Sehari sebelumnya
~~~~~~
San Diego — California, USA
Archer's Mansion
01.24 AM
__________
BRAK
Terdengar bunyi dari botol yang menabrak dinding, memecah kesunyian di mansion milik Archer. Sepasang tangan mengepal dengan getaran di sekujur tubuh. Rahang yang mengencang dengan sorot mata nyalang.
Berdiri tak jauh di belakangnya, dua orang pria bersetelan serba hitam. Mereka menunduk pias dengan kedua tangan tumpang tindih di depan perut.
"Jadi kalian tidak berhasil menemukan mereka, hah?"
Seorang pria bertanya. Nadanya pelan namun raut wajahnya sangat menakutkan. Dua orang pria yang berdiri di belakangnya saling melempar tatapan.
"Jawab!" bentak sang bos, sontak membuat kedua anak buahnya kaget.
"Ma— maaf," gumam keduanya bersamaan.
"Maaf?" Ulang sang bos. Ia mendecih sinis. Sambil berkacak pinggang, ia pun mendekati dua anak buahnya.
Wajah me
Roterdam Village — San Diego, USAVila milik Kenedict.___________________Kenedict menghela tangan Ilona dengan penuh kelembutan hingga mereka tiba di dalam sebuah ruangan yang lembab namun tetap terlihat elegan dan mewah seperti ruangan lainnya. Ilona sedikit merasa gugup. Semerbak aroma familiar merusuh di penciumannya. Perpaduan antara black musk dan citrus yang tajam selalu mampu mencekik Ilona namun semuanya luluh ketika berpadu dengan aroma rose wine yang begitu manis. Campuran aroma yg selalu membuat Ilona menegang dan tenang dalam satu waktu.Kent menuntun Ilona hingga ke dalam sebuah bilik kaca yang ruangannya tak lebih besar dari ukuran dua kali tiga meter. Pria itu sendiri berhenti di bawah pancuran air sementara Ilona disandarkannya ke dinding kaca.Jantung Ilona mulai memberikan hentakan keras. Ia menelan ludah. Sudah pernah terjebak dalam situasi seperti ini namun berbeda dari sebelumnya. Jika hari itu Ilona diper
Napas Ilona benar-benar terhenti. Seketika seluruh syarafnya menegang dan merasa canggung bahwa sebelumnya dia tidak pernah diterpa gairah membara seperti ini. Bibirnya kering dan matanya mendadak perih. Ia mencoba mencari-cari kesadarannya yang telah tercecer entah ke mana.Ilona membutuhkan waktu yang lama untuk menyeret alam bawah sadarnya kembali ke daratan sehingga ia bisa menghembuskan napas dan menarik kembali kesadarannya.Wanita muda itu ingin melepaskan dirinya namun, Kenedict sudah terlanjur terbakar oleh gairah dan ia bersumpah tak akan melepaskan gadis ini untuk kesekian kalinya. Dengan cepat Kenedict memutar tubuh. Ia menyergap kedua tangan Ilona dalam genggamannya lalu menyeret gadis itu ke bawah pancuran air. Mereka beradu tatapan di sana dengan kedua tangan Ilona dibungkus oleh tangan Kenedict lalu ditempatkannya ke depan dada."Tatap aku." Suara halus dengan nada serak itu menggema diantara gemericik air yang jatuh ke lantai.Ilona mendo
Hari ini aku tahu jika sebenarnya ada rasa yang tak mampu terungkap oleh kata. Namun biarlah semuanya mengalir apa adanya.Ilona Audrey~______________Ilona tersenyum menatap sepasang manik hijau yang tengah memandanginya dari pantulan cermin. Gadis itu tengah disibukkan dengan alat pengering rambut yang telah ia colokan ke listrik. Ia menekan tombol untuk menyalakan hair dryer lalu mulai mengarahkannya ke rambut Kenedict yang basah.Kent duduk di depan cermin. Handuk berwarna putih melingkari pinggangnya sementara Ilona memakai jubah mandi berwarna putih. Tentu saja Kenedict memberikan privasi untuk Ilona. Ia membiarkan gadis itu mengganti pakaiannya yang telah basah kuyup akibat perbuatannya.Setelah mengganti pakaian, Kenedict masih ingin dimanjakan oleh Ilona. Pria Adonis itu meminta Ilona mengeringkan rambutnya dan gadis Indonesia itu tentu akan dengan senang hati melakukannya.Kent menarik satu tangan Ilona
