Share

87 - Indecisive

Penulis: Dreamer Queen
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ilona tidak mengerti lagi apa yang harus ia lakukan selain menangis. Seakan-akan takdir kembali melemparnya ke dalam kubangan kepedihan tak berujung.

Cahaya yang masuk lewat celah gordeng sanggup memberitahu jika hari telah berganti dan malam kabut telah pergi, akan tetapi lukanya masih begitu terasa.

Ilona membuka matanya yang baru terpejam selama beberapa menit. Ia memandang sisi kanan ranjang yang tampak begitu rapi, menandakan jika calon suaminya tak pulang semalam.

Selapis bening cairan putih kembali terbentuk membuat matanya perih. Ilona menghela napas dan kembali ia merasakan kesesakan di dada ketika gadis itu mengembuskan napas panjang.

TOK TOK TOK

Ilona mengerutkan kening. Kepalanya kembali terasa pening ketika ia mencoba untuk bangkit. Hembusan napas panjang menggiring gadis itu untuk berdiri dari ranjang lantas berjalan menghampiri pintu.

Sempat jantungnya berdetak meningkat saat memikirkan wajah seorang pria yang tak pul

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Belongs to The Billionaire Brothers [INDONESIA]   88 - Too Hurt to Know How Bad Are You

    Ilona mengerutkan dahi ketika mendengar dering telepon. Wanita itu menyibakan selimut yang menutupi tubuhnya. Ia duduk di tepi ranjang lantas tangannya meraih gagang telepon yang terletak di atas nakas. Ilona tak bersuara menanti si penelepon mengeluarkan suaranya. “Tidurmu nyenyak?” Wanita muda itu kembali mengerutkan dahi. Suara serak di seberang sambungan telepon tampak sedikit familiar. Kekehan sinis dari si penelpon membuyarkan lamunan Ilona yang masih mengira-ngira siapa sekiranya orang itu. “Ayolah. Aku tahu kau sedang menangisi kehamilanmu. Ups!” “Siapa kau, hah?!” desis Ilona yang akhirnya mengundang gelak tawa dari seberang sambungan telepon. “Akhirnya kau bersuara juga. Kupikir kau sudah bisu karena Kenedict meninggalkanmu. Sudah kubilang dia tidak sebaik yang kau pikirkan. You just a dork, Baby girl.” Ilona mendesah panjang. “Dasar kurang kerjaan,” gumam Ilona. Gadis itu bersiap me

  • Belongs to The Billionaire Brothers [INDONESIA]   89 - The Real You

    “Ilona!”Ilona tersentak. Refleks, gadis itu menutup matanya. Kenedict akhirnya berhasil meraih tangan gadis itu sebelum ia melangkah lebih jauh.“Lepas!” bentak Ilona. Buliran air bening tiada henti menetes dari pelupuk matanya.Kenedict berdecak kesal. Lewat sudut matanya, Kenedict melihat tatapan orang-orang di sekelilingnya yang mulai memandang mereka dengan tatapan sinis. Kent mendengkus. Ia kembali memberikan tatapan keras pada Ilona lantas menarik tangan gadis itu dengan kasar.“Ikut denganku,” desis pria itu.“Lepaskan aku!” jerit Ilona.Gadis itu memberontak. Ia mengayunkan tangannya yang berada di dalam tawanan tangan kekar Kenedict. Namun, Kent tak peduli. Ia terus menyeret Ilona lantas membawanya ke dalam kamar.Dari kejauhan, Ilona melihat seorang gadis yang sedang berdiri di dekat kamar tempat di mana ia memergoki kekasihnya. Deru napas Ilona bahkan menggema hingga ke bawah

  • Belongs to The Billionaire Brothers [INDONESIA]   90 - Do You Remeber Me?

