Bab 17. Kejutan Dari Alisya Buat keluarga Benalu
========
Alisya terdiam. Kini dia sadar, ternyata kesulitan di bidang ekonomi, tidak selamanya menjadi pemicu prahara sebuah rumah tangga. Buktinya keluarga sekaya Haga Wibawa sekalipun, ternyata dilanda prahara juga. Tidak masalah ekonomi, tetapi masalah lainpun bisa menjadi penyebab ketidakharmonisan suatu keluarga.
“Maaf, aku jadi curhat.” Raja sedikit menyesal.
“Oh, tidak apa-apa, Mas. Saya siap mendengarkan, tapi, maaf, gak bisa bantu apa-apa.”
“Kamu salah, Sya. Aku curhat seperti ini ke kamu, justru karena merasa kamu yang bisa menyelesaikan masalah ini.”
“Apa?” Alisya mengerutkan kening.
“Iya, Aku yaki kamu bisa merubah watak
Bab 18. Deva Memerintahkan Alisya meningalkan Rumah======“Maaf, Pak Raja, Bapak Manggil saya?” Seorang wanita empat puluh tahunan masuk ke dalam ruangan Raja.“Iya, Bu Ayu! Kenalin, itu Alisya!” Raja menunjuk Alisya.Alisya langsung berdiri, menggangguk dengan sopan sambil mengulas senyum.“Bu Ayu butuh tenaga satu orang bukan? Silahkan bimbing dia! Mudah-mudahan bisa memenuhi kriteria yang Ibu harapkan.”“Baik, Pak. Cantik. Sesuai dengan gambaran Pak Deva.”“Pak Deva?” Alisya dan Raja terkejut.“Ya, barusan Pak Deva memanggil saya, menyerahkan data-data Bu Alisya yang tersimpan di filenya. Bu Alisya pindahan dari pabrik, kan?”
Bab 19. Tangis Rena Dalam Cengkraman Fajar=======“Itu butik langganan Bu Sonya, Bu Alisya! Belanja di situ saja, biar cepat!” Sang sopir membuyarkan lamunan Alisya.“Langganan butik Bu Sonya?” Alisya tercekat.“Ya, model yang disediakan di butik ini adalah model kesukaan Pak Deva. Dari pada jadi masalah besok pagi, lebih baik Ibu belanja di sini saja!”“Maksud Bapak? Saya tak mengerti?”“Iya, Bu. Pak Deva orangnya sangat perfeksionis. Semua harus seperti keinginannya.”“Iya, saya tahu, tapi kenapa saya harus mengikuti keinginannya?”Pak Dadang tak menjawab. Membukakan pintu mobil buat Alisya, lalu menemani wanita itu masuk ke&n
Bab 20. Drama Kepergian Alisya Dari Rumah=====“Pergilah Alisya! Aku mau tahu, apakah kau bisa pergi tanpa putrimu!”Fajar menyergap Rena. Bocah itu menjerit sambil meronta-ronta.Ibu mertua terkekeh.“Ya, pergilah, setelah kau mendengar Bapak kamu terkapar karena telponku!” ancam wanita itu sambil menekan nomor telepon orang tua Alisya.“Yepasin Lena, papa! Tatit … yepasin Papppaaaaa!”“Lepaskan Rena, Mas! Kau menyakitinya!” Alisya merebut bocah malang itu dari sergapan Fajar. Tetapi, Intan malah memegangi dirinya dari belakang.“Intan! Apa yang kau lakukan! Lepaskan, Intan!” Alisya be
Bab 21. Keluarga Benalu Kena BatunyaAlisya tidak menangis. Lebih tepatnya tidak terlihat menangis. Karena tangisnyaa pecah di dalam dada. Ciptakan gemuruh yang begitu hebat di dalam sana. Isaknya bahkan tak terdengar, karena tergantikan dengan detak jantungnya yang berpacu tak beraturan, tak ada isak tangis, yang ada hanya napasnya yang terdengar tersengal.Juga tak ada air mata. Alisya tak mau air matanya tumpah di hadapan keluarga yang sempat dijadikannya sebagai tempat mengabdi, yang ternyata hanya menganggapnya seekor sapi.“Maaf, Sya! Aku tidak pernah mencintai Desy! Aku hanya mencintaimu saja. Aku sangat mencintai kamu, Sya. Itu sebab aku memilih kamu, bukan Desy!”“Andai aku tahu, kau pernah tidur dengan Desy sebelum kamu menikahiku, maka
Bab 22. Percakapan Haru Dengan Bapak=====“Bu Alisya baik-baik saja?” Pak Dadang melirik kaca spion yang terpasang di plafon mobil, di dekat supir.Alisya mengangguk.“Putri Ibu, bagaimana?”“Dia juga baik, Pak. Tetapi, mungkin sedikit trauma.”“Ya, semoga dia bisa melupakan masa-masa sulit ini. Atau kita ke dokter dulu, memeriksa keadaanya?”“Tidak usah, Pak. Rena anak yang kuat. Dia pasti bisa melewati ini. Mulai sekarang, tak akan ada lagi yang membuatnya terluka, baik lahir maupun batinya.Hening sesaat. Alisya menghela napas dalam-dalam.Rena masih meletakkan kepala di pangkuan Alisya. Mungkin