Di mataku, hanya dialah satu-satunya wanita terindah. Cantik tak cukup menggambarkan keindahannya. Dia indah. Bukan hanya parasnya saja namun semua keindahan itu terpancar dari dalam hati. Maka aku harus bersyukur menjadi satu-satunya manusia yang terpilih untuk memilikinya.Kenedict Archer~_________________Sambil menggenggam tangan Ilona, Kenedict berjalan keluar dari kamarnya. Dua orang muda itu terlihat saling memamerkan senyum sumringah. Dua-duanya tengah merasa begitu bahagia walau tak ada satu kalimat pun yang bisa menjelaskan status hubungan mereka saat ini.Semua itu tak penting lagi bagi keduanya. Sekarang ini, baik Kenedict maupun Ilona telah memasrahkan semua pada perasaan mereka tanpa menuntut lebih."Mr. Kent," sapa seseorang yang lantas membuyarkan adu saling tatap keduanya. Mereka kompak memutar pandangan menatap sumber suara. "Oh, maaf." Jane menunduk saat melihat keromantisan dua orang muda itu. Lantas membuatnya sadar jika
Di sanalah hatiku. Dimanifestasikan di luar tubuhku. Menyelimuti sebuah siluet besar dari pria dengan ketampanan yang tak biasa.Ilona Audrey~______________"Mr. Kent," panggil Ilona. Ia mendongak menatap Kent, termasuk pria itu ikut memandanginya. "Apakah keluargaku akan tetap di sini?" tanya gadis itu.Kent tersenyum. Sesuatu menarik perhatiannya. Ia pun menjulurkan tangannya. Ilona melirik dan mengikuti tangan Kenedict yang sedang mendekat padanya. Tangan Kenedict cukup panjang membuatnya sanggup meraih wajah Ilona dari tempat duduknya.Ditempatkannya tangan kekar pria itu ke samping wajah Ilona, meraih rahang gadis itu lalu ibu jarinya mengusap mayonaise yang menempel di sudut bibir si gadis. Kent menarik tangannya lagi lantas menghisap ibu jarinya.Oh astaga. Ini masih pagi dan Kenedict mulai menunjukan sesuatu yang entah ia sadari atau tidak, sengaja atau tidak, perbuatan Kent barusan sanggup membuat Ilona merona seketika. Gadis
Mengetahui jika pria yang sementara ini menggenggam tanganku ternyata adalah seseorang yang memiliki jangkauan lebih luas dari yang sempat aku bayangkan, seketika membuatku merasa begitu kecil. Dia lebih bersinar diantara kilauan berlian. Dia bercahaya. Membuatku berpikir jika seharusnya aku tetap berada di tempatku dan memandangi dirinya dari kejauhan.Ilona Aurdrey~_______________Ilona dibuat tercengang saat Kenedict kembali mengganti rencananya. Ketika mobil yang ditumpangi baru berjalan kira-kira lima kilo meter dari vila tempat mereka tinggal, Kent menyuruh Massimo untuk kembali. Baik Ilona maupun Massimo, tak ada yang berani bertanya mengapa mereka harus kembali saat telah menempuh setengah perjalanan. Namun, setibanya mereka di vila, Ilona dikejutkan dengan kemunculan sebuah helikopter yang rasanya tak asing lagi diingatan Ilona.Kenedict menatap gadis di sampingnya lalu segera meraih tangan sang gadis. Pria Archer itu
