Mobil mewah warna silver membuat warga menatap bengong. Mereka bertanya-tanya, siapa tamu yang datang menggunakan mobil mewah itu. Dan mereka dibikin tercengang saat melihat sosok yang keluar dari mobil. Viza. Bahkan wanita itu keluar dari mobil dengan pintu yang dibukakan oleh pengawal. Tampak pula pengawal berapakaian hitam itu membungkuk sopan pada Viza. Dia terlihat sebagai wanita terhormat.Buset. Penampilan Viza menjadi perhatian semua orang. Fokus semua mata mengarah pada wanita itu. Gaun lengan panjang mewah warna abu-abu dipadu sendal heels tinggi warna senada, jilbab kekinian menyempurnakan tampilannya. Sangat berkelas. Hampir saja semua mata terkecoh dan tak mengenal Viza jika saja tak memperhatikan secara seksama. Menyusul Vikram yang keluar dengan tampilan yang tak kalah mencemgangkan, stelan jas warna abu-abu seakan couple-an dengan warna baju Viza. Sebenarnya ada drama menarik di balik pakaian yang mereka kenakan. Itu adalah baju baru. Iya, baru dibeli di perjalanan
“Kebetulan hari ini supir saya menikah. Jadi saya menghadiri pernikahannya bersama istri,” ucap Vikram sembari menepuk pundak Leo. Yang ditepuk mengangguk. “Terima kasih Mas Vikram sudah bersedia hadir,” balas Leo menunduk sopan. “Silakan dilanjutkan acaranya!” ucap Vikram. Segera penghulu memulai akad nikah. Acara benar-benar tidak khidmat, semua orang sibuk bergunjing, membicarakan tentang Mulan yang ternyata mendapatkan menantu seorang supir. Sedangkan nasib Viza berubah seratus delapan puluh derajat, langsung tajir. Sosok Vikram yang dulu terlihat sebagai berandalan, kini datang dengan status yang berbeda, dia bahkan mampu menaikkan derajat sang istri. “Walah walah, rupanya suaminya si Runa cuma supir. Lah kemarin nyokapnya sibuk koar koar ke sana sini kalau calon mantunya kay4.” “Lah malah yang kay4 itu rupanya suaminya Viza. Si abang ganteng yang jagoan kemarin itu loh.” “Iya. Suara ngajinya juga bagus. Beruntung banget ya Viza?” “Kemarin dateng padahal wujudnya bera
Mulan menelan saliva. “Vikram, kamu boleh membalaskan sakit hati Ibumu kepada kami, tapi kamu tahu kan kalau dia itu bukan ibu kandungmu, lalu kenapa sampai harus semarah ini kepadaku?”“Masih ingat bagaimana hidup Viza selama puluhan tahun bersama ibu kan?” Vikram balik tanya, membuat Mulan seperti kena skak.“Mm maksudmu… kamu mau membalaskan perbuatan ibu ke Viza?” Tatapan Mulan kemudian tertuju ke wajah Viza. “Mengadu apa saja kamu ke Vikram?”Viza diam membisu, lebih karena tak ingin banyak bicara alias malas. Sudah terlalu lama ia menelan rasa lelah, tak ingin lagi menambah rasa lelah itu.“Jangan salahkan Viza. Dia sama sekali tidak mengadu apa pun padaku, aku punya mata-mata akurat. Mones itu mata-mataku. Dia melaporkan semua kejadian yang terjadi di rumah ini kepadaku,” ucap Vikram. “Sebentar lagi penghuni baru rumah ini akan datang, ibu tolong cepat berkemas.”“Jadi kamu mengusir ibu?” Mulan menatap Vikram penuh permohonan.Hanya senyum simpul yang ditunjukkan oleh Vikram.“
“Berhenti di toko jam!” titah Vikram.“Siap, Mas!” Pengawal di balik kemudi mengangguk patuh. Mobil bergerak pelan menuju ke toko besar.Vikram lebih suka dipanggil dengan sebutan ‘Mas’ ketimbang panggila ‘Tuan’ atau apalah sejenisnya. Panggilan ‘Mas’ lebih fleksibel dan tidak memberi jarak antara bos dan anak buah.“Hei, kenapa berhenti di sini?” Vikram menatap ke luar, tidak sesuai dengan arahannya.“Bukankah Mas Vikram minta berhenti di toko jam?” “Oh ya ampun, ini toko jam dinding. Maksudku jam tangan.”“Astaghfirullah.. maaf, Mas.” Mobil kembali bergerak menuju ke toko yang disebutkan, tak jauh berbelok karena toko bersebelahan. Pengawal di belakang tertawa kecil.Mobil berbelok dan diparkirkan di halaman toko, pengawal membukakan pintu untuk Viza, bergantian membukakan untuk Vikram.“Terima kasih,” ucap Viza sesaat setelah pintunya dibukakan oleh pengawal.Vikram mengajak Viza memasuki toko jam tangan. Seperti biasa, pria itu memberi akses kepada Viza untuk berjalan di depan.