Bab 23. Para Benalu Kehilangan Induk Semang=======“Bu Alisya! Kita sudah sampai, Bu!” Pak Dadang mengurangi keceapatan mobil lalu berhenti sebentar menunggu pintu pagar dibukakan.Seorang wanita paruh baya tergopoh-gopoh, berlari kecil menuju gerbang. Membuka gembok besar, lalu perlahan pintu pagar terbuka. Pak Dadang melajukan mobil yang dikendarainya ke halaman.Alisya terpana, menatap takjub rumah besar dan megah di hadapan. Hanya berlantai dua, tetapi megahnya tak kalah dengan rumah utama yang ditempati oleh keluarga Wibawa yang di dekat Kodam sana.“ini rumahnya, Bu! Silahkan turun!”Alisya melongo.“Kenapa, Bu Alisya?”&nbs
Bab 24. Kedudukan Pelakor Tetap Di Keset Kaki=====Perempuan itu sudah sangat terbiasa masuk ke dalam kamar utama. Kamar yang dihuni oleh sang tuan rumah bersama pasangan halalnya. Fajar dan Alisya. Tetapi, Desy telah menguasai dengan caranya, sejak sang Tante membawanya turut serta tinggal di rumah itu. Bagai benalu menumpang hidup pada induk semangnya. Menghisap habis kebahagiaan yang susah payah diciptakan oleh Alisya, bahkan tega mengambil suaminya juga.Ibarat sebuah Bus, Alisya kini hanya seorang penumpang. Numpang mandi dikamar mandi yang tersedia di kamar itu, numpang menyimpan pakaian di lemari besar yang terletak di dalam kamar itu, dan numpang tidur beberapa jam di ranjang besar itu. Jam dua belas malam tiba di rumah karena lembur, esok pagi pukul enam tepat, sudah pergi lagi ke pabrik&nbs
Bab 25. Rencana Busuk Mantan Mertua dan Pelakor======“Mas, berapa tahun hubungan kita, aku tak pernah hamil, bukan? Itu artinya kau tak bisa punya anak! Kenapa Alisya bisa hamil, Mas? Pikirkan itu! Berhenti menyesali kepergian perempuan itu! Dia telah mengkhianatimu, Mas!”“Keluar! Keluar! Jangan pernah temui kau!”“Tidak! Aku tidak akan pernah keluar lagi dari rumah ini, bila Alisya sudah pergi! Aku akan menggantikan dia! Itu janjimu padaku! Itu komitmen kita!”“Janji? Komitmen! Dengar! Aku tidak pernah mencintaimu! Aku tak pernah berjanji apa-apa padamu! Kau menyerahkan dirimu karena kau butuh aku! Kau yang menyukaiku, bukan aku!”“Apa? Kau tega berkata seperti itu, Mas? Kau mencampakka
Bab 210. Para Benalu Bertaubat (Tamat)=============“Yang itu? Sepertinya itu Tante Niken sama siapa, ya, Ma? Ada dua oom oom juga.”“Kita ke sana, yuk Sayang! Biar nampak jelas.”Keduanya mempercepat langkah. Jarak beberapa meter, mereka berhenti. Alisya menahan langkah Tasya, dengan mencengkram lengan gadis kecil itu. Keduanya melongo menatap pemandangan yang mengejutkan di depan mereka. Supir peribadi Niken yang telah lama menghilang, kini ada di sana.Nanar mata Alisya menatap seorang pria satunya. Lelaki kurus, seolah tingggal kulit pembungkus tulang. Mata cekung&nb
Bab 209. Culik Aku, Mas!========“Kasihan Intan, Mas.”“Bagaimana dengan aku? Aku juga sudah berjuang melupakan kamu, tapi tetap gak bisa, gimana?”“Mas?”“Ya?”“Aku bingung!”“Kenapa bingung?”“Masih gak percaya dengan ucapan Intan tadi. Gak mungkin Mama setega itu sama kamu!”“Nyatanya seperti itu, Non! Bu Alina menyerahkan selembar cek untukku, agar aku pergi meningalkan kamu. Tapi aku tolak, karena cintaku tak ternila