Sebagian diriku menyuruhku untuk bersembunyi di sudut paling kecil dan tak terlihat, namun sebagian diriku yang lain ingin aku untuk mengatakan pada dunia bahwa aku milikmu.Ilona Audrey~_____________“Come on,” ucap Kenedict. Ia dengan begitu percaya diri menggenggam tangan Ilona.Dari kejauhan tampak Layla mendecih kesal. Kedua tangannya terlipat di depan dada. Ia memutar bola mata dengan malas. Pemandangan di depannya benar-benar membuat gadis itu gerah.“Kampungan,” gumam wanita seksi itu. Ucapannya barusan terdengar hingga ke rungu Ilona. Ketika jarak Kenedict makin dekat, Layla ikut mengubah raut wajahnya. Kedua sudut bibirnya naik membentuk senyum. “Selamat datang Mr. Kent,” sapanya sumringah.“Di mana para tamu?” tanya Kent dengan nada datar.Layla bergerak mendekati Kenedict. Gadis itu langsung melingkari sebelah lengan Kenedict dengan kedua tangan
Tak akan ada yang berubah. Kesederhanaanmu yang akhirnya membuatku mengerti jika sebuah perasaan tak bisa diukur oleh tampilan. Apa pun dirimu, kau adalah kau. Satu hal yang pasti, hanya aku yang berhak memiliki kesederhanaanmu.Kenedict Archer~______________“Astaga! Kau seharusnya berkaca sebelum menanyakan hal itu, Nona. Bukankah kau melihatnya sendiri. Hari itu, kau lupa? Bukankah kau juga ada di sana? Kau melihat kami, kan? Kau sangat bodoh, astaga!”“Lagipula apa yang kau harapkan dari Kenedict, hah?”“Demi Tuhan, kau bukan tipenya.”“Kuperingatkan agar kau segera pergi. Aku masih menggunakan cara baik-baik. Aku tak segan melakukan sesuatu yang akan menyakitimu nantinya.”**“Nona ….”Ilona bergeming. Gadis itu menghela napas lantas memperbaiki mimik wajahnya. Ia berbalik dan begitu ka
Enam kemudian ><__________________San Diego – California USA Archer’s Mansion 07.23 PM_________ Ilona dan Jane begitu sibuk menata meja makan. Gadis itu sengaja turun ke dapur untuk membantu para pelayan mansion. Turun dari tangga, seorang pria bermata hijau dalam balutan sweater panjang berwarna abu-abu. Ia mengambil langkah panjang menghampiri dining room. Kedua kaki berhenti tepat saat tubuhnya tiba di pintu. “Katanya sup ayam mampu meningkatkan kekebalan tubuh saat hamil?” tanya Ilona. Ia membawa sesendok kuah ke mulutnya. Di sampingnya, Jane mengangguk. “Bagaimana rasanya?” Ilona menarik kedua sudut bibirnya ketika kelopak matanya melebar. “Mmmm …,” gumam gadis itu. Ia mengacungkan jempol. “Masakanmu selalu yang tebaik, Jane.” Jane tertawa. “Aku senang kau menyukainya, Nyonya.” “Em, em, em, em!” Hailey menggoyangkan telunjuk di depan wajahnya. “Sudah berkali-kali kubilang jangan pern
“Kalau begitu ayo kita mulai.” Hailey tersenyum penuh kemenangan. Melihat bagaimana manik berwarna biru milik suaminya kini berubah gelap membuat sesuatu dalam pangkal paha Hailey berkedut makin kencang. Embusan napas berat dari Christian menyapu kulit dadanya. Ditatapnya sang pria yang kini tengah melucuti bagian atas gaunnya dengan gerakan pelan. Seakan-akan tengah membuka kado spesial, Christian membukanya sepenuh hati. “Damn it,” gumam Christian ketika menatap bagian padat dan kenyal milik sang istri. Christian mendongak menatap Hailey lalu dilumatnya bibir istrinya dengan kasar. Hailey menghela napas di dalam mulut Christian lalu dengan cepat pria itu menarik bibirnya lagi. Tubuh Hailey menggeliat gelisah ketika Christian menempelkan lingualnya di leher wanita itu. “Oh, Chris. Mmmptthhh ....” Hailey mendesah. Kelopak matanya menutup sebagian manik berwarna cokelat itu. Tangan Hailey terangkat melepaskan jepit rambut. Membiarkan rambutnya
