Bab 64. Pertengkaran Kecil Alisya dan Deva
=============
“Untung Intan dan Rena ada di situ, kalau tidak, mungkin sudah kubakar rumah itu!”
“Apa maksud Bapak?”
“Kamu nanya apa maksudku? Bagaimana bisa kamu janjian dengan Ardho, lalu kau menyambutnya hanya dengan tubuh berbalut handuk? Apakah itu sudah biasa kau lakukan, ha! Perempuan apa yang membukakan pintu untuk tamu dengan tubuh telanja*g?”
Deva berteriak kencang. Teriakan itu memancing perhatian beberapa pengunjung pengadilan yang kebetulan melintas di areal parkir.
Bab 65. Ancaman Deva===========Deva masih sangat kesal ketika Alisya melangkah turun dari mobil. Pembicaraan mereka belum selesai. Deva masih butuh penjelasan. Dia sangat percaya, Alisya tak mungkin sengaja membukakan pintu buat Ardho hanya dengan balutan handuk di tubuh indahnya. Dia sangat yakin Alisya wanita baik-baik. Namun, dia masih saja dibakar api cemburu.Lelaki itu berjalan gontai memasuki ruang sidang. Lalu mencari posisi di sudut belakang, jauh dari posisi Alisya. Deva terkejut saat rombongan Fajar memasuki ruangan. Wanita dewas
Bab 66. Kehebohan di Ruang Sidang===============“Kalau begitu, kita impas, dong! Anda juga tidak lebih baik dari saya! Tetapi, saya akan menutup skandal Anda ini. Dengan catatan, Anda juga pura-pura tak tahu mengenai hubungan saya dengan Fajar, kekasih saya. Gimana Anda setuju, bukan?” usul Dara merasa menang.“Hebat sekali tawaran Anda, Nyonya! Cukup menggiurkan. Sayang sekali, saya tidak tertarik.”“Baik, mungkin berbagai sosial media dan halaman depan koran bisnis terbitan sore i
Bab 67. Permintaan Maaf Dari Deva==========Deva masih menggenggam tangan Alisya saat keluar dari ruang sidang Pengadilan Agama itu. Langkahnya panjang-panjang, Alisya kesulitan menjejeri langkahnya.“Maaf, Pak, saya bisa jalan sendiri!” Wanita itu mencoba melepaskan tangannya.“Oh, iya, maaf!” Deva melepasnya. Lalu berjalan gontai menuju areal parkir, di mana mobilnya berada.Alisya tetap mengikuti, meski sangat enggan. Ada rasa khawatir kalau Deva
Bab 68. Raja Mencuri Strart==========“Aku percaya kamu gak pernah lakuin itu pada Ardho. Aku yakin kamu selalu berpakaian sopan di depan laki-laki mana pun. Aku marah-marah gak jelas, karena aku kesal. Aku harap kamu tak pernah mengulangnya lagi. Jangan pernah teledor lagi! Kau bisa berjanji untuk itu?”Alisya mendesah kecewa. Bukan pernyataan seperti itu yang ingin dia dengar dari mulut Deva. Bukan tentang peraturan-peraturan yang ditentukan oleh pria
Bab 69. Alisya Dilema============Alisya merasa saat ini dia berada di persimpangan. Sungguh dia tak tahu hendak melangkah ke mana. Tujuannya hanya satu, ingin hidup tenang membesarkan sang putri tercinta dan berbakti kepada orang tua. Begitu sederhana. Tak ada hal muluk yang lainnya.Tetapi, untuk mewujudkan keinginan sederhana itu, terlalu banyak rintangan yang harus dihadapi. Begitu banyak masalah yang harus dia urai. Bahkan kini dia dihadapkan
