Masih dalam posisi berbaring Shenka mengamati paket berukuran besar itu sebelum membukanya. Untungnya paket itu tidak dilapisi banyak plastik pembungkus, jadi dalam satu sentakan saja ia berhasil melepaskan perekatnya. Shenka membuka paket itu, dan langsung tertawa terbahak saat melihat isinya.
Ada berbagai macam pembalut berbagai merek dan tipe, juga beberapa set pakaian dalam, serta pakaian wanita, mulai dari piyama, baju rumahan, dan beberapa lembar tunik."Kamu mau membuka toko, Hans? Banyak banget belanjaannya?""Aku cuma asal memasukkan ke keranjang. Aku 'kan tidak tahu kamu pakai merek apa. Mana tipenya banyak banget, pake sayap, tanpa sayap, fragrance, no fragrance. Tau ah, pusing. Mending aku beli aja semua, kamu pilih sendiri mana yang mau dipakai," jawab Hans.Shenka mengangguk. Dia menghargai usaha pria itu. Untung saja dia terpikir untuk membeli online pagi ini, jika tidak Shenka tidak tah harus bagaimana saat bangun nanti. Saat ini"Apa kamu bilang? Shenka bersama Tuan Muda Adalrich? Bagaimana bisa?" Kali ini adalah suara Adhiwan yang meradang. Bagaimana dia tidak marah saat tahu cucu kesayangannya bersama dengan cucu musuh bebuyutannya.Bianca yang melihat kemarahan Adhiwan cepat-cepat menenangkannya kembali. "Masih dikonfirmasi, Pa. Tenanglah, jangan emosi. Ingat kesehatan Papa.""Konfirmasi apa lagi? Cepat beritahu aku alamatnya, biar aku sendiri yang menjemputnya dari sarang penyamun itu!""Baik, Pa. Nanti aku kirimkan alamatnya."Adhiwan pergi membawa amarahnya yang membara. Sementara itu Bianca bergegas menghubungi orang kepercayaannya kembali. Dia harus mendahului Adhiwan menemui Shenka. Sebisa mungkin ia harus mencegah anak tirinya itu kembali ke rumah. 'Mita yang berkerja keras, kenapa anak itu yang menikmati hasilnya? Tidak akan aku biarkan dia kembali. Bila perlu, akan aku habisi dia agar tak muncul lagi di hadapan Adrian dan kakeknya.'***Sesuai rencana mereka saat sarapan tadi, siangnya Hans men
Kediaman keluarga Zeny gempar. Penyebabnya adalah sebuah panggilan misterius yang mengaku telah menculik Shenka, dan mereka meminta sejumlah tebusan jika keluar Zeny ingin Shenka selamat.Adrian yang mempercayakan urusan Shenka pada Bianca pun menjadi murka. "Dasar tidak becus! Mengurus seorang anak perempuan saja kau tak bisa. Aku tidak mau tau, Bianca. Apa pun caranya, kau harus membawa Shenka pulang dengan selamat," titah Adrian dengan wajah merah padam.Bianca yang telah merencanakan hal ini dengan piawainya memasang wajah cemas di hadapan Adrian. "Apa yang harus aku lakukan, Suamiku? Mereka meminta sejumlah uang. Haruskah kita membayarnya? Bagaimana kalau mereka berbohong?""Itu yang harus kau cari tahu terlebih dahulu, Bianca! Jangan coba-coba menggunakan uang habis sia-sia. Kau harus pastikan Shenka memang bersama mereka atau tidak.""Huh! Dasar pelit. Untuk anak sendiri pun perhitungan," cibir Bianca di dalam hati."Bagaimana kalau kita lapor polisi saja, Sayang?""Kau ingin
Adrian tidak percaya dengan perkataan pelayannya itu, tetapi mana mungkin juga pelayannya berani berbohong. Akan tetapi, kalau memang orang itu adalah Tuan Muda Adalrich, ada urusan apa dia ke sini? Selama berpuluh-puluh tahun belum pernah kejadian aksi saling mengunjungi di antara keluarga Zeny dan Adalrich karena permusuhan keluarga mereka yang telah berlangsung selama dua generasi. Tak ingin menanggung rasa penasaran lebih lama, Adrian pun bergegas keluar dari ruang kerjanya. Lelaki paruh baya yang masih terlihat muda itu langsung menuju ruang tamu di mana Hans menunggu."Ternyata benar yang orang-orang katakan. Tuan Muda Adalrich ternyata lebih tampan jika dilihat secara langsung." Adrian langsung menyapa Hans dengan cirinya yang khas saat melihat pria tampan itu sedang mematut lukisan besar yang terpajang di dinding rumahnya.Beberapa detik Hans terkesiap, tetapi ia segera mengendalikan diri karena sadar saat ini sedang berhadapan dengan Adrian Zeny, ayah Shenka, wanita yang ia c
Di sebuah rumah besar di pinggir kota, Shenka duduk sendiri di ruangan yang nyaris gelap gulita. Hanya ada sedikit cahaya yang berasal dari lampu pijar lima Watt yang tergantung di langit-langit kamar. Tangan dan kakinya terikat, sementara mulutnya ditutup lakban hitam. Ia sudah berada di dalam posisi itu selama berjam-jam tanpa tahu apa-apa. Hanya satu yang Shenka tahu bahwa dirinya sedang diculik. Namun, sejak tadi ia tak melihat satu pun wajah pelaku. Dari posturnya saja Shenka tahu pelakunya adalah pria berjumlah empat orang, berbadan tegap, dan mereka beraksi tanpa suara. Hal itu membuat Shenka semakin yakin kalau penculikannya sudah direncanakan dengan sangat matang.Shenka tidak tahu sekarang pukul berapa. Namun, dari lamanya waktu yang sudah berlalu, ia bisa menebak saat itu sudah malam. Ditambah lagi dengan lambungnya yang terasa perih, ia pun semakin yakin kalau hari sudah malam. Tenggorokannya juga terasa kering karena sudah berjam-jam dirinya tidak minum."Hmmmph ... hmmm