Hati Viza kembali gundah. Perasaan bahagia kini bercabang. Antara meragukan cinta Vikram, namun juga merasa sedang jatuh cinta.Suara pintu tertutup di sebelah menyadarkan Viza kalau suaminya sudah duduk di samping.Mobil melaju.“Aku ingin mengajakmu bulan madu, ke luar negeri. Belum pernah ke Mesir kan?” tanya Vikram menatap Viza dengan tatapan hangat.“Belum,” jawab Viza agak malu. Ditatap seintens ini oleh suami membuatnya jadi salah tingkah.“Kalau begitu kita ke Mesir, kita ke Alexandria, kuil abu simbel, piramida, benteng salahudin, luxor dan banyak lagi. Setelah itu ke Libya. Dan ke Arab. Mau?” sambung Vikram.Kota impian. Arab. Sejak dulu Viza sangat ingin menginjakkan kaki ke sana. Ini kesempatan emas. “Mau banget, Mas,” jawab Viza senang.“Kalau begitu kita akan persiapkan semuanya lebih cepat. Satu minggu lagi kita terbang ke Mesir.” Vikram melihat sekilas ke jam tangan yang menampilkan kalender. Tanggal 20 kita berangkat.”Viza tersenyum senang sekali. “Mimpi apa aku b
“Mbak Viza, tolong! Aku diamuk sama berandalan!” Runa menghambur masuk rumah dengan wajah panik. Viza menatap bingung pada adiknya yang ketakutan. "Berandalan itu ngejarbaku dan mungkin akan membunuhku. Lakukan sesuatu, Mbak.” Runa menenteng paper bag, ia baru saja pulang dari mall. Gayanya yang style memperlihatkan kalau kesehariannya suka berfoya-foya. “Kok bisa dikejar berandalan?” Viza yang sedang mencuci piring, segera mematikan keran. Ada tumpukan piring membukit mengantri untuk dicuci. “Duh, jangan bawel deh. Sana temui berandal itu! Cepetan!” Runa mengguncang lengan Viza, membuat piring yang dipegangi Viza terlepas dan pecah. Mendengar kegaduhan, Mulan dan Johan keluar dari kamar dengan wajah kucel, sehabis bangun tidur. Tak lain mereka adalah kedua orang tua Viza. “Kenapa lagi ini, Viza? Kok piring bisa pecah? Kamu ini kerja nggak pernah becus!” ketus Mulan. Selalu Viza yang disalahkan. Sejak kecil pasti begitu. Viza sudah bekerja keras mengurus warung makan,
Enteng sekali pria itu minta nikah? Viza dan Vikram tidak saling kenal, lantas apa yang membuat Vikram menginginkan Viza? Mustahil langsung minta nikah hanya karena sekilas lihat wajah saja. Vikram itu bermasalah dengan Runa, lalu kenapa Viza yang jadi sasaran?Viza menelan saliva panik.Orang-orang yang berkerumun di warung makan itu pun menatap Viza, gadis cantik yang setiap hari melayani pembeli. Meskipun ia adalah putri dari pemilik warung, namun ia selalu kelihatan lusuh dan lelah, tak berhenti melayani pembeli. Itu karena ayah dan ibunya menjadikan dia sebagai pekerja yang tak digaji.“Menikah? Memangnya kau punya apa untuk meminang putriku?” tanya Mulan berkacak pinggang, tidak takut meski sosok yang dia hadapi ini bukan orang sembarangan. Sekali tinju, kalau bukan lari ke rumah sakit, ya ke kuburan.“Bu, sudah! Jangan dilawan. Nggak lihat apa dia hebat begitu? Nanti kamu kenapa-napa loh,” bisik Johan pada istrinya.“Biarin, Pak. Nggak takut aku. Mana mungkin jagoan