Bab 70. Deva Maju Selangkah==========Raja sudah mengungkapkan, dan dia butuh kepastian sekarang. Ya, hari ini juga Alisya akan menjawabnya. Tetapi, Deva mengacaukannya. Kenapa Deva masih saja bertahan mendekati Alisya, padahal Alisya sudah jelas menolaknya? Alisya menolak tinggal di rumah yang disediakan oleh Deva, bukankah itu sudah jelas, kalau wanita itu menolak Deva? Lalu untuk apa Deva tetap memaksakan diri? Kenapa tidak mundur saja, beri kesempatan yang sama pada Raja. Begitu 
Bab 71. Penolakan Ibu Alisya Terhadap Deva=======“Jadi sekarang Fajar bukan menantu bapak lagi, toh?” tanyanya pelan.“Maafin, Ica, Pak.”“Tidak apa-apa, Nduk! Semoga Pak Deva bisa menjadi imam yang paling tepat untuk menggantikan Fajar buat kamu, Nak!”Alisya dan Raja tersentak kaget. Deva tersenyum samar.“Ca! Ini maksudnya apa, Nduk? Ibu gak nger
Bab 72. Raja Menuntut Kepastian===========Alisya yang merasa tak enak dengan sikap ibunya yang telah mengusir Deva. Gadis itu mengejar ke arah pintu, tetapi langkahnya dihentikan oleh sang ibunda.“Ica! Jaga harga dirimu!”Alisya mengalah.“Oh, iya. Saya juga permisi, ya, Pak, Bu. Mau ke kantor lagi. Kasihan Papa sendirian mengurus semuanya.” Raja yang tak kalah kalut juga hendak pergi.“Lho, kok , buru-buru, Nak Raja! Katanya tadi ada yan
Bab 210. Para Benalu Bertaubat (Tamat)=============“Yang itu? Sepertinya itu Tante Niken sama siapa, ya, Ma? Ada dua oom oom juga.”“Kita ke sana, yuk Sayang! Biar nampak jelas.”Keduanya mempercepat langkah. Jarak beberapa meter, mereka berhenti. Alisya menahan langkah Tasya, dengan mencengkram lengan gadis kecil itu. Keduanya melongo menatap pemandangan yang mengejutkan di depan mereka. Supir peribadi Niken yang telah lama menghilang, kini ada di sana.Nanar mata Alisya menatap seorang pria satunya. Lelaki kurus, seolah tingggal kulit pembungkus tulang. Mata cekung&nb
Bab 209. Culik Aku, Mas!========“Kasihan Intan, Mas.”“Bagaimana dengan aku? Aku juga sudah berjuang melupakan kamu, tapi tetap gak bisa, gimana?”“Mas?”“Ya?”“Aku bingung!”“Kenapa bingung?”“Masih gak percaya dengan ucapan Intan tadi. Gak mungkin Mama setega itu sama kamu!”“Nyatanya seperti itu, Non! Bu Alina menyerahkan selembar cek untukku, agar aku pergi meningalkan kamu. Tapi aku tolak, karena cintaku tak ternila
Bab 208. Bukan Pagar Makan Tanaman=========“Stop! Stop! Kubilang stop! Kumohon berhenti! Jangan ikuti aku!” Niken berteriak.“Ok, kami berhenti. Tapi, kamu juga berhenti, Ken! Kenapa? Kenapa kamu mau pergi, setelah sekian lama kita tak berjumpa? Ok, aku pernah salah, aku pernah khilaf. Tapi, Mas Deva sudah memaafkan aku. Aku juga sudah menyasali perbuatanku. Aku sudah insyaf, Ken! Mas Deva dan Kak Alisya saja mau memaafkan kesalahanku, kenapa kamu tidak? Padahal kita udah sahabatan sejak kuliah semester satu. Empat tahun bukan waktu singkat untuk membina suatu hungan persahabatan, Niken!” Intan kini berurai air mata.“Sahab