    Langit tampak mendung mengeluarkan gemuruh riuh disusul awan hitam yang kini mulai menumpahkan cairan ke bumi. Seketika langit Milan pun berubah. Seakan-akan ikut merasakan kepedihan yang kini dialami oleh seorang gadis yang tengah menapaki trotoar sambil memegang coat panjang yang menjadi satu-satunya pelindung tubuhnya sekarang. Ia masih tersedu-sedu. Seakan menghiraukan tatapan orang-orang yang berpapasan dengannya. “Are you okay?” Gadis itu hanya bisa menundukan kepala ketika segelintir orang tampak menghawatirkan keadaannya. Tidak. Dia sedang tidak baik-baik saja. Tidak bisakah mereka melihatnya? Tak cukupkah raut wajahnya menggambarkan betapa kondisinya saat ini sedang tidak baik-baik saja? Tidak ada yang baik-baik saja ketika calon suamimu menyuruhmu pergi dan mencari lelaki lain yang bisa menerima kondismu saat ini. Dada Ilona seperti disayat. Mencelos perasaan perih yang kian menyesak. ‘Ohya? Kalau begitu

  • Belongs to The Billionaire Brothers [INDONESIA]   91 - Unsertain

    Sambil menahan getaran di tubuhnya, Ilona berusaha untuk bangkit. Matanya membesar memandangi pria di hadapannya. “K-kau?” Ilona menggagap. “Yah, aku. Apa kabarmu, Ilona?” Pria itu menutup kalimat dengan senyum kotaknya yang khas. Ilona tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bergeming, Menyaksikan pria di depannya tengah menyingkap over coat di tubuhnya. Kedua tangan Ilona masih memeluk tubuhnya yang makin menggigil kedinginan. Ia menunduk saja ketika pria di depannya menyampirkan over coat tersebut ke tubuh Ilona berharap gadis itu akan mendapatkan kehangatan. Selain tubuh, kini wajah Ilona juga bergetar. Bibir ranum kini berubah pucat. Ikut bergetar menahan dingin yang kian membekukan tubuh. “Ayo, kuantar kau kembali pada Mr. Kent,” ucap pria itu. Ilona langsung melayangkan pandangan nyalang kepada pria tersebut. Gadis itu menggelengkan kepalanya. “Tidak,” lirih Ilona dengan bibir yang bergetar. Gadis itu menyembunyikan w

  • Belongs to The Billionaire Brothers [INDONESIA]   92 - One More Tiring Day

    “Apakah kau menemukannya?”Massimo menggelengkan kepala lalu menunduk pias. “Tidak,” gumamnya.“Argh, sial!” geram Kent. Pria itu mengusap belakang kepalanya dengan frustasi.Mereka telah berkeliling di seputaran penginapan, bahkan Kenedict telah pergi ke pusat kota. Namun, baik Kenedict maupun Massimo, tak ada satu pun yang sanggup menemukan Ilona.“Di mana kau, hah?” gumam Kenedict.Napas yang berembus dari hidungnya terdengar berat hingga menggema membuat dadanya naik turun. Khawatir, takut juga merasa begitu bersalah. Marah, apa lagi.“ARRGGHHH!”Sekali lagi Kenedict berteriak sembari menyatukan tangan di belakang kepala dan menengadahkan wajahnya ke langit-langit. Ia kembali menggeram lantas menjatuhkan tatapan. Rahangnya mengencang dengan kepalan tangan yang mulai terbentuk.“Hubungi polisi setempat. Katakan kita telah kehilangan Ilona selama dua puluh empa

  • Belongs to The Billionaire Brothers [INDONESIA]   93 - Shocking News

    Kedua mata Ilona tak dapat terpejam. Sepanjang malam matanya terbuka. Kini menyaksikan pergerakkan langit yang mulai berubah warna. Sepasang manik cokelat itu tengah mematri sang mentari yang perlahan mulai menampakan diri. Memberitahu jika malam pahitnya telah berakhir.Seolah-olah hendak meminta agar ia kini berhenti menangis. Sudah. Semuanya telah berakhir. Matanya benar-benar sembab dan bekas tanda air bening itu tak bisa hilang. Terlalu kentara di kedua pipinya yang pucat.Tak terasa, semalam pun telah berlalu dan Ilona hanya terduduk di atas ranjang tanpa bisa memejamkan matanya.Air mata tiada henti berderai. Hatinya terus mengeluh ngilu. Nyeri dan kini sesak. Lebih daripada itu, batinnya ikut tersiksa. Bahkan napasnya kini tersendat.Semilir angin yang masuk lewat celah jendela yang tak tertutup lantas menyambar wajah gadis itu membuatnya bergeming. Ia pun menyeka sisa-sisa air mata.Beralih meremas sisi ranjang dengan kedua tangan, Ilona p

