Di mataku, hanya dialah satu-satunya wanita terindah. Cantik tak cukup menggambarkan keindahannya. Dia indah. Bukan hanya parasnya saja namun semua keindahan itu terpancar dari dalam hati. Maka aku harus bersyukur menjadi satu-satunya manusia yang terpilih untuk memilikinya.
Kenedict Archer~
_________________
Sambil menggenggam tangan Ilona, Kenedict berjalan keluar dari kamarnya. Dua orang muda itu terlihat saling memamerkan senyum sumringah. Dua-duanya tengah merasa begitu bahagia walau tak ada satu kalimat pun yang bisa menjelaskan status hubungan mereka saat ini.
Semua itu tak penting lagi bagi keduanya. Sekarang ini, baik Kenedict maupun Ilona telah memasrahkan semua pada perasaan mereka tanpa menuntut lebih.
"Mr. Kent," sapa seseorang yang lantas membuyarkan adu saling tatap keduanya. Mereka kompak memutar pandangan menatap sumber suara. "Oh, maaf." Jane menunduk saat melihat keromantisan dua orang muda itu. Lantas membuatnya sadar jika
Di sanalah hatiku. Dimanifestasikan di luar tubuhku. Menyelimuti sebuah siluet besar dari pria dengan ketampanan yang tak biasa.Ilona Audrey~______________"Mr. Kent," panggil Ilona. Ia mendongak menatap Kent, termasuk pria itu ikut memandanginya. "Apakah keluargaku akan tetap di sini?" tanya gadis itu.Kent tersenyum. Sesuatu menarik perhatiannya. Ia pun menjulurkan tangannya. Ilona melirik dan mengikuti tangan Kenedict yang sedang mendekat padanya. Tangan Kenedict cukup panjang membuatnya sanggup meraih wajah Ilona dari tempat duduknya.Ditempatkannya tangan kekar pria itu ke samping wajah Ilona, meraih rahang gadis itu lalu ibu jarinya mengusap mayonaise yang menempel di sudut bibir si gadis. Kent menarik tangannya lagi lantas menghisap ibu jarinya.Oh astaga. Ini masih pagi dan Kenedict mulai menunjukan sesuatu yang entah ia sadari atau tidak, sengaja atau tidak, perbuatan Kent barusan sanggup membuat Ilona merona seketika. Gadis
Mengetahui jika pria yang sementara ini menggenggam tanganku ternyata adalah seseorang yang memiliki jangkauan lebih luas dari yang sempat aku bayangkan, seketika membuatku merasa begitu kecil. Dia lebih bersinar diantara kilauan berlian. Dia bercahaya. Membuatku berpikir jika seharusnya aku tetap berada di tempatku dan memandangi dirinya dari kejauhan.Ilona Aurdrey~_______________Ilona dibuat tercengang saat Kenedict kembali mengganti rencananya. Ketika mobil yang ditumpangi baru berjalan kira-kira lima kilo meter dari vila tempat mereka tinggal, Kent menyuruh Massimo untuk kembali. Baik Ilona maupun Massimo, tak ada yang berani bertanya mengapa mereka harus kembali saat telah menempuh setengah perjalanan. Namun, setibanya mereka di vila, Ilona dikejutkan dengan kemunculan sebuah helikopter yang rasanya tak asing lagi diingatan Ilona.Kenedict menatap gadis di sampingnya lalu segera meraih tangan sang gadis. Pria Archer itu
Sebagian diriku menyuruhku untuk bersembunyi di sudut paling kecil dan tak terlihat, namun sebagian diriku yang lain ingin aku untuk mengatakan pada dunia bahwa aku milikmu.Ilona Audrey~_____________“Come on,” ucap Kenedict. Ia dengan begitu percaya diri menggenggam tangan Ilona.Dari kejauhan tampak Layla mendecih kesal. Kedua tangannya terlipat di depan dada. Ia memutar bola mata dengan malas. Pemandangan di depannya benar-benar membuat gadis itu gerah.“Kampungan,” gumam wanita seksi itu. Ucapannya barusan terdengar hingga ke rungu Ilona. Ketika jarak Kenedict makin dekat, Layla ikut mengubah raut wajahnya. Kedua sudut bibirnya naik membentuk senyum. “Selamat datang Mr. Kent,” sapanya sumringah.“Di mana para tamu?” tanya Kent dengan nada datar.Layla bergerak mendekati Kenedict. Gadis itu langsung melingkari sebelah lengan Kenedict dengan kedua tangan
