Rita kembali ke tempat duduknya dengan membawa delapan buah kaos panitia berukuran all size. “Biar aku bantu bagikan ke seluruh anggota divisi humas.” kata Zeni. “Terima kasih Zeni. Ini ambillah!” Rita menyerahkan tumpukan kaos kepada Zeni. Zeni menerimanya dan segera membagikan kepada delapan anggota tim lainnya. “Bagaimana kalian sudah menerimanya kan? Lumayan juga kaosnya agak tebal meskipun kurang menyerap keringat.” kata Rita sembari memegang kaos tersebut. Anggota humas yang lain menyahut : “Apakah kita sudah boleh pulang? Ini hampir pukul 18:00 petang dan sebentar lagi waktu maghrib. Rita menggelengkan kepalanya. “Lihatlah Rian dan beberapa panitia lainnya, mereka masih sibuk dengan pembagian kaos. Kita tunggu saja sampai mereka selesai menerima kaos semuanya. Kita bisa melaksanakan sholat maghrib di musholla. Tenang saja kalian, selama Rian yang menghandle rapat, kita tidak akan pulang melewati waktu isya. Cobalah kalian amati saat Rian menjabat sebagai ketua pan
”Makanlah Zeni.” kata Lintang saat pelayan sudah menyajikan makanan di atas meja.“Terima kasih Lintang. Kamu hari ini mentraktirku, kapan-kapan sebelum aku menikah, aku juga akan mentraktir kamu.”“Lupakanlah Zeni. Aku hanya ingin sebentar bercengkerama denganmu. Ayolah kita makan bersama!” ajak Lintang sembari menggigit potongan ayam bakar.Zeni yang duduk tepat didepan Lintang segera menyuapkan ayam bakar. “Apakah kamu sudah mulai membuat rancangan proposal untuk skripsi?” tanya Zeni.Lintang menggelengkan kepalanya.“Belum. Aku sudah mengajukan judul skripsi tiga kali juga belum di acc oleh dosen pembmbing. Dosen pembimbingku terkenal killer. Ya sudah aku bersikap santai saja dan tidak ambil pusing.” ucapnya dengan cuek.“Aku rencananya mau fokus menyelesaikan bab dua ku. Tapi benar-benar waktuku sekarang terbatas. Kemungkinan aku akan mulai berkonsentrasi pada skripsi setelah kepanitiaan mahasiswa baru tingkat jurusan selesai.” kata Zeni sembari menyesap es jeruknya.“Apa yang a
“Benar Om Laksana. Kak Ardiansyah dan Adiratna belum memiliki rencana untuk menikah. Ibu yang mendukungku. Dia bahkan yang melamar Zeni di rumah orang tuanya. Kemungkinan sebentar lagi ibu akan melakukan pertemuan keluarga untuk membahas acara resepsi pernikahan yang akan dilaksanakan pada dua bulan mendatang.”Laksana tersenyum melihat wajah keponakannya.Dia berkata : “Siapakah calom istrimu Baskoro? Apakah dia satu kampus dengamu? Aku tidak tahu mengapa kamu terburu-buru untuk menikah, sedangkan kamu belum menyelesaikan study kamu di bangku kuliah. Apakah bapak kamu merestui pernikahan kalian? Sepengetahuanku bapakmu menekankan kepada anak-anaknya untuk menempuh pendidikan sampai tuntas. Apalagi kedua kakakmu sampai saat ini juga belum menikah.”“Nama calon istriku Zeni. Kami berbeda fakultas dan dia adalah adik tingkatku. Frans mengenal Zeni karena mereka satu fakultas dan sesama aktivis. Sebenarnya bapak kurang merestui pernikahan kami. Yah…. seperti yang om Laksana katakan alas