  • Belongs to The Billionaire Brothers [INDONESIA]   94 - Be Caught In A Snare

    Ilona mengerjapkan matanya berulang kali. Ia meringis, merasakan pening yang tiba-tiba menyambar kepalanya. Setelah kelopak matanya terbuka lebar, ia pun memutuskan untuk berdiri, akan tetapi ketika ia hampir terduduk mendadak kepalanya berkedut makin nyeri. Ilona harus memegang kepala dengan kedua tangannya. “Kau tidak apa-apa?” tanya Dante. Sambil menutup matanya, Ilona mencoba untuk menggoyangkan kepala. Gadis itu masih berusaha mengumpulkan kesadarannya. Terdengar embusan napas panjang dari Dante. Sambil memegang kedua pundak Ilona, Dante mendongakan wajah menatap ibunya kini. “Dokter Anna sedang dalam perjalanan kemari,” kata Mariah. Akhirnya Ilona bisa membuka matanya lagi. Wajah gadis itu terlihat pucat. Bibirnya pun tampak begitu kering. Ilona kembali meringis. Masih memegang kepalanya, gadis itu berusaha lagi untuk membuka kedua mata. Ditatapnya ibu Dante saat ini. “Maaf merepotkanmu, Mariah,” kata Ilona.

  • Belongs to The Billionaire Brothers [INDONESIA]   95 - Restless

    “Kau di mana?” tanya Dante.“Kedai kopi dekat Katedral.”“Okay, aku ke sana lima menit lagi.”Dante mematikan sambungan telepon lantas melempar ponselnya. Pria itu menancap pedal gas lantas melajukan mobilnya meninggalkan kediaman Mariah.Mobil milik Dante berhenti di depan sebuah kedai kopi yang terletak di pusat kota. Ia bergegas menuruni mobil. Kaki jenjangnya tak mau berjalan perlahan. Pria itu berlari menuju lantai dua.Tampak di sana Layla telah menunggu. Pandangan wanita itu sinis menyambut pria yang barus saja datang. Dante mengembuskan napas panjangnya ketika tubuhnya terduduk di depan Layla.Gadis bersuara serak itu menghisap cerutu di tangannya lantas menyunggingkan seringaian sembari membawa pandangannya keluar.“So, kau sudah memikirkan cara terbaik untuk hubungan kalian?” tanya Layla begitu santai.“Hubungan apa maksudmu, hah?” desis Dante. Seketika kedua

Bab terbaru

  • Belongs to The Billionaire Brothers [INDONESIA]   EXTRA PART 3 - We Are Family

    Enam kemudian ><__________________San Diego – California USA Archer’s Mansion 07.23 PM_________ Ilona dan Jane begitu sibuk menata meja makan. Gadis itu sengaja turun ke dapur untuk membantu para pelayan mansion. Turun dari tangga, seorang pria bermata hijau dalam balutan sweater panjang berwarna abu-abu. Ia mengambil langkah panjang menghampiri dining room. Kedua kaki berhenti tepat saat tubuhnya tiba di pintu. “Katanya sup ayam mampu meningkatkan kekebalan tubuh saat hamil?” tanya Ilona. Ia membawa sesendok kuah ke mulutnya. Di sampingnya, Jane mengangguk. “Bagaimana rasanya?” Ilona menarik kedua sudut bibirnya ketika kelopak matanya melebar. “Mmmm …,” gumam gadis itu. Ia mengacungkan jempol. “Masakanmu selalu yang tebaik, Jane.” Jane tertawa. “Aku senang kau menyukainya, Nyonya.” “Em, em, em, em!” Hailey menggoyangkan telunjuk di depan wajahnya. “Sudah berkali-kali kubilang jangan pern

  • Belongs to The Billionaire Brothers [INDONESIA]   EXTRA PART 2 - Bit Me Up Baby Boy

    “Kalau begitu ayo kita mulai.” Hailey tersenyum penuh kemenangan. Melihat bagaimana manik berwarna biru milik suaminya kini berubah gelap membuat sesuatu dalam pangkal paha Hailey berkedut makin kencang. Embusan napas berat dari Christian menyapu kulit dadanya. Ditatapnya sang pria yang kini tengah melucuti bagian atas gaunnya dengan gerakan pelan. Seakan-akan tengah membuka kado spesial, Christian membukanya sepenuh hati. “Damn it,” gumam Christian ketika menatap bagian padat dan kenyal milik sang istri. Christian mendongak menatap Hailey lalu dilumatnya bibir istrinya dengan kasar. Hailey menghela napas di dalam mulut Christian lalu dengan cepat pria itu menarik bibirnya lagi. Tubuh Hailey menggeliat gelisah ketika Christian menempelkan lingualnya di leher wanita itu. “Oh, Chris. Mmmptthhh ....” Hailey mendesah. Kelopak matanya menutup sebagian manik berwarna cokelat itu. Tangan Hailey terangkat melepaskan jepit rambut. Membiarkan rambutnya