Tak akan ada yang berubah. Kesederhanaanmu yang akhirnya membuatku mengerti jika sebuah perasaan tak bisa diukur oleh tampilan. Apa pun dirimu, kau adalah kau. Satu hal yang pasti, hanya aku yang berhak memiliki kesederhanaanmu.Kenedict Archer~______________“Astaga! Kau seharusnya berkaca sebelum menanyakan hal itu, Nona. Bukankah kau melihatnya sendiri. Hari itu, kau lupa? Bukankah kau juga ada di sana? Kau melihat kami, kan? Kau sangat bodoh, astaga!”“Lagipula apa yang kau harapkan dari Kenedict, hah?”“Demi Tuhan, kau bukan tipenya.”“Kuperingatkan agar kau segera pergi. Aku masih menggunakan cara baik-baik. Aku tak segan melakukan sesuatu yang akan menyakitimu nantinya.”**“Nona ….”Ilona bergeming. Gadis itu menghela napas lantas memperbaiki mimik wajahnya. Ia berbalik dan begitu ka
Bagaikan melempar koin ke sumur keberuntungan, aku mendapatkanmu sebagai imbalan. Semesta pun tak sanggup memisahkan dirimu dariku. Kenedict Archer~_______________Kent menenggelamkan wajahnya di dalam ceruk leher Ilona. Lagi-lagi ia menjadi Big Baby Blonde yang meminta jatah untuk dimanjakan. Kent berlagak bagai seorang anak kecil yang tak pernah tahu caranya mandi. Segala sesuatu harus dilakukan oleh Ilona, dan gadis itupun hanya bisa mengiyakan apa yang menjadi keinginan bayi besarnya. Mereka berdiri di depan cermin dengan hanya memakai jubah mandi. Tentu saja, sensasi mandi mendebarkan masih terasa hingga ke dalam daging Ilona. Tubuh Ilona masih bergetar diterpa gairah meresahkan yang setiap waktu selalu membuatnya frustasi. Napasnya masih bergemuruh di depan dada. Ia hanya mematri tatapannya di depan cermin sambil terus bermonolog dalam diam dengan bayangannya sendiri. Kent menaruh tangannya di atas pundak Ilona sebelum mendaratkan kec
Kenedict tersenyum. Matanya memaku menatap Ilona tanpa berkedip. Keduanya hanya berpandangan dalam diam dengan irama jantung yang sama kerasnya. Saling memuja. Sebagian lagi begitu penasaran dengan apa yang akan terjadi pada perpindahan detik selanjutnya. Kent menelan ludah. Manik hijau zamrud itu semakin menggelap menahan gairah menuntut pemuasan. Namun, semuanya harus dilakukan perlahan. Dengan perasaan. Kenedict bergerak, memindahkan wajahnya sedikit ke samping. Satu tangannya membentuk siku, terparkir di samping wajah Ilona. Kenedict menyeret satu tangannya dari bawah, membelai tubuh polos Ilona. Berjalan di antara perut memberikan efek samping yang membuat Ilona mendesah lantas menutup kedua matanya. “Keep your eyes open,” bisik Kent. Ilona dipaksa untuk kembali membuka matanya. Hembusan napas berat dari sang gadis menjadi pertanda jika tubuhnya telah menerima efek samping luar biasa dari sentuhan tangan sensual itu. “You r
Desahan napas panjang kembali terdengar. Kenedict merebahkan tubuhnya di samping Ilona. Alunan napas kasar, tersendat dan kaku membuat Kenedict tertawa berat. Ia membalikkan tubuh lalu mengangkat kepala Ilona untuk menyelipkan tangannya ke belakang tengkuk sang gadis. Kent menjadikan lengannya sebagai bantal Ilona. Sebuah kecupan mesra mendarat di dahi Ilona yang telah dibanjiri peluh. Dalam hal ini, Kenedict merasa telah memiliki Ilona sepenuhnya. Membuatnya semakin yakin pada keputusan yang telah ia ambil di sela-sela ia merasakan tubuh sang gadis. “Kau hanya miliku, ingat itu.” Kent berucap sambil menatap Ilona dari samping, sedang gadis itu masih terlalu sibuk bermonolog dengan pikirannya sambil terus memperbaiki napas. “Katakan sesuatu,” bisik Kent lagi. Ilona berusaha keras mencapai kesadaran penuh. Sesuatu di antara kedua pangkal pahanya masih berdenyut menikmati sisa-sisa sensasi nikmat yang membuat bagian lembab dan sensitif itu terasa perih.
