Bab 86. Fajar Menjadi Tersangka
==========
“Aku gak bisa, Sya! Aku gak bisa! Aku gak bisa pisah dari kamu, Sya!” Fajar memberontak. Laki-laki itu berusaha bangkit dan mencengkram lengan Alisya.
“Maaf, Mas!” tegas Alisya mengibaskan cengkraman Fajar.
Seorang Dokter dan seorang perawat datang. Pembicaraan terhenti. Dengan seksama mereka memeriksa kondisi Fajar. Setelah berbincang sesaat dengan Rahmi, sang Dokter keluar. Perawat menyuntikkan obat melalui selang&
Bab 87. Genting di Rumah Keluarga Wibawa=====Dua pasang insan tampak keluar dari gedung UGD. Mereka berjalan menuju areal parkiran. Deva berjalan paling depan, beriringan dengan Alisya. Di belakang mereka Raja dan Intan. Sore sudah menjelang. Mentari sudah condong ke arah barat.Ponsel Raja berdering. Sambil berjalan pemuda itu menerima panggilan.“Ya, Ma?” jawab pemuda bertubuh tinggi dan berkulit putih itu mendekatkan ponsel 
Bab 88. Pendirian Deva=========“Sonya jelas bersalah, Ma! Perawat itu mengakui bahwa dia disuruh oleh Sonya untuk memancing Rena menuju kolam renang dan membujuk putri Alisya yang tak tahu apa-apa itu masuk di kolam yang dalam. Dia mengakui itu, Ma! Sonya yang menyuruhnya. Dan itu terbukti benar!” sergah Deva terpancing emosi.“Sonya khilaf, kau tahu apa arti khilaf?” bantah Alina semakin ketus.“Khilaf? Mama sayang pada Rena, bukan? Mama menganggap Rena adalah pengganti&n
Bab 89. Kejutan Dari Calon Ibu Mertua======“Halo, ada apa Intan?” Ardho menjawab panggilan Intan melalui ponselnya.“Maaf mengganggu, Mas. Mas Ardho ada waktu?” jawab Intan dengan sopan.“Kenapa? Ada masalah? Alisya baik-baik saja, kan?”“Baik. Hanya sedikit menghadapi masalah aja.”“Masalah apa? Coba cerita, aja!”“Mengenai sidang kasus Rena yang akan diadakan lusa, Mas.&rdq
Bab 90. Restu Dari Alina============“Sebelum ayah saya meninggal, beliau berpesan agar kelak saya mewariskan perusahaan itu bukan kepada orang luar garis keturunan kami. Itu artinya dia ingin tetap dipegang oleh keluarga, bukan? Itu sebab saya memilih Sonya menjadi istri Deva. Kamu paham maksud saya, bukan?” Alina menegaskan.“Paham, Bu. Sangat paham.” Alisya menjawab dengan mantap.“Bagus. Kamu memang wanita yang sangat baik.”“Saya akan penuhi keinginan Ibu.&rdquo
Bab 91. Sentuhan Deva=====“Peluk Ibu, Alisya!”Wanita penuh kharisma itu menatap Alisya lembut. Sorot mata yang semula tajam berubah memelas.“Ibu Alina gak apa-apa? Suster! Tolong periksa Bu Alina!” Alisya semakin panik.“Ibu baik-baik saja, Mbak!” Perawat baru itu meyakinkan Alisya.“Maafkan ibu yang sempat menyakiti hatimu, Nak! Maaf karena sempat merendahkanmu!”
Bab 92. Ancaman Sonya Usai Sidang============Alisya membisu. Wanita itu sibuk menata hatinya yang kian tak karuan saat jemari Deva menyentuh lembut rambut dan telinganya. Sudah begitu lama Alisya tak merasakan sentuhan tangan pria. Alisya wanita normal. Dia juga tetap merasakan kerinduan akan sentuhan pria. Apalagi Deva telah berhasil menempatkan diri di posisi yang begitu istimewa di relung hatinya. Sentuhan jemari pria itu mencipta hasrat yang menggelora di seluruh tubuhnya.“Kamu kenapa gemetaran begini?” Deva pura-pura tak paham, menatap dengan senyum samar.
Bab 93. Selingkuh Dalam Khayalan 1======Di kediaman Ardho, Pengacara AlisyaLelaki itu masih sibuk di ruang kerjanya. Fokus ke layar laptop, berkonsentrasi penuh dengan kasus yang sedang ditanganinya. Kasus Alisya. Seminggu terakhir ini, dia tenggelam dalam pekerjaannya. Tak ada waktu yang tersisa, semua tercurah hanya buat wanita itu saja.Alisya, wanita yang telah menorehkan nama di relung hatinya. Terukir di sana hingga detik ini tak juga sirna. Meski wanita itu
Bab 94. Selingkuh Dalam Khayalan 2==============Bayangan wajah Alisya yang tersenyum menyambut di depan pintu ruang sidang, melintas di benaknya. Ardho berusaha mengusir bayangan Deva yang selalu mendampingi wanita pujaannya itu. Alisya sendiri di sana. Tanpa Deva.Wanita anggun, lemah lembut, berwajah jelita itu menatapnya dengan begitu memelas. Binar harap terpancar di sorot mata teduhnya. Ardho janjikan semua akan baik-baik saja. Sonya akan dihukum seberat-beratnya, sebagai balasan karena telah begitu tega merencanakan pembunuhan atas putrinya.