Christian menggendong pengantinnya dengan begitu lembut memasuki salah satu kamar mewah di hotel termegah kota ini. Desain serba putih dengan taburan bunga mawar merah di atas tempat tidur. Sementara sang pengantin wanita mengalungkan tangan ke leher Christian. Hailey memandang lelakinya lekat-lekat lantas ia menarik kedua sudut bibirnya. Hailey tersenyum. Hatinya dipenuhi bunga-bunga yang bermekaran. Betapa tidak menyangkanya wanita itu mendapatkan Christian sebagai suaminya. Sepertinya ia harus sering berterimakasih kepada Kenedict yang telah mengirim Hailey kepada kakaknya. Walaupun pertemuan mereka dibilang tragedy, tetapi Hailey sungguh bersyukur. Ia tak menginginkan hal yang lain selain pria bermata biru yang kini sedang mendekapnya mesra. Christian menaruh tubuh istrinya dengan begitu lembut di atas ranjang. Sambil mengunci tatapan pada Hailey, Christian bergerak menudungi tubuh sang istri. Ia tetap menjaga bobot tubuhnya dengan kedua lutut dan satu ta
Hallo :)Dengan berakhirnya kisah romansa dewasa ini, aku mau mengucapkan terima kasih untuk seluruh pembacaku yang sudah mengikuti kisah ini dari awal sampai akhir. Terima kasih juga untuk kalian yang telah berbaik hati memberikan VOTE & RIVIEW untuk novel ini. Mohon maaf apabila Novel ini kurang memuaskan. Sekali lagi, novel ini hanyalah sebuah karangan yang datang dari imajinasi penulis. Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata dan tidak ada maksud untuk menyinggung satu dan atau beberapa pihak/golongan. Apa pun yang tersuguhkan dalam novel ini, niatnya hanyalah untuk menghibur. Semoga ada pesan moral yang bisa diambil dari kisah Kenedict, Christian, Ilona dan Hailey. Sampai bertemu di karya-karyaku selanjutnya, yah :)Sehat terus. Jaga kesehatan dan semoga TUHAN MEMBERKATI :)Your lovely Author : DREAMER QUEEN
London – England09.23 AM________Kenedict mondar-mandir di dalam ruang ganti. Sementara di sudut ruangan terdengar embusan napas panjang dari Christian yang sedang duduk di kursi tunggal berwarna putih.“Kent, apa kau butuh popok?” cibir Christian. Pria itu gemas melihat tingkah Kent.“Sial!” Kent mendesis sambil menatap kakaknya dengan nyalang.Wajahnya pucat. Benar-benar pucat, tapi telinganya merah. Ia kembali berlari ke kamar mandi dan datang setelah sepuluh detik. Christian menggelengkan kepalanya. Pria itu akhirnya berdiri lalu mengambil jas berwarna hitam yang disampirkan ke sandaran kursi.TOK TOKKeduanya kompak menengok ke arah pintu. Hailey muncul dengan senyum sumringah.“Mempelai wanita telah siap,” kata Hailey.Christian tersenyum. Ia menjulurkan tangan saat Hailey berjalan cepat menghampirinya. Pria itu mendekap tubuh Ha
