"Aland, Sayang syukurlah kamu udah pulang Nak!"
Nyonya Dinata dan tuan Riswandi yang masih di rumah Aland menyambut kepulangannya dari rumah sakit.Mereka sengaja menunda kepulangannya ke Paris sebelum memastikan kondisi putranya baik-baik saja.Tuan Riswandi sendiri mengutus bawahannya itu menghandle pekerjaan di sana untuk sementara waktu."Ayok masuk, sini biar Mamah bantu kamu untuk masuk!"Mamahnya menggantikan posisi bik Inah untuk mendorong kurs rodanya masuk ke dalam. Sedang pak Bandi sendiri menemani membawakan tas berisi barang-barang milik Aland selama di rumah sakit.Mereka duduk bersama dalam satu ruangan dan saat itu juga Aland teringat sesuatu pada saat dia baru saja mengalami kecelakaan dimana dia merasa seseorang telah sabotase mobilnya.Tidak ada yang mengetahui kalau dia sedang memikirkan sesuatu, hanya pak Bandi saja yang sadar kalau atasannya itu hanya termenung tanpa ikut mereka bercanda.""Pak Bandi, bagaimana apa polisi sudah menemukan siapa pelaku sabotase mobil saya?"Lambat laun kondisi Aland semakin membaik, hari ini dia kembali aktif ke kantor seperti dulu dengan tampangnya yang begitu tampan.Namun semenjak kecelakaan itu dia sedikit menyadari akan ke keangkuhan sifatnya selama ini.Setelah di hina akan fisiknya yang sempat cacat membuat Aland sadar bagaimana rasanya dijatuhkan oleh orang lain."Belum, Pak! Polisi juga belum memberi kabar pada saya. Sepertinya kita harus membuat si pelaku puas dengan kebebasannya lebih dulu, Pak," ucap pak Bandi sambil terkekeh yang di ikuti Aland dengan tawa kecil."Oh iya Pak, Nyonya Nasya kemaren menelepon saya, dia minta untuk segera di selesaikan uang yang sudah dia keluarkan. Jadi kapan Pak Aland mau menemui dia?" tambah pak Bandi."Besok! Katakan padanya besok kita bertemu di restoran semula. Aku akan bereskan semuanya.""Oh iya Pak Bandi, saya minta jadwal
Malam hari Aland termenung sendirian di tepian kolam renang rumahnya, dirinya kembali merasakan kesepian setelah kedua orang tuanya kembali ke kota Paris.Di tambah dengan sahabat yang dulu sering datang dan mengajaknya untuk pergi, kini dia justru menjadi musuh yang sangat menakutkan.Hanya bik Inah yang selalu menemaninya setiap malam dan hanya pak Bandi dan para staf yang menemaninya saat di dalam kantor.Tak jarang teman lain menghubungi dan menanyakan kabar bahkan mereka mengajak untuk keluar tetapi Aland merasa tak bersemangat.Entah mengapa wajah polos anak kecil itu tidak mau hilang dalam ingatannya, seolah terus membayang di pelupuk matanya.Meminta di peluk, mendambakan sosok seorang ayah yang menyayangi dirinya.Perasaan yang semula hanya rasa penasaran mendadak jadi kasihan setelah melihat sosoknya, akan tetapi rasa gengsi itu masih ada."Mana mungkin aku menikahi wanita yang sudah mempunyai anak."T
"Sayang, kamu baik-baik sama Oma dan Opa di rumah! Jagain mereka, Ibu berangkat kerja sekarang."Anak kecil yang kebetulan libur sekolah hanya mengangguk menuruti apa yang ibunya katakan.Setelah meninggalkan pekerjaannya selama seminggu, kini Kiara mulai aktif dalam profesinya sebagai pelayan toko sembako.Dia yang sudah bersiap diri sambil menenteng tas kecilnya meninggalkan tiga orang di rumah seperti biasanya.Namun betapa terkejutnya dia pada saat membuka pintu, ternyata pak Bandi sudah duduk menunggu di teras rumah sambar memainkan ponselnya.Lagi-lagi Kiara merasa bersalah karena belum bisa membayar hutangnya, padahal tujuan pak Bandi datang kemari bukan untuk menanyakan soal itu."Loh, pak Bandi, kok ada di sini?" ujar Kiara heran."Eh, Nona Kiara, selamat pagi, Non."Laki-laki paruh baya itu segera berdiri dan menyimpan ponselnya di saku celana saat Kiara keluar dari pintu."Pagi Pak, sejak kap