“Ooh… itu. Kemarin pas keluar dari kampus, aku tuh nggak sengaja nyerempet si Vikram. Terus, ponsel miliknya jatuh dan retak. Aku kabur. Padahal aku udah ngebut, kupikir dia nggak bakalan bisa mengejarku. Nggak nyangka dia malah mengejarku sampai rumah. Dan yang lebih aneh lagi, dia bisa tahu namaku. Misterius banget tuh orang.” Runa tampak berpikir.“Sudah! Jangan kelamaan. Ayo cepat keluar!” Mulan menarik lengan Viza keluar kamar. “Jangan lupa, kasih tau nama lengkapmu ke Vikram supaya dia bisa menyebutkan namamu di ijab qabul! Viza Shanum Azalia binti Johan Al Kahfi.”“Johan Al Kahfi? Bukankah nama bapak Johan Ambarawa?”“Sudah, jangan kebanyakan protes. Johan Ambarawa itu cuma nama ganti saja, aslinya Johan Al Kahfi.”Viza malas berdebat. Ibunya tentu jauh lebih mengerti. Wajah Viza menunduk sepanjang berjalan menuju ruang tamu. Hampir tak ada ekspresi, bahkan kesedihan pun tak tampak lagi, air mata juga tak ada, lebih seperti sudah jengah dan kebal atas semua lelah
Hati Viza kembali gundah. Perasaan bahagia kini bercabang. Antara meragukan cinta Vikram, namun juga merasa sedang jatuh cinta.Suara pintu tertutup di sebelah menyadarkan Viza kalau suaminya sudah duduk di samping.Mobil melaju.“Aku ingin mengajakmu bulan madu, ke luar negeri. Belum pernah ke Mesir kan?” tanya Vikram menatap Viza dengan tatapan hangat.“Belum,” jawab Viza agak malu. Ditatap seintens ini oleh suami membuatnya jadi salah tingkah.“Kalau begitu kita ke Mesir, kita ke Alexandria, kuil abu simbel, piramida, benteng salahudin, luxor dan banyak lagi. Setelah itu ke Libya. Dan ke Arab. Mau?” sambung Vikram.Kota impian. Arab. Sejak dulu Viza sangat ingin menginjakkan kaki ke sana. Ini kesempatan emas. “Mau banget, Mas,” jawab Viza senang.“Kalau begitu kita akan persiapkan semuanya lebih cepat. Satu minggu lagi kita terbang ke Mesir.” Vikram melihat sekilas ke jam tangan yang menampilkan kalender. Tanggal 20 kita berangkat.”Viza tersenyum senang sekali. “Mimpi apa aku b
“Berhenti di toko jam!” titah Vikram.“Siap, Mas!” Pengawal di balik kemudi mengangguk patuh. Mobil bergerak pelan menuju ke toko besar.Vikram lebih suka dipanggil dengan sebutan ‘Mas’ ketimbang panggila ‘Tuan’ atau apalah sejenisnya. Panggilan ‘Mas’ lebih fleksibel dan tidak memberi jarak antara bos dan anak buah.“Hei, kenapa berhenti di sini?” Vikram menatap ke luar, tidak sesuai dengan arahannya.“Bukankah Mas Vikram minta berhenti di toko jam?” “Oh ya ampun, ini toko jam dinding. Maksudku jam tangan.”“Astaghfirullah.. maaf, Mas.” Mobil kembali bergerak menuju ke toko yang disebutkan, tak jauh berbelok karena toko bersebelahan. Pengawal di belakang tertawa kecil.Mobil berbelok dan diparkirkan di halaman toko, pengawal membukakan pintu untuk Viza, bergantian membukakan untuk Vikram.“Terima kasih,” ucap Viza sesaat setelah pintunya dibukakan oleh pengawal.Vikram mengajak Viza memasuki toko jam tangan. Seperti biasa, pria itu memberi akses kepada Viza untuk berjalan di depan.
