Tidak ada jawaban yang diberikan oleh ibu Danisa pada Raina yang sedang meminta maaf atas kesalahan putranya yang meminta Danisa untuk mengandung dan melakukan pernikahan kontrak dulu. Danisa yang mendapati sikap sang Ibu itu menjadi berdebar. Jujur saja, dia cemas jika ibunya tidak akan memaafkan dirinya dan juga Daren atas kesalahan yang telah mereka lakukan dulu. Tapi, Danisa melakukan semua itu demi uang. Dan tentunya untuk pengobatan sang ibu yang harus ditangani dengan segera dulu. “Ma …” Danisa memanggil Riana, dia mengikir jarak bangkit dari duduk setelah meminta Maya untuk mengajak kedua buah hatinya mencari makanan di kantin rumah sakit. Dia juga ingin bicara dengan ibu dan sang mama tidak ingin ada masalah di antara kedua orang tua yang begitu penting baginya itu. “Bu….” Danisa juga beralih pada sang ibu. Dia tersenyum penuh kelembutan tidak ingin memancing amarah ibunya yang akan berakibat buruk untuk kesehatannya. “Mama Riana begitu baik sata Danisa tinggal bersama b
Sesuai apa yang dia katakan pada mamanya. Daren tiba di rumah sakit tepat pukul tiga sore hari. Sebelumnya dia memberitahukan pada Danisa jika akan datang dan menemui ibunya. Danisa yang mendapati niat baik dari pria yang menjadi ayah kedua buah hatinya itu pun tidak melarang. Meski hatinya meragu, jika Ibunya tidak akan marah pada Daren. “Apa kau yakin akan datang dan bertemu ibu untuk meminta maaf? Apa kau sudah siap?” Danisa terus bertanya, seolah dia meragukan dengan keputusan yang Daren ambil meski sebenarnya itu sudah pasti sebab pria itu yang memang tidak suka berbasa-basi tentunya. “Apa aku terlihat bohong, Danisa. Aku tidak suka berbasa-basi. Lagipula, aku tidak ingin mama selalu menganggapku lelet dalam mengambil tindakan untuk keluarga kecil kita. Bukankah kita harus memberikan keutuhan keluarga untuk anak-anak kita yang telah lama menghilang.”Kali pertama Daren bertutur kata panjang kali lebar. Sebab memang Daren yang memang irit bicara sebelumnya. Danisa yang mendenga
Daren melangkah ragu, tentu saja perasaannya kali ini sedang tidak baik-baik saja. Tapi dia harus tetap melakukan apa yang diminta oleh ibu Danisa yang meminta dirinya untuk datang menemui. Danisa dapat melihat jika Daren terlihat ragu dan cemas. Tentu saja dia tahu, beberapa tahun hidup bersama Daren. Membuat Danisa sedikit banyak paham, jika raut wajah cemas yang terlihat dalam diri Daren sekarang baru kali ini dirinya lihat. Sebab, sebelum-sebelumnya Daren sama sekali tidak pernah bersikap seperti ini meski harus berhadapan dengan rekan kerjanya langsung. “Apa kau yakin akan bertemu ibu hari ini juga? Jika kau belum siap, tidak apa,” tanya Danisa yang jelas melihat jika Daren gugup saat melangkah masuk menuju ke ruang sang ibu di rawat. Daren melirik tak suka pada Danisa. Bagaimana bisa Danisa meragukannya seperti ini?“Apa kau meragukanku,” tanya Daren. Pria itu tersenyum kecut saat wanitanya sendiri tidak mempercayai dirinya saat berada dalam situasi seperti ini.Danisa hanya
Dua hari berlalu, kini keadaan rumah Danisa sedang ramai dengan beberapa orang yang sedang menyiapkan sebuah acara untuk prosesi ijab kabul ulang yang akan dilakukan oleh Danisa dan juga Daren. Saat Daren meminta restu pada Ibu Danisa, wanita yang tengah berbaring di atas ranjang itu meminta agar Daren menikahi kembali putrinya. Daren yang mendapati permintaan itu dari Ibu Danisa tentu merasa lega. Dia pun menyanggupi untuk segera melaksanakan acara ijab kabul ulang, demi bisa bersama keluarga kecilnya itu. “Mama sangat senang, akhirnya kamu akan memiliki keluarga yang utuh, Nak. Mama harap, pernikahan ulangmu ini akan memberikan warna yang membuat keluarga kecil kalian nanti bahagia,” tutur Mama Riana pada Daren yang sedang berada di samping Daren yang sedang duduk menunggu kehadiran Danisa yang tengah bersiap di kamarnya. Daren tersenyum tipis, dia mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan oleh mamanya itu kepadanya. “Aamiin. Terima kasih atas doanya ya, Ma,” jawab Daren denga