Dan sekarang aku sadar, jika sebenarnya ada tempat di mana seharusnya aku berada di sana. Berlari ke sana. Tempat yang pernah kuanggap sebagai sebuah kengerian. Kini berdiri di depanku sebagai penyembuhku.Christian Archer~______________Restoran di hotel mewah ini sedikit ramai, oleh karena para eksekutif global company memilih untuk makan siang di Ritz Carlton.Terdengar gelak tawa dari suara bass berat milik tuan Dune. Diikuti kekehan dari beberapa teman sebayanya. Mereka menikmati makan siang dengan santai. Berusaha menghilangkan formalitas yang mengikat.Namun, ada satu tempat dekat jendela yang suasananya sangat canggung. Dua orang muda memilih untuk duduk di tempat tersudut. Seolah-olah yang lain memang memberikan ruang bagi mereka. Sesekali mereka memandang pada pemandangan di luar jendela. Namun, semua itu sekadar untuk melepaskan gugup yang sedari tadi membalut suasana makan siang mereka.&ldq
Dua jam lebih duduk dalam posisi tegang. Gelisah. Gugup. Terus terdengar suara deheman berbalas-balasan.Sesekali saling mencuri pandangan lalu membuang muka saat tak sengaja bertabrak pandang . Seperti seorang pencuri yang sudah tahu akan tertangkap, tapi tetap ke sana.“Bagaimana dengan Anda, Mr. Chris?”Christian akhirnya bergeming. Pria itu menoleh ke samping. Ia bergumam lalu menaikkan kedua alis.“Apakah Anda punya ide lain?” tanya seorang pria pertengahan tiga puluh.Christian berdehem. Sejujurnya pria itu tak bisa berkonsentrasi. Ia telah berusaha selama dua jam penuh untuk membentuk konsentrasi di otaknya, akan tetapi Christian gagal. Otaknya berhenti berpikir. Terpusat pada bagaimana seorang Hailey McAvoy bisa berada satu ruangan dengannya. Dan kenapa dia sangat sialan cantik.“Ehem!”Entah Christian sadar atau tidak, wajah Adonisnya kini sedang berubah warna. Bagai udang yang terken
Christian menatap dirinya di depan cermin. Kameja berwarna putih dengan dasi hitam metalik tampak begitu gagah membalut tubuh kekarnya. Namun, wajah pria itu terlihat suram. Terdengar dari embusan napas panjang yang menggema di dalam deluxe room hotel mewah ini. “Sepertinya aku memang harus diet,” gumam Christian. Sekali lagi ia menatap dirinya dari pantulan cermin. Oke, Chris tak menyangka jika dirinya akan termakan ucapan manipulative adiknya sendiri. Akhirnya semalam Christian ke salon yang berada di dalam hotel ini. Dalam semalam, Chris bisa mengembalikan tampilannya. Dia terlihat makin tampan dengan tatanan rambut klasik yang telah menjadi ciri khasnya selama ini. Pria itu tak pernah mengganti gaya rambut sama sekali. Terlalu betah dengan potongan rambut crew cut. Tak lupa Christian juga mencukur kumis. Ah! Ini sungguh tidak adil. Sejauh ini Christian memang tak pernah memerhatikan dan memedulikan penampilannya. Hanya saja … entah mengapa
Milan – Lombardia, Italia. _____________________“Semua sudah siap, Tuan.” Seorang pria dalam balutan sweater rajut berwarna hitam dan celana jins berwarna biru bangkit dari atas bangsal rumah sakit yang telah selama enam bulan ini menjadi tempat tinggalnya. “Terima kasih, Theo.” Dia berucap setelah asistennya memberikan over coat berwarna cokelat. Mereka bersiap meninggalkan rumah sakit ini. Setelah dokter ortopedi mengatakan jika Christian Archer telah sembuh dari cedera kakinya seminggu yang lalu. Tidak mudah. Selama enam bulan ini, Christian Archer menahan rasa sakit. Mengikuti fisio terapi bukanlah hal yang gampang bagi seseorang yang memiliki cedera kaki parah. “Tuan,” panggil Theo. Ia memberikan kruk kepada Christian. “Aku tidak membutuhkannya,” kata Christian. Asistennya tak dapat membantah. Melihat tuannya mampu berdiri dengan kedua kaki, membuat ia senang. Perjuangan sang tuan akhirnya