“Kenapa kamu terdiam? Apakah kamu kecewa karena kedua kakakmu tidak mendukung keputusanmu? Ibumu tentu menuruti semua keinginanmu, namun bapak tidak Baskoro. Kamu masih terlalu muda untuk membangun rumah tangga dan Zeni juga berasal dari keluarga biasa. Pikirkan kembali keputusanmu dengan baik.” kata Bapak Hutama.“Aku tidak akan mengubah keputusanku. Aku dan Zeni sudah memiliki komitmen. Terima kasih kalian sudah memberiku pandangan, namun aku tetap pada pendirianku. Sebaiknya kalian menghormati keputusanku dan tidak perlu memaksakan kehendak kepadaku. Aku sudah cukup dewasa untuk berpikir dengan mempertimbangkan semua konsekuensinya.”“Kenapa kamu bersikap keras kepala Baskoro. Aku hanya menginginkan yang terbaik untukmu. Baiklah, mungkin kamu saat ini lelah, aku akan menginap disini. Aku ingin besok kita bisa membicarakannya.” kata Ardiansyah mencoba untuk menengahi.Baskoro memandang kak Ardiansyah yang duduk didepannya dengan sorot mata tajam. Dia tahu, kakaknya keras kepala dan
“Apakah ibu menyindirku? Memang sampai saat ini aku belum menikah bu, aku juga masih ingin menghabiskan hidupku dengan berbagai target yang belum aku penuhi. Jika aku sudah menemukan seorang lelaki yang cocok untukku tentu aku akan menikah. Ibu tidak perlu mengkhawatirkannya mengingat usiaku hampir memasuki usia tiga puluh tahun?” kata Adiratna.“Itulah yang ibu takutkan jika ibu tidak menuruti permintaan Baskoro. Ibu tidak ingin Baskoro seperti kalian yang menurut ibu sudah telat untuk menikah. Ibu bersyukur Baskoro mau menikah meskipun dia menikah muda, namun ibu tetap mendukung keputusannya.”“Aku tahu ibu sudah menginginkan seorang cucu, namun aku sebagai seorang anak lelaki tertua, menurutku umur tiga puluh tahun bagiku belum telat untuk menikah. Seperti Adiratna aku juga masih menikmati masa lajangku.”“Ibu tidak menyindir kalian berdua serta tidak pernah memaksa kalian untuk bersegera menikah. Itu merupakan keputusan kalian berdua. Toh ibu sudah mengetahui jika kalian sudah cuk
Tepat pukul 10:30 pagi, Zeni sudah menyelesaikan bab dua skripsinya. Dia berjalan keluar dari kamar untuk pergi ke kamar mandi. Saat melewati dapur dia melihat Lisa dan Nina sedang asyik makan.“Mba Zeni, ayo makan bersama? Tadi aku baru saja keluar bersama Nina sekalian membelikan makanan untuk makan pagi. Hehe… sebenarnya sebentar lagi siang tapi kami sedang santai liburan di kos.”“Makanlah kalian. Tadi pagi aku sudah sarapan pagi.” jawab Zeni seraya meneruskan langkah kakinya menuju ke kamar mandi. Pagi tadi selepas subuh, Zeni sudah mulai meredam cucian di kamar mandi.Dia bergumam : “Aku harus segera menuntaskan cucian ini sebelum pekerjaanku bertambah banyak.”Zeni segera mencuci pakaiannya yang sudah dia pakai selama satu minggu. Nina datang sembari tersenyum dan menghampiri Zeni.Dia berkata : “Aku temani mba Zeni? Kebetulan aku juga sudah merendam cucian tadi pagi.”Nina segera mengambil ember dan mulai mencuci pakaian yang sudah dia rendam.“Kamu mandiri Nina? Kenapa paka
Adiratna sesaat terdiam mendengarkan perkataan dari ibunya.“Mungkin bapak memiliki cita-cita bu. Berharap Baskoro menjadi seorang dokter terlebih dahulu baru kemudian menikah. Yah… tapi aku harap bapak sudah mampu untuk menerima keadaan ini. Lambat laun aku harap bapak mulai luluh dengan Keputusan Baskoro menikah dengan Zeni.”“Semoga apa yang kamu katakan benar Adiratna dan bapak dapat merestui pernikahan Baskoro dengan Zeni. Tapi ibu senang dengan sikap Baskoro yang ingin segera menikah. Apakah kamu mau makan siang sekarang? Jika Baskoro belum datang, kita tidak perlu menunggu Baskoro untuk makan siang bersama.”“Baiklah bu. Kita akan makan siang bersama, aku akan bantu ibu untuk menyiapkan makan siangnya.”“Tidak perlu Adiratna. Ada pelayan yang membantu ibu. Ibu tahu kamu bekerja dan ini adalah hari liburmu. Jadi manfaatkanlah hari liburmu dengan bersantai. Temuilah kakakmu, tanyakan apakah dia sudah menghubungi kerabat kita. Sekalian kamu minta bapak dan kakakmu untuk makan sia