Daren membawa Danisa menuju ke rumahnya. Tentu saja dia telah meminta izin terlebih dahulu pada ibu dan mamanya untuk membawa Danisa menginap di rumahnya. Dia tidak ingin melewatkan malam pertamanya di rumah Danisa yang menurutnya tak layak baginya untuk berbulan madu itu. Lebih tepatnya, dia tidak ingin seorangpun akan mengganggu kebersamaannya bersama Danisa malam ini. Sedangkan Ara dan Aiden memilih untuk menginap di rumah neneknya. Riana yang ingin menjalin kebersamaan dengan keluarga barunya itu pun turut menginap. Dan membiarkan sepasang pengantin baru itu untuk memadu kasih setelah lama keduanya tidak bersama. “Kenapa kita tidak menginap di rumah saja. Anak-anak dan mama menginap di rumah. Meski rumahku kecil, tapi ada beberapa kamar yang bisa digunakan untuk menginap Daren,” kesal Danisa saat dirinya masih ingin menghabiskan waktu bersama kedua buah hatinya dan juga keluarganya yang sedang berkumpul itu. Wanita itu terlihat kesal, dengan melipat kedua tangannya di depan d
“Mommy!”Suara melengking yang Ara lakukan itu berhasil menusuk indera pendengaran Danisa dan Daren yang baru saja melangkah masuk ke dalam rumah setelah dua hari mereka memutuskan untuk menginap sebab tidak ingin mendapat gangguan dari kedua buah hatinya. Ara berlari, menuju ke arah kedatangan sang Mommy dan Daddy-nya. Anak perempuan itu begitu tak sabar untuk berjumpa dengan sang ibu. Bahkan, saat mobil yang Daren kendarai baru saja berhenti di area halaman rumah dan pelayan yang menyampaikan jika Daren dan Danisa telah kembali itu membuat anak perempuan yang baru saja akan menuju ke meja makan itu tak menunggu lama. Dia langsung berlari menuju ke luar rumah untuk menemui sang Mommy yang sudah sangat dia rindukan beberapa hari ini.Tanpa menunggu, Ara segera memeluk Danisa penuh Kerinduan. Sedangkan Daren hanya menggeleng dengan tingkah yang dilakukan oleh putrinya itu. “Mommy rindu sekali dengan putri mommy yang cantik ini,” kata Danisa memeluk hangat Ara dipekannya. Ara yang m
“Mama pergi dulu ya, kalian lanjutkan dulu sarapannya.” Riana mengakhiri sarapan paginya, di saat anggota keluarganya yang lain pun baru saja akan memulai.Kemudian dia beralih menatap kepada Ara yang sedang menggigit roti di tangannya.“Princess, Oma. Nanti kamu berangkatnya sama Mommy saja ya. Oma minta maaf, sebab tadi sudah janji akan antar Ara ke sekolah pagi ini seperti kemarin,” lanjut Riana berkata kepada Ara sebab dirinya tak bisa mengantarkan sang cucu sebelumnya. Sejak Daren tidak ada di rumah dan tak bisa mengantarkan kedua buah hatinya untuk bersekolah. Sejak saat itulah Riana yang selalu antar jemput bersama suster Ara dan juga sopir yang memang ditugaskan untuk mengantar jemput kedua buah hati Daren dan Danisa tersebut.“Ara nggak mau sekolah. Ara Mau di rumah saja bersama Mommy. Ara rindu sekali dengan Mommy. Hari ini, maka Ara akan menghabiskan waktu bersama Mommy. Dan Ara tak akan membiarkan Daddy mengganggu waktu kami.”Anak perempuan itu seperti sedang balas den
Pagi di kediaman rumah Daren terasa begitu berbeda seperti hari-hari biasanya. Danisa pagi-pagi sudah bangun dari tidurnya membantu pelayan yang bekerja di rumah mewah Daren itu untuk menyiapkan sarapan keluarga kecilnya.Beberapa kali pelayan meminta agar Danisa beristirahat. Tentu saja mereka tahu jika pengantin baru harus memiliki banyak waktu luang dan kebersamaan terlebih rumah tangga mereka yang terpisah lumayan lama.Akan tetapi, larangan yang dilakukan oleh pelayan untuk Danisa itu diabaikan oleh Danisa. Dia ingin sekali menyiapkan sarapan untuk kedua buah hatinya dan juga suaminya, maka dari itulah dia menyempatkan untuk pergi ke dapur dan membuatkan sarapan khusus untuk keluarga kecilnya.“Saya khawatir jika tuan dari nanti bangun akan menegur kami, Bu,” tutur wanita yang usianya jauh lebih tua dari pelayan lain yang bertugas menjadi ketua pelayan di rumah mewah itu.Indonesia menoleh, dia tersenyum hangat kepada wanita paruh baya yang begitu ramah sejak kedatangannya di rum