kata-katanya sudah terdengar oleh Andra.Dini dan Erin mengintip dari balik meja teller.Mereka terpukau dengan ketampanan Andra yang saat itu masih memakai stelan jas dengan tubuhnya yang atletis, otot-otot terpampang jelas dilengannya membuat semua wanita tidak berkedip dan menelan saliva menatap Andra l
Pagi sekali Andra sudah berada di apartemen Rena sampai Rena tidak menyadari kedatangan Andra saat itu.Rena keluar dari kamar hendak membuat sarapan pagi kemudian dikejutkan dengan sosok Andra yang duduk di meja makan sambil melemparkan senyum meski kaku kepadanya."Tumben senyum ... udah ngatain aku wanita bayaran sekarang pagi-pagi datang trus senyum doank?” Rena misuh-misuh di dalam hati.Rena mengalihkan pandangannya setelah beberapa detik mata mereka bertemu."Mata kamu kenapa? Kaya panda.” Andra berusaha menggoda Rena dengan kelakarnya yang tidak lucu. Jangan salahkan Andra, karena pria itu memang terkenal ketus dan dingin jadi tidak tau bagaimana caranya merayu seorang gadis yang sedang marah.Rena tidak menjawab, gadis itu malah memberengutkan wajah."Buatin aku sarapan donk,” pinta Andra dengan santainya, kedua tangannya bertaut di atas meja. "Mau sarapan apa?" tanya Rena tanpa menatap Andra, gadis itu membuka kulkas lalu memindai isi kulkas mencari ide untuk sara
Sore itu Rena kembali dijemput oleh Andra dari kantornya, kali ini Andra menunggu di ruangan prioritas ditemani pak Rudi karena saat Andra datang menjemput, Rena belum menyelesaikan pekerjaannya."Senangnya dijemput tunangan,” celetuk Mia menggoda Rena dengan mengedipkan satu mata."Seneng donk ... seneng banget malah.” Rena balas menggoda Mia."Aku iriiiiii,” balas Mia gemas.Rena tergelak, dia harus pandai menutupi perasaanya. Sakit yang dia pendam sedari malam karena perkataan Andra akan Rena balas malam ini juga, Rena akan menghabiskan banyak uang tunangan pura-puranya, gadis cantik itu berencana meminta Weddding Organizer untuk membuatkan pesta pernikahan mewah dan megah impian setiap wanita.Walaupun pernikahan ini pura-pura setidaknya pesta pernikahannya nanti tidak akan pernah terlupakan untuk gadis sederhana seperti Rena.Setelah menyelesaikan semua pekerjaan, Rena pamit pada Kepala Cabang dan teman-teman sekantor."Aku duluan ya Mia ... Bu Firdha ….” Dan mendapat lamb
Ting...Tong...Bel pintu Apartemen Rena berbunyi."Siapa yang membunyikan bel? Mas Andra biasanya langsung masuk." Rena bergumam penuh tanda tanya.Gadis itu bergegas menuju pintu kemudian membuka benda tersebut.Ceklek..."Selamat Pagi Nona Rena, Hari ini saya yang mengantar jemput Nona Rena ke kantor,s" apa pak Syam sambil membungkukan tubuhnya sekilas."Loh .. mas Andra kemana, Pak?" tanya gadis itu dengan dahi berkerut."Pak Andra ada perjalanan bisnis selama dua hari ke luar kota,” jawab pak Syam dengan senyum ramah meski dalam hati heran kenapa tunangan Andra yang cantik ini tidak tahu."Oooh … pak Syam udah sarapan?" tanya gadis itu kemudian."Sudah Non … saya tunggu dibawah ya, Non.”"Iya …msebentar lagi saya ke bawah, Pak"Pak Syam membungkukan punggungnya sebelum berputar meninggalkan Rena yang masih mematung di depan pintu."Kenapa mas Andra enggak ngomong apa-apa mau pergi selama beberapa hari? Dia juga masih hutang penjelasan untuk kejadian tadi malam.” Rena