Ilona mendengus. Ia mengangkat pandangannya memberikan tatapan sinis pada Kenedict. Pria itu menyengir. Ia membawa tangannya meraih dagu Ilona yang langsung ditepis oleh gadis itu. Kent menyeringai lalu memajukan wajahnya.“Kalau tidak buru-buru aku ingin menggaulimu sekarang,” bisik Kent.KREK“Awh!” Kent meringis saat Ilona menarik kedua sisi dasinya. Otomatis benda itu mengencang lantas mencekik lehernya.“Rasakan itu,” gerutu Ilona. Ia berbalik.Kent tertawa berat. “Kau semakin berani, Tiger.”Ilona membalikkan tubuh saat ia tepat berada di depan lemari. “Tiger?” tanya gadis itu sambil mendelik menatap Kenedict.Kent mendekat. Ia langsung merangkul tubuh Ilona dari belakang. Wanita muda itu terdiam. Lebih-lebih ketika Kenedict menaruh dagunya di atas bahu seraya mengencangkan pelukannya, ia memblokir semua pergerakkan Ilona dan memaksa gadis itu untuk diam di tempat.“Yah, Tiger. Tingkahmu seperti tiger.”Ilona menol
Enam kemudian ><__________________San Diego – California USA Archer’s Mansion 07.23 PM_________ Ilona dan Jane begitu sibuk menata meja makan. Gadis itu sengaja turun ke dapur untuk membantu para pelayan mansion. Turun dari tangga, seorang pria bermata hijau dalam balutan sweater panjang berwarna abu-abu. Ia mengambil langkah panjang menghampiri dining room. Kedua kaki berhenti tepat saat tubuhnya tiba di pintu. “Katanya sup ayam mampu meningkatkan kekebalan tubuh saat hamil?” tanya Ilona. Ia membawa sesendok kuah ke mulutnya. Di sampingnya, Jane mengangguk. “Bagaimana rasanya?” Ilona menarik kedua sudut bibirnya ketika kelopak matanya melebar. “Mmmm …,” gumam gadis itu. Ia mengacungkan jempol. “Masakanmu selalu yang tebaik, Jane.” Jane tertawa. “Aku senang kau menyukainya, Nyonya.” “Em, em, em, em!” Hailey menggoyangkan telunjuk di depan wajahnya. “Sudah berkali-kali kubilang jangan pern
“Kalau begitu ayo kita mulai.” Hailey tersenyum penuh kemenangan. Melihat bagaimana manik berwarna biru milik suaminya kini berubah gelap membuat sesuatu dalam pangkal paha Hailey berkedut makin kencang. Embusan napas berat dari Christian menyapu kulit dadanya. Ditatapnya sang pria yang kini tengah melucuti bagian atas gaunnya dengan gerakan pelan. Seakan-akan tengah membuka kado spesial, Christian membukanya sepenuh hati. “Damn it,” gumam Christian ketika menatap bagian padat dan kenyal milik sang istri. Christian mendongak menatap Hailey lalu dilumatnya bibir istrinya dengan kasar. Hailey menghela napas di dalam mulut Christian lalu dengan cepat pria itu menarik bibirnya lagi. Tubuh Hailey menggeliat gelisah ketika Christian menempelkan lingualnya di leher wanita itu. “Oh, Chris. Mmmptthhh ....” Hailey mendesah. Kelopak matanya menutup sebagian manik berwarna cokelat itu. Tangan Hailey terangkat melepaskan jepit rambut. Membiarkan rambutnya