"Bagaimana Pak, apa Pak Bandi berhasil membujuk Kiara untuk bekerja di sini kembali?"Tetapi pak Bandi hanya menggeleng yang membuat Aland lemas seketika, dia mengira kalau wanita itu masih kesal kepadanya, oleh karena itu Kiara menolaknya.Padahal hari itu juga Aland berharap kalau pak Bandi datang bersama dengan wanita itu, tapi ternyata manager itu datang dengan tangan kosong tanpa membuahkan hasil.Aland tidak sepenuhnya menyalahkan pak Bandi karena semua keputusan ada di tangan Kiara sendiri."Mungkin Kiara masih kesal padaku! Ya sudah kalau dia tidak mau. Tidak apa-apa, perusahaanku bisa berjalan tanpa sekretaris.""Nona Kiara tidak menolaknya, Pak! Dia hanya akan minta izin dulu sama kedua orang tuanya. Apalagi mereka berdua yang harus menjaga anaknya, bukan?""Jadi Kiara...!"Sedikit senyum mengembang di bibir Aland, ucapan pak Bandi berarti masih ada harapan Kiara untuk bekerja di kantornya lagi.""Saya
"Satya, apa kamu siap ikut Kakak menemui Pak Aland? Managernya bilang kalau hari ini dia mengajak ketemu untuk mengembalikan uang Kakak.""Siap, kenapa nggak!" ujarnya tanpa beralih pandang dari ponselnya."Tapi Kakak mau kamu bujuk dia supaya meneruskan, bukan membatalkan! Kamu tau kan apa maksud Kakak?""Memangnya aku nggak pernah melakukan ini sebelumnya?""Kakak nggak perlu khawatir! Akan ku buat Pak Alandmu itu kembali melanjutkan keras samanya."Dengan sombongnya Satya mengatakan itu, padahal dia sendiri belum tau dan belum pernah melihat siapa Aland yang sebenarnya.Beberapa kali berhasil meyakinkan klien membuat dia sangat percaya diri, dan berfikir kalau Aland hanya sama seperti mereka.Profesinya bukan hanya sekedar Direktur, tapi Satya lebih mirip seperti pengacara pribadi untuk Kakaknya. Nasya.Begitu juga dengan Nasya sendiri yang begitu percaya dengan adiknya itu. Dia yakin kalau Satya pasti bisa m
"Selamat siang, Pak! Ini Nona Kiara menghadap anda.""Permisi, Pak."Alan yang semula pura-pura sibuk dengan laptop di meja kerjanya, seketika mendongakkan wajahnya saat Kiara sampai di hadapannya."Selamat datang kembali di kantor saya Kiara, apa kabar? Bagaimana kondisi Ibumu, apa sudah baik-baik saja?""Kabar saya baik, Pak. Begitu juga dengan Ibu saya, dia pun baik-baik saja.""Syukurlah?""Oh iya, saya lupa! Saya mau mengucapkan terima kasih untuk Pak Aland yang sudah membantu saya dan Ibu selama di rumah sakit! Bapak juga sudah membayar semua biaya rawat Ini. Sekali lagi, terima kasih, Pak.""Maksud kamu? Aku tidak melakukan apa-apa!"Degh!"Ba-Bapak jangan becanda! Bapak kan yang memindahkan Ibu saya ke ruang VIP? Dan Bapak juga yang membayar biaya rumah sakit Ibu saya?""Tidak! Aku tidak melakukan itu semua, Kiara!""Astaga, kalau bukan Bapak, lalu siapa?" gumam Kiara lirih sam