Bab 208. Bukan Pagar Makan Tanaman=========“Stop! Stop! Kubilang stop! Kumohon berhenti! Jangan ikuti aku!” Niken berteriak.“Ok, kami berhenti. Tapi, kamu juga berhenti, Ken! Kenapa? Kenapa kamu mau pergi, setelah sekian lama kita tak berjumpa? Ok, aku pernah salah, aku pernah khilaf. Tapi, Mas Deva sudah memaafkan aku. Aku juga sudah menyasali perbuatanku. Aku sudah insyaf, Ken! Mas Deva dan Kak Alisya saja mau memaafkan kesalahanku, kenapa kamu tidak? Padahal kita udah sahabatan sejak kuliah semester satu. Empat tahun bukan waktu singkat untuk membina suatu hungan persahabatan, Niken!” Intan kini berurai air mata.“Sahab
Bab 207. Kejutan Buat Niken===========“Rena! Cepat, dong! Ke mana lagi, sih?” Niken memanggil keponakannya.“Bentan, Ante!” teriak gadis kecil berseragam sekolah taman kanak-kanak itu berlari menuju halaman belakang sekolah.“Rena! Ayo, dong! Kak Tasya nanti kelamaan nunggunya, lho!” Niken berusaha mengejar.Hampir setiap hari Rena menuju tempat itu. Rumah penjaga sekolah. Entah apa yang menarik perhatian Rena di sana. Biasanya Dadang yang mengantar dan menjemput Rena. Pak Dadang hanya akan menunggu saja di mobil, di dekat gerbang, tapi hari ini dia 
Bab 206. Permintaan Alisya===========“Lakukan sesuatu, Mas! Kamu mau Niken seperti itu terus?” pinta Alisya menuntut Deva.“Apa yang bisa kuperbuat, Sya?”Deva menoleh ke arah Alisya. Wanita yang masih berbaring itu menatapnya dengan serius. Deva mendekat. “Aku bisa apa, coba? Mencari Hendra lalu menikahkannya dengan Niken? Lalu apa yang akan terjadi dengan Mama? Belum lagi Papa. Kamu tahu resikonya sangat berat, bukan?”“Ya. Tapi aku tidak tega melihat Niken makin terpuruk seperti itu.”“Aku paham. Aku akan usahakan yang terbaik buat mereka. Jika mereka berjodoh, aku yakin mereka pasti akan bersatu juga. Seperti kita.”“Ya.”“Bedanya, kamu bisa
Bab 205. Niken memilih Menjadi Perawan Tua=======“Gimana, dong?” Aisyah memilin ujung jilbabnya.“Siapa yang suruh merajuk-rajuk segala. Dipaksa nikah sama Mama, bingung, kan?”“Mas Raja, sih. Suka banget buat Ai cemburu!”“Ai, aku baik sama Alisya, hanya sebatas adik kepada kakaknya, gak lebih! Tolong kamu paham, dong, Ai. Aku, sih, ok aja, disuruh nikahi kamu, sekarang, pun aku mau. Tapi, kamu? Belum mau, kan? Nah sekarang siapa yang gak serius dengan hubungan ini?”“Ai serius, Mas. A
Bab 204. Kejutan Putri Bungsu Haga Wibawa==========“Siapa bilang Non Niken tidak punya kekasih, Buk?”“Buktinya, lihat! Hari-hari di rumah saja. Cowok yang datang main ke rumah ini juga tidak pernah ada, kan? kasihan dia, sepertinya kesepian.”“Ibuk salah. Justru Non Niken setiap hari berbunga-bunga. Tapi, saya gak berani bilang siapa orangnya, ya, Buk, jangan paksa saya bicara, ya!”“Siapa? Kamu kenal, Srik?”“Jangan tanya, Buk! Ampun! Ya, Alloh, kanapa mulutku nyeplos, sih! Anggap Ibuk gak pernah dengar apa-
Bab 203. Alisya Hamil, Aisyah Cemburu==========“Iya. Aku akan belajar untuk berubah. Sabar, ya, Sayang! Aku pasti bisa, meski perlahan.” Deva mengelinjang. Sentuhan Alisya membuatnya kian mengawang. Nalurinya kian menghentak, saat tangan Alisya melepas lilitan handuk di pinggang.“Aku khawatir, Sya! Kalau beneran sudah ada calon bayi kita di rahim kamu, aku takut dia terganggu, Sayang!”“Kamu bisa pelan-pelan, kan, Mas!”“Hem, bisa. Terima kasih, Sayang!”Alisya membuktikan rasa hati yang sesungguhnya. Ungkapan cintanya yang begitu besar yang hanya untuk Deva. Tak ada&nb
Bab 202. Perhatian Raja Membakar Cemburu Deva=========“Tidak, kita ke Dokter spesialis kandungan saja, Sayang! bentar aku pakai baju, dulu, ya! Ops, kamu di situ aja, nanti aku gendong ke mobil. Jangan bergerak, Sayang! Tolong jangan gerak, ya!” titahnya seraya bangkit dan berjalan menuju lemari pakian.“Aku bisa jalan sendiri, Mas! Gak usah berlebihan, deh! Aku gak manja, kok. Seperti yang kamu mau. Kamu kan gak suka perempuan manja!”“Sya?” Deva menatap lembut wajah istrinya. Pria itu urung membuka pintu lemari.Ponsel Alisya berdering.&nbs