Christian menggendong pengantinnya dengan begitu lembut memasuki salah satu kamar mewah di hotel termegah kota ini. Desain serba putih dengan taburan bunga mawar merah di atas tempat tidur. Sementara sang pengantin wanita mengalungkan tangan ke leher Christian. Hailey memandang lelakinya lekat-lekat lantas ia menarik kedua sudut bibirnya. Hailey tersenyum. Hatinya dipenuhi bunga-bunga yang bermekaran. Betapa tidak menyangkanya wanita itu mendapatkan Christian sebagai suaminya. Sepertinya ia harus sering berterimakasih kepada Kenedict yang telah mengirim Hailey kepada kakaknya. Walaupun pertemuan mereka dibilang tragedy, tetapi Hailey sungguh bersyukur. Ia tak menginginkan hal yang lain selain pria bermata biru yang kini sedang mendekapnya mesra. Christian menaruh tubuh istrinya dengan begitu lembut di atas ranjang. Sambil mengunci tatapan pada Hailey, Christian bergerak menudungi tubuh sang istri. Ia tetap menjaga bobot tubuhnya dengan kedua lutut dan satu ta
Hallo :)Dengan berakhirnya kisah romansa dewasa ini, aku mau mengucapkan terima kasih untuk seluruh pembacaku yang sudah mengikuti kisah ini dari awal sampai akhir. Terima kasih juga untuk kalian yang telah berbaik hati memberikan VOTE & RIVIEW untuk novel ini. Mohon maaf apabila Novel ini kurang memuaskan. Sekali lagi, novel ini hanyalah sebuah karangan yang datang dari imajinasi penulis. Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata dan tidak ada maksud untuk menyinggung satu dan atau beberapa pihak/golongan. Apa pun yang tersuguhkan dalam novel ini, niatnya hanyalah untuk menghibur. Semoga ada pesan moral yang bisa diambil dari kisah Kenedict, Christian, Ilona dan Hailey. Sampai bertemu di karya-karyaku selanjutnya, yah :)Sehat terus. Jaga kesehatan dan semoga TUHAN MEMBERKATI :)Your lovely Author : DREAMER QUEEN
London – England09.23 AM________Kenedict mondar-mandir di dalam ruang ganti. Sementara di sudut ruangan terdengar embusan napas panjang dari Christian yang sedang duduk di kursi tunggal berwarna putih.“Kent, apa kau butuh popok?” cibir Christian. Pria itu gemas melihat tingkah Kent.“Sial!” Kent mendesis sambil menatap kakaknya dengan nyalang.Wajahnya pucat. Benar-benar pucat, tapi telinganya merah. Ia kembali berlari ke kamar mandi dan datang setelah sepuluh detik. Christian menggelengkan kepalanya. Pria itu akhirnya berdiri lalu mengambil jas berwarna hitam yang disampirkan ke sandaran kursi.TOK TOKKeduanya kompak menengok ke arah pintu. Hailey muncul dengan senyum sumringah.“Mempelai wanita telah siap,” kata Hailey.Christian tersenyum. Ia menjulurkan tangan saat Hailey berjalan cepat menghampirinya. Pria itu mendekap tubuh Ha
Dan sekarang aku sadar, jika sebenarnya ada tempat di mana seharusnya aku berada di sana. Berlari ke sana. Tempat yang pernah kuanggap sebagai sebuah kengerian. Kini berdiri di depanku sebagai penyembuhku.Christian Archer~______________Restoran di hotel mewah ini sedikit ramai, oleh karena para eksekutif global company memilih untuk makan siang di Ritz Carlton.Terdengar gelak tawa dari suara bass berat milik tuan Dune. Diikuti kekehan dari beberapa teman sebayanya. Mereka menikmati makan siang dengan santai. Berusaha menghilangkan formalitas yang mengikat.Namun, ada satu tempat dekat jendela yang suasananya sangat canggung. Dua orang muda memilih untuk duduk di tempat tersudut. Seolah-olah yang lain memang memberikan ruang bagi mereka. Sesekali mereka memandang pada pemandangan di luar jendela. Namun, semua itu sekadar untuk melepaskan gugup yang sedari tadi membalut suasana makan siang mereka.&ldq
