Bab 172. Aku Ingin Itu, Mas
==========
Rika terpana. Bahkan Raja belum sempat menyatakan isi hatinya. Kenapa dia merasa begitu sakit saat tahu Raja telah punya kekasih? Toh, pria itu belum menyatakan apa-apa. Lalu pria ini? Kenapa dia tampak begitu menyayangi dirinya, padahal ini kali pertama mereka bertemu.
Apa arti semua ini? Adakah rasa yang sempat tumbuh kepada Mas Raja hanyalah langkah untuk aku bertemu dengan Dokter ini? Apakah ini hikmah dari sakit hati karena aku merasa dipermainkan oleh Mas Raja? Ya, Tuhan, aku tak paham dengan semua ini. Hanya kumohon pada-Mu, tolong hindarkan aku dari orang-orang kaya yang berniat tak baik padaku. Aku  
Bab 173. Vitamin Cinta Alisya==========Alisya bangkit dari duduknya. Kini wanita itu berdiri tepat di sisi ranjang. Alisya mengikis jarak di antara wajah mereka. Deva menunggu. Menanti sentuhan hangat penuh cinta dari bibir lembut istrinya. Tangan kanannya melingkar di bahu Alisya, saat keduanya terpaut menjadi satu. Pagutan itu masih sangat lambat, namun desir kerinduan tertangkap dengan jelas.“Ups, maaf!”Sepasang pengantin baru itu tersentak kaget. Seseorang masuk ke dalam ruangan itu tanpa permisi. Segera Alisya tegak berdiri, merapikan kembali rambut dan blus yang dikenakannya. Menyapu bibirnya dengan ujung jemari, seolah sesuatu masih menempel di sana. Wanita it
Bab 174. Ardho Dibebaskan Deva===========Dr. Robert menyapu wajahnya dengan kedua telapak tangan. Alisya makin gelisah.“Bahkan Tiara sempat melarang saya melakukan ini. Kami sempat bertengkar, karena hal ini. Entah mengapa dia menolak rencana saya menemui Pak Deva. Katanya itu tak akan berhasil, padahal Pak Deva begitu bijaksana, saya tahu itu. Pak Deva pasti akan mengabulkan permintaan saya. Tapi, maaf ini gak ada hubungannya dengan jasa saya karen telah berhasil membuang tumor ganas di otak Bapak. Tidak ada hubungannya sama sekali. Saya memohon ini, hanya mengharapkan kebijaksanaan Pak Deva saja. Bahwa saya memang benar-benar sedang membutuhkan pertolongan dari Bapak. Itu saja.&
Bab 175. Janji Di Rumah Sakit===========“Ok, aku minta maaf. Aku harus bagaimana, Sayang! Tolong beritahu aku. Aku janji akan mengikuti apa mau kamu.”“Kamu gak akan bisa, Mas. Watak asli kamu mamang seperti itu, lanjutkan saja! Aku bisa apa.”“Katakan, Sya! Aku harus bagaiamana?”“Kenapa Mas Deva memutuskan sendiri permintaan Dr. Robert tadi. Asal Mas Deva tahu, Tiara sudah menemuiku terlebih dahulu, dia dan Mamanya memintaku hal yang sama. Pada saat itu, Mas Deva baru saja keluar dari ruang ICU. Itu sebab aku tak mau memenuhi keinginan Tiara. Bagaimana bisa aku mengeluarkan pembunuh suamiku dari penjara
Bab 176. Dendam Membakar Intan===========“Jadi pengen cepat pulang, Sayang.” Deva menatap wajah istrinya sendu.“Sabar, dua hari lagi.” Besok boleh enggak, ya?”“Jangan maksa, dong, Mas!”“Gimana, aku udah kangen banget. Masa aku minta di sini, bulan madu di ranjang pasien, apa kata orang?”“Makanya di tahan!”“Baiklah, Nyonya. Aku akan bertahan.”“Harus! Belajar mengendalikan keinginan. Tak selalu keinginan kita bisa
Bab 177. Kejutan Dari Rena Saat Deva Pulang========“Selamat datang, silahkan masuk!” Intan membuka pintu utama rumah besar itu sambil membentangkan kedua tangan.“Kenapa dia masih ada di rumah ini?” bisik Deva di telinga Alisya. Tampak dia terkejut melihat keberadaan Intan di rumah itu. Hari ini adalah hari kepulangannya dari rumah sakit.“Maksud Mas, apa?” Alisya jauh lebih terkejut. Sama sekali dia tak paham apa maksud kalimat Deva. Bukankah memang selama ini Intan tinggal bersama mereka? Kenapa Deva mempertanyakannya sekarang?&n