"Itu dia Pak Aland datang! Akhirnya dia datang juga, Satya!"Nasya terlihat begitu senang saat sebuah mobil yang di yakini milik Aland mulai memasuki area parkiran restoran.Setelah menunggu cukup lama, bahkan mereka sempat memesan minuman dingin yang kini sudah tak dingin lagi gara-gara lama menunggu.Mereka seketika berdiri untuk menyambut kedatangan direktur itu.Satya mengucek matanya saat melihat siapa yang turun dari mobil memastikan kalau orang tersebut adalah orang yang dia hina tempo hari di rumah sakit.Berharap kalau itu tidak benar, akan tetapi pandangannya tak mungkin salah kalau itu memang benar-benar laki-laki cacat yang duduk di kursi roda.Begitu juga dengan Nasya yang membelalakkan matanya saat melihat siapa yang menemani Aland.Dia berfikir bukankah Kiara sudah di pecat dari perusahaan itu, tapi kenapa sekarang ada bersamanya. Bersama seorang yang dia suka."Kiara! Kenapa Kiara...!" gumam Nasy
"Semua ini gara-gara kamu! Coba saja kamu bicara tanpa emosi, pasti Pak Aland mau kerja sama dengan Kakak.""Ya udah sih! Lagian Kakak udah dapat ganti banyak dari si direktur angkuh itu!"Kasak kusuk mereka pulang terdengar sampai ke dalam di mana Kezia sedang duduk santai dengan ke dua mertuanya itu.Sikap kedua mertuanya itu sangat lembut dan penyabar tapi kenapa tidak ada satu pun yang meniru pada anaknya yang begitu egois dan keras kepala seperti Nasya dan Satya.Mendengar suaminya pulang, Kezia pun menghampiri Satya yang duduk di sofa ruang tamu dengan wajah yang masih kesal sambil melepas dasinya sedikit kasar."Mas, kamu sudah pulang?"Satya hanya melirik kesal pada Kezia tanpa menjawab pertanyaannya."Kalian kenapa? Kenapa pulang-pulang wajah kalian suntuk seperti itu?""Semua ini gara-gara Adik kamu! Aku jadi gagal kerja sama sama Pak Aland!"Justru Nasyalah yang menjawabnya dengan ketus dan S
Keesokkan harinya Kiara benar-benar tak menyangka kalau Aland benar-benar datang untuk menemui ke dua orang tuanya.Bahkan dengan beraninya Aland memanggil bu Marwah dan pak Susanto untuk duduk dalam satu meja di ruang tamu tanpa menunggu dua yang memanggil.Bu Marwah dan pak Susanto seketika menghampiri mereka di depan."Ada apa ya, Nak Aland memanggil kami? Apa ada yang bisa kami bantu?""Oh, tidak Om, Tante. Saya cuma mau mengatakan sesuatu pada kalian." Kedua orang tua itu duduk siap mendengarkan apa yang akan Aland sampaikan."Em, jadi begini, Om, Tante. Sebelumnya saya minta maaf kalau saya terlalu lancang memanggil kalian kesini. Kedatangan saya kemari untuk meminta restu dari kalian untuk memperistri Kiara menjadi milik'ku." Kedua orang tua itu tampak begitu bahagia mendengarnya."Semenjak aku mengenal Kiara, aku merasakan hal yang berbeda, aku memantapkan diri dan sekarang aku yakin kalau Kiara-lah yang cocok untuk menjadi pendamping hidupku.""Apa Nak Aland yakin? Nak Aland p
"Loh, Kakak mau kemana?" Malam itu Kezia begitu cantik mengenakan dress panjang berwarna coklat muda."Aku di minta Pak Sean untuk menemani di acara undangan klien bisnisnya. Kamu sendiri mau kemana Dek?" Sama halnya dengan Kiara yang tak kalah cantik dari kakaknya."Jangan bilang klien itu, Pak Dimas?""Loh, kok kamu tau, Dek? Jangan-jangan kamu mau ke tempat yang sama?""Astaga, Mas Aland juga mengajak'ku ke sana. Kebetulan sekali kita bisa pergi bersama." Tapi tidak menjamin pada diri Aland, apakah dia mau dekat kembali dengan Sean setelah apa yang dia lakukan padanya?Mereka terkekeh karena sama-sama tidak mengatakan sebelumnya. Kalau begitu Kakak pergi dulu, Dek. Pak Sean mengatakan aku jangan sampai terlambat sampai ke sana." Sementara Kiara masih menunggu kekasihnya datang menjemput. Tak berapa lama kemudian mobil Aland terlihat berhenti di depan rumah, dengan gagahnya pemuda itu turun."Kiara, apa kamu sudah sia