Mulan menelan saliva. “Vikram, kamu boleh membalaskan sakit hati Ibumu kepada kami, tapi kamu tahu kan kalau dia itu bukan ibu kandungmu, lalu kenapa sampai harus semarah ini kepadaku?”“Masih ingat bagaimana hidup Viza selama puluhan tahun bersama ibu kan?” Vikram balik tanya, membuat Mulan seperti kena skak.“Mm maksudmu… kamu mau membalaskan perbuatan ibu ke Viza?” Tatapan Mulan kemudian tertuju ke wajah Viza. “Mengadu apa saja kamu ke Vikram?”Viza diam membisu, lebih karena tak ingin banyak bicara alias malas. Sudah terlalu lama ia menelan rasa lelah, tak ingin lagi menambah rasa lelah itu.“Jangan salahkan Viza. Dia sama sekali tidak mengadu apa pun padaku, aku punya mata-mata akurat. Mones itu mata-mataku. Dia melaporkan semua kejadian yang terjadi di rumah ini kepadaku,” ucap Vikram. “Sebentar lagi penghuni baru rumah ini akan datang, ibu tolong cepat berkemas.”“Jadi kamu mengusir ibu?” Mulan menatap Vikram penuh permohonan.Hanya senyum simpul yang ditunjukkan oleh Vikram.“
“Kebetulan hari ini supir saya menikah. Jadi saya menghadiri pernikahannya bersama istri,” ucap Vikram sembari menepuk pundak Leo. Yang ditepuk mengangguk. “Terima kasih Mas Vikram sudah bersedia hadir,” balas Leo menunduk sopan. “Silakan dilanjutkan acaranya!” ucap Vikram. Segera penghulu memulai akad nikah. Acara benar-benar tidak khidmat, semua orang sibuk bergunjing, membicarakan tentang Mulan yang ternyata mendapatkan menantu seorang supir. Sedangkan nasib Viza berubah seratus delapan puluh derajat, langsung tajir. Sosok Vikram yang dulu terlihat sebagai berandalan, kini datang dengan status yang berbeda, dia bahkan mampu menaikkan derajat sang istri. “Walah walah, rupanya suaminya si Runa cuma supir. Lah kemarin nyokapnya sibuk koar koar ke sana sini kalau calon mantunya kay4.” “Lah malah yang kay4 itu rupanya suaminya Viza. Si abang ganteng yang jagoan kemarin itu loh.” “Iya. Suara ngajinya juga bagus. Beruntung banget ya Viza?” “Kemarin dateng padahal wujudnya bera
Mobil mewah warna silver membuat warga menatap bengong. Mereka bertanya-tanya, siapa tamu yang datang menggunakan mobil mewah itu. Dan mereka dibikin tercengang saat melihat sosok yang keluar dari mobil. Viza. Bahkan wanita itu keluar dari mobil dengan pintu yang dibukakan oleh pengawal. Tampak pula pengawal berapakaian hitam itu membungkuk sopan pada Viza. Dia terlihat sebagai wanita terhormat.Buset. Penampilan Viza menjadi perhatian semua orang. Fokus semua mata mengarah pada wanita itu. Gaun lengan panjang mewah warna abu-abu dipadu sendal heels tinggi warna senada, jilbab kekinian menyempurnakan tampilannya. Sangat berkelas. Hampir saja semua mata terkecoh dan tak mengenal Viza jika saja tak memperhatikan secara seksama. Menyusul Vikram yang keluar dengan tampilan yang tak kalah mencemgangkan, stelan jas warna abu-abu seakan couple-an dengan warna baju Viza. Sebenarnya ada drama menarik di balik pakaian yang mereka kenakan. Itu adalah baju baru. Iya, baru dibeli di perjalanan