Bab 178. Tamparan Alisya Buat Intan=========“Jadi udah jelas, kan, apa yang Ante sering bilang sama Rena! Papa Deva itu bukan papa yang baik. Dia jahat, dia mau mencuri Mama Rena. Mau ambil Mama Rena, mau dia jadiin mama buat Tasya aja. Papa Rena itu sebenarnya adalah Papa Fajar. Orangnya baik, tapi udah dijahatin sama Papa Deva, makanya masuk penjara.”Alisya kaget. Darah langsung menggelegak, seperti naik sampai ke ubun-ubun. Jadi ini yang telah dilakukan Intan selama ini. Kenapa? Setelah aku tampung dia selama ini? Susah senang dia tak pernah aku lalaikan. Ternyata dia musuh dalam selimut. Duri di dalam rumah tanggaku. Oke, duri ini harus kucabut, dan kubuang ke jalanan! Emosi kia
Bab 179. Buah Jatuh Tak Jauh Dari Pohonnya=========“Intan! Apa lagi yang kamu tunggu! Keluar sekarang!” Alisya berteriak kencang. Wanita itu tak lagi bisa mengontrol emosi yang membakar. Tak bisa menahan amarah, meski Rena semakin ketakutan.“Ok, aku keluar!” Gadis itu buru-buru mengeluarkan tas besar dari dalam lemari pakaian. Memasukkan baju-bajunya secara asal. Lalu meraih sebuah map dari dalam laci lemari. Rena tetap menangis sambil mencengkram ujung baju Intan. Itu membuat gerakan Intan sedikit terhalang.“Ada apa ini?
Bab 180. Aisyah Menyelamatkan Rena==========Intan dengan tubuh Rena yang tetap terseret tak mau lepas, kini sudah berada di teras rumah, diirngi dengan seluruh keluaga besar yang kebingungan untuk membujuk bocah itu. Bik Warsih berlari-lari menuju pintu gerbang. Sebuah mobil berwarna putih memasuki halaman rumah besar itu. Berhenti persis di samping mobil Raja.Seorang gadis berbusana syar’i keluar dari dalam mobil. Dua buah boneka besar dia peluk. Boneka yang masih berbungkus plastik transfaran. Boneka yang hampir sebesar tubuh Rena. Bocah kecil yang tengah berteriak histeris itu tiba-tiba menghentikan tangisnya. Mata kecil
Bab 210. Para Benalu Bertaubat (Tamat)=============“Yang itu? Sepertinya itu Tante Niken sama siapa, ya, Ma? Ada dua oom oom juga.”“Kita ke sana, yuk Sayang! Biar nampak jelas.”Keduanya mempercepat langkah. Jarak beberapa meter, mereka berhenti. Alisya menahan langkah Tasya, dengan mencengkram lengan gadis kecil itu. Keduanya melongo menatap pemandangan yang mengejutkan di depan mereka. Supir peribadi Niken yang telah lama menghilang, kini ada di sana.Nanar mata Alisya menatap seorang pria satunya. Lelaki kurus, seolah tingggal kulit pembungkus tulang. Mata cekung&nb
Bab 209. Culik Aku, Mas!========“Kasihan Intan, Mas.”“Bagaimana dengan aku? Aku juga sudah berjuang melupakan kamu, tapi tetap gak bisa, gimana?”“Mas?”“Ya?”“Aku bingung!”“Kenapa bingung?”“Masih gak percaya dengan ucapan Intan tadi. Gak mungkin Mama setega itu sama kamu!”“Nyatanya seperti itu, Non! Bu Alina menyerahkan selembar cek untukku, agar aku pergi meningalkan kamu. Tapi aku tolak, karena cintaku tak ternila
Bab 208. Bukan Pagar Makan Tanaman=========“Stop! Stop! Kubilang stop! Kumohon berhenti! Jangan ikuti aku!” Niken berteriak.“Ok, kami berhenti. Tapi, kamu juga berhenti, Ken! Kenapa? Kenapa kamu mau pergi, setelah sekian lama kita tak berjumpa? Ok, aku pernah salah, aku pernah khilaf. Tapi, Mas Deva sudah memaafkan aku. Aku juga sudah menyasali perbuatanku. Aku sudah insyaf, Ken! Mas Deva dan Kak Alisya saja mau memaafkan kesalahanku, kenapa kamu tidak? Padahal kita udah sahabatan sejak kuliah semester satu. Empat tahun bukan waktu singkat untuk membina suatu hungan persahabatan, Niken!” Intan kini berurai air mata.“Sahab