  • Belongs to The Billionaire Brothers [INDONESIA]   EXTRA PART 1 - Our Night

    Christian menggendong pengantinnya dengan begitu lembut memasuki salah satu kamar mewah di hotel termegah kota ini. Desain serba putih dengan taburan bunga mawar merah di atas tempat tidur. Sementara sang pengantin wanita mengalungkan tangan ke leher Christian. Hailey memandang lelakinya lekat-lekat lantas ia menarik kedua sudut bibirnya. Hailey tersenyum. Hatinya dipenuhi bunga-bunga yang bermekaran. Betapa tidak menyangkanya wanita itu mendapatkan Christian sebagai suaminya. Sepertinya ia harus sering berterimakasih kepada Kenedict yang telah mengirim Hailey kepada kakaknya. Walaupun pertemuan mereka dibilang tragedy, tetapi Hailey sungguh bersyukur. Ia tak menginginkan hal yang lain selain pria bermata biru yang kini sedang mendekapnya mesra. Christian menaruh tubuh istrinya dengan begitu lembut di atas ranjang. Sambil mengunci tatapan pada Hailey, Christian bergerak menudungi tubuh sang istri. Ia tetap menjaga bobot tubuhnya dengan kedua lutut dan satu ta

  • Belongs to The Billionaire Brothers [INDONESIA]   To All My Dearest Loved Ones

    Hallo :)Dengan berakhirnya kisah romansa dewasa ini, aku mau mengucapkan terima kasih untuk seluruh pembacaku yang sudah mengikuti kisah ini dari awal sampai akhir. Terima kasih juga untuk kalian yang telah berbaik hati memberikan VOTE & RIVIEW untuk novel ini. Mohon maaf apabila Novel ini kurang memuaskan. Sekali lagi, novel ini hanyalah sebuah karangan yang datang dari imajinasi penulis. Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata dan tidak ada maksud untuk menyinggung satu dan atau beberapa pihak/golongan. Apa pun yang tersuguhkan dalam novel ini, niatnya hanyalah untuk menghibur. Semoga ada pesan moral yang bisa diambil dari kisah Kenedict, Christian, Ilona dan Hailey. Sampai bertemu di karya-karyaku selanjutnya, yah :)Sehat terus. Jaga kesehatan dan semoga TUHAN MEMBERKATI :)Your lovely Author : DREAMER QUEEN

  • Belongs to The Billionaire Brothers [INDONESIA]   119 - Happily Ever After

    London – England09.23 AM________Kenedict mondar-mandir di dalam ruang ganti. Sementara di sudut ruangan terdengar embusan napas panjang dari Christian yang sedang duduk di kursi tunggal berwarna putih.“Kent, apa kau butuh popok?” cibir Christian. Pria itu gemas melihat tingkah Kent.“Sial!” Kent mendesis sambil menatap kakaknya dengan nyalang.Wajahnya pucat. Benar-benar pucat, tapi telinganya merah. Ia kembali berlari ke kamar mandi dan datang setelah sepuluh detik. Christian menggelengkan kepalanya. Pria itu akhirnya berdiri lalu mengambil jas berwarna hitam yang disampirkan ke sandaran kursi.TOK TOKKeduanya kompak menengok ke arah pintu. Hailey muncul dengan senyum sumringah.“Mempelai wanita telah siap,” kata Hailey.Christian tersenyum. Ia menjulurkan tangan saat Hailey berjalan cepat menghampirinya. Pria itu mendekap tubuh Ha