"Mau apa lagi kau ke sini? Udah nggak ada hubungan lagi kamu dengan keluarga ini, Mas!""Kiara, Kiara tunggu!" Kiara berhenti sejenak memberi sedikit Satya waktu untuk bicara."Aku ..., aku ke sini untuk minta maaf. Tolong maafkan semua kesalahanku! Mana Kakakmu? Aku mau minta maaf pada Kezia." Laki-laki itu sudah seperti memohon untuk ketemu dengan kakaknya."Nggak ada! Kak Kezia lagi pergi. Dia sudah tidak mau melihat kamu lagi," jawab Kiara ketus, dia melanjutkan langkahnya kembali, tetapi Satya kembali mengejarnya."Kiara, kamu tidak bisa seperti ini! Izinkan aku bicara dulu dengan Kezia!""Sudahlah Mas. Lebih baik kamu lupakan Kak Kezia. Biarkan dia bahagia dalam kesendiriannya!" Namun sepertinya laki-laki itu kekeh ingin bertemu mantan istrinya.Dia menerobos masuk walau Kiara sudah melarangnya."Kezia, Kezia dimana kamu. Kezia, Sayang dimana kamu?" "Mas, apa yang kamu lakukan? Tolong jangan buat keributa
"Syukurlah kamu sudah boleh pulang, Sayang. Ibu senang mendengarnya. Sebentar lagi Om tampan datang menjemput kita.""Benarkah Om tampan akan menjemput kita, Ibu? Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya."Setelah di rawat dua hari di rumah sakit kini dokter menyatakan kalau Reza sudah di perbolehkan untuk pulang."Iya, Sayang. Om Aland mengatakan hari ini akan mengantar kita pulang.""Hore, pulang dengan Om tampan." Reza begitu antusiasnya.Dadi tempat yang berbeda Aland berjalan begitu cepat berjalan sambil mengangkat teleponnya, dia begitu buru-buru keluar dari kantor untuk menepati janjinya bahwa hari ini dia yang akan mengantar pulang.Aland tidak mau sampai Kiara dan Reza kecewa karena menunggu dia yang tak kunjung datang.*****"Lebih baik Ibu berkemas sambil menunggu Om Aland datang. Sayang, kamu duduk saja di sini, jangan kemana-mana.""Baik, Ibu."Reza menurut untuk duduk di atas
"Hari ini aku mulai bekerja, aku harus semangat." Kezia duduk di ruang kerjanya yang beru dengan penuh semangat. Pengalam kerja yang dulu dia peroleh menjadi bekal untuk di perusahaan barunya.Beberapa dokumen penting tertumpuk di atas meja. Walau tumpukan itu serasa bikin pusing kepalanya namun dia harus mengerjakannya dengan semangat.Satu persatu tugas itu dia kerjakan sampai siang hari namun belum sepenuhnya selesai. Masih banyak lagi tugas yang harus dia kerjakan selanjutnya."File ini sudah selesai dari setengahnya. Lebih baik aku bawa ke Pak Sean untuk di tanda tangani."Sesaat sebelum beranjak ke ruang direktur, Kezia membereskan sisa pekerjaannya terlebih dahulu.Tok!Tok!"Permisi, Pak.""Iya masuk," jawab Sean dari dalam ruangannya.Begitu pintu di buka, Kezia mendapati Sean sedang menelepon seseorang, samar-samar dia mendengar seseorang mengatakan kalau ada perusahaan yang akan di lelang sua