Bab 207. Kejutan Buat Niken===========“Rena! Cepat, dong! Ke mana lagi, sih?” Niken memanggil keponakannya.“Bentan, Ante!” teriak gadis kecil berseragam sekolah taman kanak-kanak itu berlari menuju halaman belakang sekolah.“Rena! Ayo, dong! Kak Tasya nanti kelamaan nunggunya, lho!” Niken berusaha mengejar.Hampir setiap hari Rena menuju tempat itu. Rumah penjaga sekolah. Entah apa yang menarik perhatian Rena di sana. Biasanya Dadang yang mengantar dan menjemput Rena. Pak Dadang hanya akan menunggu saja di mobil, di dekat gerbang, tapi hari ini dia 
Bab 206. Permintaan Alisya===========“Lakukan sesuatu, Mas! Kamu mau Niken seperti itu terus?” pinta Alisya menuntut Deva.“Apa yang bisa kuperbuat, Sya?”Deva menoleh ke arah Alisya. Wanita yang masih berbaring itu menatapnya dengan serius. Deva mendekat. “Aku bisa apa, coba? Mencari Hendra lalu menikahkannya dengan Niken? Lalu apa yang akan terjadi dengan Mama? Belum lagi Papa. Kamu tahu resikonya sangat berat, bukan?”“Ya. Tapi aku tidak tega melihat Niken makin terpuruk seperti itu.”“Aku paham. Aku akan usahakan yang terbaik buat mereka. Jika mereka berjodoh, aku yakin mereka pasti akan bersatu juga. Seperti kita.”“Ya.”“Bedanya, kamu bisa
Bab 205. Niken memilih Menjadi Perawan Tua=======“Gimana, dong?” Aisyah memilin ujung jilbabnya.“Siapa yang suruh merajuk-rajuk segala. Dipaksa nikah sama Mama, bingung, kan?”“Mas Raja, sih. Suka banget buat Ai cemburu!”“Ai, aku baik sama Alisya, hanya sebatas adik kepada kakaknya, gak lebih! Tolong kamu paham, dong, Ai. Aku, sih, ok aja, disuruh nikahi kamu, sekarang, pun aku mau. Tapi, kamu? Belum mau, kan? Nah sekarang siapa yang gak serius dengan hubungan ini?”“Ai serius, Mas. A
Bab 204. Kejutan Putri Bungsu Haga Wibawa==========“Siapa bilang Non Niken tidak punya kekasih, Buk?”“Buktinya, lihat! Hari-hari di rumah saja. Cowok yang datang main ke rumah ini juga tidak pernah ada, kan? kasihan dia, sepertinya kesepian.”“Ibuk salah. Justru Non Niken setiap hari berbunga-bunga. Tapi, saya gak berani bilang siapa orangnya, ya, Buk, jangan paksa saya bicara, ya!”“Siapa? Kamu kenal, Srik?”“Jangan tanya, Buk! Ampun! Ya, Alloh, kanapa mulutku nyeplos, sih! Anggap Ibuk gak pernah dengar apa-
Bab 203. Alisya Hamil, Aisyah Cemburu==========“Iya. Aku akan belajar untuk berubah. Sabar, ya, Sayang! Aku pasti bisa, meski perlahan.” Deva mengelinjang. Sentuhan Alisya membuatnya kian mengawang. Nalurinya kian menghentak, saat tangan Alisya melepas lilitan handuk di pinggang.“Aku khawatir, Sya! Kalau beneran sudah ada calon bayi kita di rahim kamu, aku takut dia terganggu, Sayang!”“Kamu bisa pelan-pelan, kan, Mas!”“Hem, bisa. Terima kasih, Sayang!”Alisya membuktikan rasa hati yang sesungguhnya. Ungkapan cintanya yang begitu besar yang hanya untuk Deva. Tak ada&nb
Bab 202. Perhatian Raja Membakar Cemburu Deva=========“Tidak, kita ke Dokter spesialis kandungan saja, Sayang! bentar aku pakai baju, dulu, ya! Ops, kamu di situ aja, nanti aku gendong ke mobil. Jangan bergerak, Sayang! Tolong jangan gerak, ya!” titahnya seraya bangkit dan berjalan menuju lemari pakian.“Aku bisa jalan sendiri, Mas! Gak usah berlebihan, deh! Aku gak manja, kok. Seperti yang kamu mau. Kamu kan gak suka perempuan manja!”“Sya?” Deva menatap lembut wajah istrinya. Pria itu urung membuka pintu lemari.Ponsel Alisya berdering.&nbs