"She-shelo ...," ucap Shenka terbata. Ia masih sulit mempercayai pemandangan yang ada di hadapannya saat ini. Apakah semua ini nyata atau bagian dari rencana busuk ibu tirinya?*Flashback dua jam yang lalu*Shelomita baru saja kembali dari pabrik setelah melakukan sejumlah pemeriksaan bersama tim terkait. Ia sudah mengantongi beberapa masalah yang akan didiskusikan dengan para eksekutif di kantor nanti. Langkah kakinya kian lebar saat melihat mobil Adrian memasuki halaman parkir. Ia tidak ingin ayah tirinya itu mendapati meja kerjanya kosong meskipun dirinya sedang mengerjakan pekerjaan lain.Demi menghindari pertemuan dengan Adrian, Shelomita sengaja tidak menaiki lift, memilih melewati tangga darurat untuk kembali ke ruangannya yang berada di lantai lima."Nona Shelomita?"Sebuah suara bariton yang sangat berwibawa berhasil menghentikan langkah Shelomita yang baru saja keluar dari pintu tangga darurat. Ia menoleh ke sumber suara, mendapati seorang pria berparas sangat tampan muncul d
Meski luar biasa galau dengan perasaannya, tetapi Shelomita berhasil menepati janjinya membawa Shenka pulang dengan selamat ke kediaman keluarga Zeny."Shenka cucuku, akhirnya kamu pulang juga, Sayang. Kamu tega meninggalkan Kakek tanpa kabar. Kamu tidak sayang Kakek lagi? Mau Kakek cepat mati?" Adhiwan menyongsong kedatangan Shenka dengan pelukan hangat dari atas kursi rodanya."Maafkan aku, Kek. Tentu saja aku sangat menyayangi Kakek, tapi saat itu aku benar-benar ingin sendiri, Kek. Aku ingin hidup tenang dan bebas, bukan dipenjara oleh berbagai macam aturan."Shenka membalas pelukan Adhiwan dengan erat, tak lupa melabuhkan kecupan sayang di kedua pipi sang Kakek."Kakek 'kan sudah bilang. Kalau kamu tidak betah di rumah ini, tinggallah bersama Kakek. Rumah nenekmu tidak ada yang menghuni, kita bisa tinggal di sana berdua."Shenka menggeleng. "Rumah nenek terlalu jauh dari kota, Kek. Sementara kesehatan Kakek sudah tak seperti dulu lagi. Sewaktu-waktu kondisi Kakek bisa drop, dan p
Adrian jelas bukan pria kemarin sore. Separuh usianya mungkin sudah dihabiskan untuk bercinta. Dia adalah pria dewasa yang sudah sangat berpengalaman dalam banyak hal, termasuk dalam hubungan intim antara pria dan wanita. Baginya mencumbu wanita selain sang istri adalah hobi yang telah ia tinggalkan sejak menikahi Bianca. Namun, ciuman Shelomita mampu membuat tubuhnya bergetar hingga ke tulang. "She-shelo ... jangan begini, ingat aku adalah suami ibumu," ucap Adrian seraya mendorong pelan tubuh Shelomita. Ia masih mencoba mempertahankan kewarasannya meskipun sempat terlena oleh permainan lidah sang anak tiri.Shelomita melepaskan tautan bibirnya, tetapi kedua tangannya masih melingkar di leher Adrian."Aku tahu ... kau adalah suami ibuku. Itu sebabnya aku ingin kau menceraikannya karena dia tidak layak mendapatkan pria hebat sepertimu. Ibuku bukan wanita yang setia, Adrian. Aku yakin kau pasti sudah tahu apa yang dilakukannya dengan sahabat baikmu itu." Dengan tatapan penuh percaya d
Fajar baru saja menyingsing di ufuk timur, tetapi Hans sudah tampak gagah dalam balutan setelan kemeja dan denim mahal berwarna hitam. Wajahnya yang tampan telah dicukur rapi, menyisakan bayangan kebiruan di bagian dagu dan rahang yang membuat ketampanannya bertambah dua kali lipat.Ia menyisir rapi rambut bergelombangnya yang dipangkas pendek, tak lupa membubuhkan sedikit pomade agar tatanan rambutnya tetap rapi dan berkilau meski beraktivitas seharian.Hans membuka laci kaca yang berisi puluhan jam tangan dari brand-brand ternama. Ia mengambil satu jam tangan merek R bertali hitam. Usai menyemprotkan parfum mahal ke kedua sisi leher dan bagian dalam pergelangan tangannya, Hans pun tersenyum."Perfect! Today is yours, Hans. Bersenang-senanglah."Cahaya matahari telah merambat di sela-sela gorden, Hans meraih kunci lalu bergegas menuju mobilnya yang terparkir di basement. Sejak semalam ia bertekad akan mengunjungi kediaman keluarga Zeny jika Shenka tidak juga meneleponnya.Dan sekaran