Dua jam lebih duduk dalam posisi tegang. Gelisah. Gugup. Terus terdengar suara deheman berbalas-balasan.Sesekali saling mencuri pandangan lalu membuang muka saat tak sengaja bertabrak pandang . Seperti seorang pencuri yang sudah tahu akan tertangkap, tapi tetap ke sana.“Bagaimana dengan Anda, Mr. Chris?”Christian akhirnya bergeming. Pria itu menoleh ke samping. Ia bergumam lalu menaikkan kedua alis.“Apakah Anda punya ide lain?” tanya seorang pria pertengahan tiga puluh.Christian berdehem. Sejujurnya pria itu tak bisa berkonsentrasi. Ia telah berusaha selama dua jam penuh untuk membentuk konsentrasi di otaknya, akan tetapi Christian gagal. Otaknya berhenti berpikir. Terpusat pada bagaimana seorang Hailey McAvoy bisa berada satu ruangan dengannya. Dan kenapa dia sangat sialan cantik.“Ehem!”Entah Christian sadar atau tidak, wajah Adonisnya kini sedang berubah warna. Bagai udang yang terken
Christian menatap dirinya di depan cermin. Kameja berwarna putih dengan dasi hitam metalik tampak begitu gagah membalut tubuh kekarnya. Namun, wajah pria itu terlihat suram. Terdengar dari embusan napas panjang yang menggema di dalam deluxe room hotel mewah ini. “Sepertinya aku memang harus diet,” gumam Christian. Sekali lagi ia menatap dirinya dari pantulan cermin. Oke, Chris tak menyangka jika dirinya akan termakan ucapan manipulative adiknya sendiri. Akhirnya semalam Christian ke salon yang berada di dalam hotel ini. Dalam semalam, Chris bisa mengembalikan tampilannya. Dia terlihat makin tampan dengan tatanan rambut klasik yang telah menjadi ciri khasnya selama ini. Pria itu tak pernah mengganti gaya rambut sama sekali. Terlalu betah dengan potongan rambut crew cut. Tak lupa Christian juga mencukur kumis. Ah! Ini sungguh tidak adil. Sejauh ini Christian memang tak pernah memerhatikan dan memedulikan penampilannya. Hanya saja … entah mengapa
Milan – Lombardia, Italia. _____________________“Semua sudah siap, Tuan.” Seorang pria dalam balutan sweater rajut berwarna hitam dan celana jins berwarna biru bangkit dari atas bangsal rumah sakit yang telah selama enam bulan ini menjadi tempat tinggalnya. “Terima kasih, Theo.” Dia berucap setelah asistennya memberikan over coat berwarna cokelat. Mereka bersiap meninggalkan rumah sakit ini. Setelah dokter ortopedi mengatakan jika Christian Archer telah sembuh dari cedera kakinya seminggu yang lalu. Tidak mudah. Selama enam bulan ini, Christian Archer menahan rasa sakit. Mengikuti fisio terapi bukanlah hal yang gampang bagi seseorang yang memiliki cedera kaki parah. “Tuan,” panggil Theo. Ia memberikan kruk kepada Christian. “Aku tidak membutuhkannya,” kata Christian. Asistennya tak dapat membantah. Melihat tuannya mampu berdiri dengan kedua kaki, membuat ia senang. Perjuangan sang tuan akhirnya