Di luar, orang-orang terdengar sibuk sekali. Bukan sibuk rewang karena memang tak ada kenduri seperti yang sering dilakukan orang-orang saat ada hajatan, namun sibuk ngerumpi dan menggosip. Antara satu mulut dan mulut lain saling sahut. “Udah selesai belum sih, Bu? Dari tadi dandanin mulu, lama banget sih?” Runa pegel duduk di kursi dengah muka ditowel-towel oleh peralatan make up seadanya. “Sebentar.” “Cepetan, Bu. Aku pegel nih.” “Ini hidungmu jendol, bibir juga mmeble. Bedaknya jadi ketebelan di hidungmu.” Runa mnegambil kaca, menatap pantulan wajahnya. “Aaaaaaaaaa……” jerit Runa membahana. “Runa!” Mulan menabok mulut Runa pakai kipas tangan, membuat Runa kaget dan membungkam. “Jerit sembarangan aja! Bikin kaget jabang bayik!” Pintu kamar terbuka, kepala beberapa orang tetamgga menyembul. “Ada apa, Runa? Kok teriak?” tetangga melontar pertanyaan. “Nggak ada apa-apa.” Mulan mendekati pintu. “Maaf ya Jeng, ini ruangan privasi.” Mulan menutup pintu dan menguncinya. “Ibu ken
Vikram cepat melipat laptop. Juga mengemas kertas-kertas di meja dan membalikkannya hingga kertas-kertas itu di posisi menelungkup. Gerakannya sangat cepat, terburu-buru sekali sampai Viza tak sempat melihat isi kertas. Aneh, kenapa kertas-kertas itu hanrus dibalikkan? Sepertinya Vikram sedang menyembunyikan isi kertas dari Viza. “Ada apa kamu kemari, Viza?” Vikram bangkit berdiri. “Aku mau… aku pinjam laptopmu, Mas!” Viza segera mendekat pada Vikram namun kalah cepat. Vikram sudah lebih dulu meninggalkan kursi. Pria itu langsung merengkuh pundak Viza. “Kita harus secepatnya ke acara pernikahan Leo. Hari ini dia menikah.” Vikram merangkul Viza keluar ruangan. Viza sempat menoleh ke meja, ada kertas yang terjatuh di bawah meja. Sedikit ujung kertas kelihatan di pandangan mata Viza. Benar, itu adalah desain gambar untuk kartu undangan pernikahan. Sayangnya gambar wajah wanita di foto itu tak kelihatan. Hanya tanpa wajah Vikram di dalam konsep gambar itu. Benarkah itu wuju
Jari lentik Viza membuka kertas dari dalam amplop. Pelan, ia mulai membaca deretan demi deretan tulisan yang tertera di sana.Beberapa kali ia tersandung dan hampir menelungkup akibat pandangan mata fokus pada bacaan sedangkan kaki terus berjalan. Kalau sekali lagi ia kesandung, pasti bakalan mencium lantai. Sekilas pandangan Viza mengedar ke sekitar mencari kursi, namun tak satu pun kursi berada di dekatnya. Rumah terlalu luas. Viza perlu berjalan cukup jauh untuk sampai ke kursi yang ada di kejauhan sana.Alhasil, Viza memilih ngejeprok saja duduk di lantai sekenanya. Matanya jeli membaca kata demi kata.(Ini surat kedua. Viza Shanum Azalia, tujuanku baik, yaitu mau kasih tahu kamu tentang apa yang kamu tidak ketahui supaya kamu bisa tahu mana yang sungguh-sungguh teman dan mana yang musuh dalam selimut.Tapi ini tergantung padamu, mau percaya atau tidak. Yang jelas, semua yang aku sampaikan ke kamu, sudah kamu buktikan bahwa itu benar bukan? Tidak perlu kamu tahu siapa aku, yan
“Kita salah lawan, Bu. Lagian, Mas Vikram berbuat hal itu juga karena membalaskan perilaku bapak dan ibu,” ucap Runa.Deringan ponsel menghentikan pembicaraan mereka. “Leo nelepon, Bu.” Runa menatap nomer yang tertera di layar.“Ya udah, jawab!”Runa beberapa kali menggeser tombol hijau tapi tombol tak kunjung tergeser.“Duuu… ini hape ngeselin banget. Entah apanya yang kena, layarnya payah banget digeser. Ampun deh.” Runa kesal semdiri. Hape nya sudah mulai sakit-sakitan. Mau diperbaiki juga tak punya uang, beli baru apa lagi. Kalau pun ada uang, tentu lebih diutamakan untuk keperluan makan.Setelah berjuang menggeser layar, barulah tombol tergeser.“Runa, aku tidak bisa banyak ngomong, waktuku tidak banyak karena sebentar lagi mau antarin bos pergi. Mas Vikram minta supaya kita nikah. Jadi siapkan semuanya secepatnya,” ucap Leo di seberang tanpa berbasa-basi.“Nikah?”“Kamu tidak mau nikah sama aku, bapaknya anak di kandunganmu?”“I iya… mau gimana lagi. Dari pada nggak dinikahin j