“Baguslah jika seperti itu Baskoro. Aku harap hubungan kalian berdua tetap baik meskipun kamu sudah menikah dengan Zeni.” kata Garvin.“Aku harap juga demikian. Setidaknya Frans tidak berubah meskipun aku sudah menikah dengan Zeni. Apakah kamu mendapatkan informasi terbaru Garvin? Terkait dengan adanya rumor demonstrasi yang akan dilakasanakan pada akhir bulan ini.”“Yah… aku sudah mendengar berita tersebut. Aku juga mengerahkan anak buahku untuk ikut berpartisipasi. Meskipun aku belum mencari tahu siapa dalang dari aksi rencana demonstrasi tersebut, namun pastinya itu menghabiskan jumlah uang yang cukup banyak. Setidaknya mereka akan melibatkan beberapa organisasi kelompok mahasiswa yang tersebar di kota ini. Apakah kamu juga akan ikut melakukan demo tersebut Baskoro?”“Aku belum tahu akan ikut berpartisipasi atau tidak. Yang pasti, akhir bulan ini aku cukup sibuk dengan tugas bimbingan skripsi dan persiapan tugas pengabdian masyarakat. Mungkin mahasiswa semester tahun kedua atau ke
Zeni mengambil ponselnya dan menghubungi Baskoro. Sesaat panggilan mulai terhubung.“Hallo Zeni. Apakah kamu sudah bertemu dengan driver?” tanya Baskoro melalui sambungan telepon.“Aku sudah bertemu dengan driver dan saat ini sedang dalam perjalanan. Baskoro, aku akan pergi ke kantor sebentar untuk melakukan absensi online dan bertemu dengan pak Leon. Apakah kamu tidak keberatan?”“Tentu saja aku tidak keberatan. Driver akan mengantarkanmu ke kantor sebelum pergi ke rumah sakit.”“Baiklah… Bagaimana kondisi bapak Hutama?”“Keadaannya jauh lebih baik dibandingkan tadi malam. Saat ini bapak sedang sarapan pagi ditemani oleh Ibu dan Om Laksana.”“Syukurlah jika kondisi pak Hutama semakin baik. Sebentar lagi aku akan sampai di kantor, aku tutup teleponnya sekarang Baskoro.”“Siapa yang meneleponmu Baskoro?” tanya Galuh tepat berada didepan Baskoro.“Tante!” kata Baskoro dengan terkejut. “Kapan tante Galuh datang ke balkon ini? Kenapa aku tidak menyadari kedatangan tante?”“Aku baru saja d
Laksana dan Galuh masuk ke dalam ruang perawatan. Dia melihat Baskoro sedang berbicara dengan seorang perawat yang berdiri tak jauh dari Hutama. Galuh segera duduk disamping Indraswari.“Kak, bersabarlah! Aku yakin kak Hutama segera sembuh. Jika kak Indraswari sudah lelah, istirahatlah! Biarkan aku dan Laksana yang menjaga kak Hutama.”“Aku belum lelah Galuh. Nanti saja sekalian aku menunggu Ardiansyah.” ucapnya dengan sedih.“Kak Hutama memiliki semangat hidup yang tinggi, tentu dia akan lekas sembuh. Kak Indraswari tidak perlu larut dalam kesedihan.”“Benar apa yang kamu katakan Laksana, Hutama memang tipe orang yang bersemangat dan memilki optimis yang tinggi. Aku hanya merasa shock atas kesehatan Hutama yang tiba-tiba jatuh sakit. Selama aku hidup berumah tangga dengannya dia tidak pernah sakit parah. Ini adalah pertama kalinnya.”“Kak Hutama sudah tidak muda lagi, tentu energinya tidak seperti dulu. Yang sama hanyalah semangat hidupnya yang masih berjiwa muda. Kemarin dia sakit s