  • Belongs to The Billionaire Brothers [INDONESIA]   118 - Sweet Karma

    Dan sekarang aku sadar, jika sebenarnya ada tempat di mana seharusnya aku berada di sana. Berlari ke sana. Tempat yang pernah kuanggap sebagai sebuah kengerian. Kini berdiri di depanku sebagai penyembuhku.Christian Archer~______________Restoran di hotel mewah ini sedikit ramai, oleh karena para eksekutif global company memilih untuk makan siang di Ritz Carlton.Terdengar gelak tawa dari suara bass berat milik tuan Dune. Diikuti kekehan dari beberapa teman sebayanya. Mereka menikmati makan siang dengan santai. Berusaha menghilangkan formalitas yang mengikat.Namun, ada satu tempat dekat jendela yang suasananya sangat canggung. Dua orang muda memilih untuk duduk di tempat tersudut. Seolah-olah yang lain memang memberikan ruang bagi mereka. Sesekali mereka memandang pada pemandangan di luar jendela. Namun, semua itu sekadar untuk melepaskan gugup yang sedari tadi membalut suasana makan siang mereka.&ldq

  • Belongs to The Billionaire Brothers [INDONESIA]   117 - Don't Go

    Dua jam lebih duduk dalam posisi tegang. Gelisah. Gugup. Terus terdengar suara deheman berbalas-balasan.Sesekali saling mencuri pandangan lalu membuang muka saat tak sengaja bertabrak pandang . Seperti seorang pencuri yang sudah tahu akan tertangkap, tapi tetap ke sana.“Bagaimana dengan Anda, Mr. Chris?”Christian akhirnya bergeming. Pria itu menoleh ke samping. Ia bergumam lalu menaikkan kedua alis.“Apakah Anda punya ide lain?” tanya seorang pria pertengahan tiga puluh.Christian berdehem. Sejujurnya pria itu tak bisa berkonsentrasi. Ia telah berusaha selama dua jam penuh untuk membentuk konsentrasi di otaknya, akan tetapi Christian gagal. Otaknya berhenti berpikir. Terpusat pada bagaimana seorang Hailey McAvoy bisa berada satu ruangan dengannya. Dan kenapa dia sangat sialan cantik.“Ehem!”Entah Christian sadar atau tidak, wajah Adonisnya kini sedang berubah warna. Bagai udang yang terken

  • Belongs to The Billionaire Brothers [INDONESIA]   116 - After All This Time

    Christian menatap dirinya di depan cermin. Kameja berwarna putih dengan dasi hitam metalik tampak begitu gagah membalut tubuh kekarnya. Namun, wajah pria itu terlihat suram. Terdengar dari embusan napas panjang yang menggema di dalam deluxe room hotel mewah ini. “Sepertinya aku memang harus diet,” gumam Christian. Sekali lagi ia menatap dirinya dari pantulan cermin. Oke, Chris tak menyangka jika dirinya akan termakan ucapan manipulative adiknya sendiri. Akhirnya semalam Christian ke salon yang berada di dalam hotel ini. Dalam semalam, Chris bisa mengembalikan tampilannya. Dia terlihat makin tampan dengan tatanan rambut klasik yang telah menjadi ciri khasnya selama ini. Pria itu tak pernah mengganti gaya rambut sama sekali. Terlalu betah dengan potongan rambut crew cut. Tak lupa Christian juga mencukur kumis. Ah! Ini sungguh tidak adil. Sejauh ini Christian memang tak pernah memerhatikan dan memedulikan penampilannya. Hanya saja … entah mengapa

  • Belongs to The Billionaire Brothers [INDONESIA]   115 - Never Forget You

    Milan – Lombardia, Italia. _____________________“Semua sudah siap, Tuan.” Seorang pria dalam balutan sweater rajut berwarna hitam dan celana jins berwarna biru bangkit dari atas bangsal rumah sakit yang telah selama enam bulan ini menjadi tempat tinggalnya. “Terima kasih, Theo.” Dia berucap setelah asistennya memberikan over coat berwarna cokelat. Mereka bersiap meninggalkan rumah sakit ini. Setelah dokter ortopedi mengatakan jika Christian Archer telah sembuh dari cedera kakinya seminggu yang lalu. Tidak mudah. Selama enam bulan ini, Christian Archer menahan rasa sakit. Mengikuti fisio terapi bukanlah hal yang gampang bagi seseorang yang memiliki cedera kaki parah. “Tuan,” panggil Theo. Ia memberikan kruk kepada Christian. “Aku tidak membutuhkannya,” kata Christian. Asistennya tak dapat membantah. Melihat tuannya mampu berdiri dengan kedua kaki, membuat ia senang. Perjuangan sang tuan akhirnya

DMCA.com Protection Status