Ketika pagi hari Aland terlihat sampai di kantor dia mendapati pak Bandi yang tengah sibuk mengurus sesuatu.Dia melepas pekerjaannya sebentar untuk menyapa bos-nya datang."Selamat pagi, Pak Aland.""Pagi. Apa yang sedang Pak Bandi lakukan?""Ini, Pak menyiapkan berkas Pak Aland untuk meeting nanti siang." Aland memicingkan matanya."Kemana Kiara? Kenapa Pak Bandi yang menyiapkan semuanya?" Padahal Aland berharap sesampainya dia di kantor, orang yang pertama dia lihat adalah Kiara. Namun pada kenyataannya wanita itu justru kini tidak ada di tempat."Saya tidak tau, Pak. Mungkin Nona Kiara cuti hari ini.""Cuti?" Aland rasa sepertinya tidak mungkin karena kemaren dia tidak mengatakan apa-apa tentang pekerjaan.Untuk menjawab rasa penasarannya maka Aland mengambil ponsel dan menghubungi Kiara yang kini masih di rumahnya.Ponsel Kiara yang tergeletak di atas meja, mendadak berdering. Sudah Kiara
Di samping kolam renang rumahnya Aland berjalan pelan sambil senyum-senyum sendiri.Betapa senangnya dia bisa membuat Kiara dan Reza begitu bahagia. Bayangan ketika dia membopong tubuh sintal itu masih kian terasa berat di pundaknya, lucunya saat Reza berlari mengejar seolah tidak terima ibunya di culik pun membuat Aland ingin sekali tertawa lepas.Tapi dia tahan sebisa mungkin. Apa kata mereka jika melihat dia tertawa sendiri. Mungkin bik Inah dan teman-teman seperti pak sopir mengira kalau Aland sudah tidak waras lagi."Kalian memang lucu. Kalian bisa membuat aku senang, membuat aku bahagia dan membuat hidupku lebih berwarna.""Kiara. Aku tidak salah memilihmu untuk jadi pendamping hidupku. Akan aku pertahankan sebisa mungkin apapun rintangannya, karena aku sudah terlanjur jatuh cinta padamu.""Cie, yang sedang jatuh cinta." Tiba-tiba bik Inah bersuara dari belakang yang membuat Aland kaget. Rupanya dia mendengar semua yang dia katakan
Puas berwisata, sore hari mereka pulang membawa lelah tapi juga bahagia.Reza yang begitu antusias kini tidur di dekapan ibunya saat di dalam perjalanan. Menyusuri jalan yang sama saat mereka berangkat, Kiara menoleh kembali pada apa yang dia lihat tadi."Ah, sudah tidak ada. Semoga aja apa yang aku lihat itu salah," gumamnya dalam hati.Sampai tiba di rumah, Aland turun lebih dulu yang menggantikan posisi Kiara untuk membawa Reza masuk.Tindakannya itu seperti ayah yang membopong anaknya sendiri. Tidak ada ragu dalam diri Aland sedikit pun pada Reza."Ya ampun, Reza tidur?" Aland hanya tersenyum saat bu Marwah menyapanya.Namun Kiara yang menjawab dengan lirih sengaja agar putranya itu tidak bangun.Aland membaringkan tubuh mungil itu di atas tempat tidur susun yang bermotif Doraemon.Tak lupa dia mencium pipi chubby si anak kecil."Sepertinya dia lelah sekali, dan kamu juga pasti lelah, isti
"Nggak, nggak ada apa-apa." Merasa belum yakin dengan apa yang dia lihat maka Kiara lebih baik mengatakan tidak ada apa-apa.Aland hanya menjawab singkat. "Oh."Mobil terus melaju ke tempat tujuan dan berhenti di sebuah wisata alam bernuansa pantai."Kita sudah sampai." Begitu riangnya Reza meloncat turun dari mobil dan berlari ke pinggiran pantai."Reza hati-hati, Sayang." teriak Kiara khawatir.Dan yang membuat Kiara bangga terhadap Aland, dia menghampiri Reza untuk memastikan kalau dia aman."Mas Aland begitu perhatian pada Reza, aku berharap dia sosok yang selama ini aku cari."Dari kejauhan terlihat Meraka berbisik sambil menunjuk ke arahnya. Tak lama setelah itu Reza berlari menghampiri ibunya da menarik tangan Kiara."Ibu, ayok kita ke sana. Kita ke pinggir pantai di sana, Ibu!""Eh, nggak. Ibu tunggu di sini aja, kamu mainlah sama Om tampan." Tapi Reza terus saja menarik tangannya.Mau