Bab 207. Kejutan Buat Niken===========“Rena! Cepat, dong! Ke mana lagi, sih?” Niken memanggil keponakannya.“Bentan, Ante!” teriak gadis kecil berseragam sekolah taman kanak-kanak itu berlari menuju halaman belakang sekolah.“Rena! Ayo, dong! Kak Tasya nanti kelamaan nunggunya, lho!” Niken berusaha mengejar.Hampir setiap hari Rena menuju tempat itu. Rumah penjaga sekolah. Entah apa yang menarik perhatian Rena di sana. Biasanya Dadang yang mengantar dan menjemput Rena. Pak Dadang hanya akan menunggu saja di mobil, di dekat gerbang, tapi hari ini dia 
Bab 206. Permintaan Alisya===========“Lakukan sesuatu, Mas! Kamu mau Niken seperti itu terus?” pinta Alisya menuntut Deva.“Apa yang bisa kuperbuat, Sya?”Deva menoleh ke arah Alisya. Wanita yang masih berbaring itu menatapnya dengan serius. Deva mendekat. “Aku bisa apa, coba? Mencari Hendra lalu menikahkannya dengan Niken? Lalu apa yang akan terjadi dengan Mama? Belum lagi Papa. Kamu tahu resikonya sangat berat, bukan?”“Ya. Tapi aku tidak tega melihat Niken makin terpuruk seperti itu.”“Aku paham. Aku akan usahakan yang terbaik buat mereka. Jika mereka berjodoh, aku yakin mereka pasti akan bersatu juga. Seperti kita.”“Ya.”“Bedanya, kamu bisa
Bab 205. Niken memilih Menjadi Perawan Tua=======“Gimana, dong?” Aisyah memilin ujung jilbabnya.“Siapa yang suruh merajuk-rajuk segala. Dipaksa nikah sama Mama, bingung, kan?”“Mas Raja, sih. Suka banget buat Ai cemburu!”“Ai, aku baik sama Alisya, hanya sebatas adik kepada kakaknya, gak lebih! Tolong kamu paham, dong, Ai. Aku, sih, ok aja, disuruh nikahi kamu, sekarang, pun aku mau. Tapi, kamu? Belum mau, kan? Nah sekarang siapa yang gak serius dengan hubungan ini?”“Ai serius, Mas. A
Bab 204. Kejutan Putri Bungsu Haga Wibawa==========“Siapa bilang Non Niken tidak punya kekasih, Buk?”“Buktinya, lihat! Hari-hari di rumah saja. Cowok yang datang main ke rumah ini juga tidak pernah ada, kan? kasihan dia, sepertinya kesepian.”“Ibuk salah. Justru Non Niken setiap hari berbunga-bunga. Tapi, saya gak berani bilang siapa orangnya, ya, Buk, jangan paksa saya bicara, ya!”“Siapa? Kamu kenal, Srik?”“Jangan tanya, Buk! Ampun! Ya, Alloh, kanapa mulutku nyeplos, sih! Anggap Ibuk gak pernah dengar apa-
Bab 203. Alisya Hamil, Aisyah Cemburu==========“Iya. Aku akan belajar untuk berubah. Sabar, ya, Sayang! Aku pasti bisa, meski perlahan.” Deva mengelinjang. Sentuhan Alisya membuatnya kian mengawang. Nalurinya kian menghentak, saat tangan Alisya melepas lilitan handuk di pinggang.“Aku khawatir, Sya! Kalau beneran sudah ada calon bayi kita di rahim kamu, aku takut dia terganggu, Sayang!”“Kamu bisa pelan-pelan, kan, Mas!”“Hem, bisa. Terima kasih, Sayang!”Alisya membuktikan rasa hati yang sesungguhnya. Ungkapan cintanya yang begitu besar yang hanya untuk Deva. Tak ada&nb
Bab 202. Perhatian Raja Membakar Cemburu Deva=========“Tidak, kita ke Dokter spesialis kandungan saja, Sayang! bentar aku pakai baju, dulu, ya! Ops, kamu di situ aja, nanti aku gendong ke mobil. Jangan bergerak, Sayang! Tolong jangan gerak, ya!” titahnya seraya bangkit dan berjalan menuju lemari pakian.“Aku bisa jalan sendiri, Mas! Gak usah berlebihan, deh! Aku gak manja, kok. Seperti yang kamu mau. Kamu kan gak suka perempuan manja!”“Sya?” Deva menatap lembut wajah istrinya. Pria itu urung membuka pintu lemari.Ponsel Alisya berdering.&nbs