“Tidak tante Galuh. Aku hanya terkejut saja atas pertanyaan yang tiba-tiba menyudutkanku untuk segera menikah. Aku benar-benar belum memilki teman dekat laki-laki yang cocok dan sesuai dengan kriteriaku.”“Apakah kamu memiliki masalah? Tante berpikir jika kamu memiliki pergaulan yang luas, sehingga tidaklah sulit untuk mendapatkan pasangan hidup.”“Itu tidak semudah yang tante lihat. Aku merasa belum waktunya untuk menikah, usiaku juga belum memasuki kepala tiga, jadi aku masih memiliki waktu untuk menikmati masa lajangku.”“Tidak seperti itu Adiratna, kamu adalah anak perempuan satu-satunya dari kak Hutama, jadi kedua orang tuamu tentu lebih memperhatikan masa depanmu. Mungkin tante dan om Laksana bisa membantumu untuk mengenalkan beberapa lelaki yang pantas untukmu.”“Lakukan saja Galuh! Aku juga pernah memikirkan hal tersebut dengan Hutama, namun karena kami jarang bertemu ditambah dengan kesibukan masing-masing, rencana kami belum terlaksana sampai saat ini.”“Apakah kak Indraswar
Baskoro dan pak Archery segera berjalan masuk ke dalam rumah sakit. Mereka segera menuju ke lift yang membawanya menuju ke lantai dua.“Apakah kamu sudah mengetahui di ruang mana Hutama menjalani perawatan?” “Sudah pak Archery, prof. Jack telah mengirim pesan mengenai ruangan yang digunakan untuk perawatan bapak.”“Oh… benar! Aku hampir lupa. Kamu adalah calon dokter. Apakah kamu sebentar lagi akan menuntaskan kuliahmu?”“Kemungkinan tahun ini aku akan wisuda. Bulan depan aku akan menjalani sidang skripsi.”“Aku salut kepadamu Baskoro. Hutama dan Indraswari pandai mendidik kamu. Selain kamu kuliah saya dengar kamu juga sudah memiliki bisnis. Di usiamu yang cukup muda kamu sudah mendulang kesuksesan.” “Apa yang pak Archery katakan itu sungguh berlebihan. Aku merasa posisiku masih stagnan dan belum ada perkembangan apapun. Bisnis yang aku geluti pun belum berkembang dengan pesat dan masih berskala nasional.”“Apa kamu pikir aku tidak mengetahui bisnismu Baskoro? Kamu telah bekerjasama
Ibu Indraswari mulai menguraikan pelukannya. Perlahan dia mengusap bulir air mata yang mengalir di kedua pipinya.“Ibu tidak tahu mengapa tiba-tiba bapakmu sakit. Tadi saat sedang minum teh di ruang tengah ibu meninggalkan bapakmu sebentar untuk mengambil kudapan di dapur. Saat itu dia masih sehat, kami memang sedang menunggu kerabat dari keluarga bapak yang akan berkunjung ke rumah. Ibu terkejut melihat bapakmu sudah pingsan sekembali dari dapur. Segera ibu memanggil pelayan untuk membawanya menuju ke kamar.”“Setahuku bapak sehat selama ini. Apa ibu menyembunyikan sesuatu dari ku? Apa bapak menderita penyakit tertentu? Tidak mungkin bapak pingan secara tiba-tiba.”“Sudahlah Baskoro! Kamu jangan menyudutkan ibu dengan berbagai pertanyaanmu. Ibu juga tidak tahu sama seperti kita. Sebaiknya kita menunggu dokter memeriksa bapak.” kata Ardiansyah.Om Laksana yang baru saja masuk ke dalam kamar, melihat sedikit keributan yang muncul antara Baskoro dan Ardiansyah. Dia segera berjalan mende
Sesampainya di kamar kos, Lisa mengajak Zeni duduk. “Sebentar mba Zeni, tunggulah disini. Aku menaruh barangnya di motor.” Lisa bergegas keluar dari kamar.Tak lama kemudian Lisa kembali dengan membawa satu buah paper bag dan meletakkannya di atas meja.“Ini mba Zeni, terimalah. Aku tadi sempat mampir ke butik dan aku lihat ini cocok untuk mba Zeni. Cobalah!”“Aku tidak mau merepotkanmu Lisa. Kenapa kamu membelikan ini untukku? Apakah ini kado pernikahan darimu?” kata Zeni sembari membuka paper bag tersebut.Lisa segera duduk disamping Zeni. “Itu bukan kado pernikahan untuk mba Zeni, tapi kenang-kenangan dariku. Mba Zeni sebentar lagi akan melakukan tugas pengabdian masyarakat selama satu bulan dan setelah itu pasti mba sibuk untuk mempersiapkan pernikahan dan tentunya akan mengambil libur kuliah beberapa hari kan? Setelah itu kita pasti jarang bertemu, apalagi fakultas kita berbeda. Aku pasti merindukan mba Zeni.”“Apa yang kamu katakan Lisa? Kamu jangan lebay seperti Lintang, seol
Siang hari Zeni masih berkutik didepan laptop sampai suara nada dering ponsel membuyarkan konsentrasi Zeni. Dia segera mengambil ponselnya dan menjawab panggilan telepon dari Lintang.“Assalamu’alaikum Lintang? Bagaimana kabarmu?” “Wa’alaikumussalam Zeni. Apakah kamu saat ini berada di kos? Aku sekarang sedang di kampus, rencananya aku mau menemuimu karena kamu tidak berangkat ke kampus?”“Iya Lintang, aku ingin rehat sebentar. Aku tunggu kamu di kos. Datanglah sekarang!”“Oke Zeni. Aku akan segera ke kosmu sekarang.” Tak berapa lama kemudian Lintang sudah berada didepan kos. Dia mengetuk pintu kos Zeni sembari mengucapkan salam. Zeni segera berjalan menuju ke ruang tamu saat mendengar ucapan salam. Dibukanya pintu kos, dia tersenyum melihat Lintang sudah berada didepannya.“Masuklah! Aku senang akhirnya kamu datang ke kos?”Lintang segera masuk ke dalam kos. Zeni menutup pintu kos dan menguncinya. Dia memandu Lintang untuk berjalan menuju ke kamarnya.“Kenapa kosmu sepi sekali? Dim
Tepat pukul 20:30 malam Zeni sampai di kos. Dia segera masuk ke dalam kamar dan meletakkan paper bag di atas meja. Diambilnya baju didalam lemari dan segera melangkahkah kakinya berjalan keluar dari dalam kamar menuju ke kamar mandi.Lisa masuk ke dalam kamar. Dia melihat kamarnya kosong tidak menemukan Zeni.Dia bergumam : “Kemana mba Zeni? Sepertinya tadi mba Zeni sudah pulang ke kos?” sesaat pandangan matanya tertuju pada paper bag di atas meja.“Berarti benar jika mba Zeni sudah pulang.” bisiknya lirih.Zeni muncul dari balik pintu. Dia melihat Lisa sudah duduk di depan meja.“Dari mana kamu Lisa? Kenapa aku baru melihatmu?” tanya Zeni sembari masuk ke dalam kamar.“Tadi aku baru menemani Nina untuk memfotokopi beberapa tugas kelompok. Aku tadi melihat ada mobil yang keluar dari halaman kos kita. Berarti benar, tadi mba Zeni diantar oleh Baskoro?”“Benar Lisa. Apakah kamu melihat Baskoro?”Lisa menggelengkan kepalanya.“Tidak mba. Saat itu mobilnya melaju dengan cepat, aku tidak s
“Hallo Baskoro! Ibu sekarang sudah berada di depan café. Keluarlah! Ibu mau bertemu dengan kamu dan Zeni. Ibu tunggu sekarang!” kata Ibu Indraswari melalui sambungan telepon.“Baiklah ibu. Aku dan Zeni akan segera menemui ibu.” Baskoro segera menutup panggilan telepon.“Kami akan pulang terlebih dahulu, ibu sudah menunggu kami di depan Café. Bill nya biar aku yang bayar.” ucap BaskoroBaskoro segera melambaikan tangannya kepada pelayan café. Seorang pelayan café datang.Dia berkata : “Ada yang perlu aku bantu Tuan?”“Tolong berikan bill untuk seluruh pesanan pada meja ini?” “Baiklah Tuan. Tunggu sebentar aku akan ke kasir untuk mengambilkan catatan billnya.” pelayan segera berlalu dari hadapan Baskoro. Sesaat kemudian pelayan datang sembari menyerahkan kertas bill kepada Baskoro.Baskoro segera mengelurkan sejumlah uang untuk membayar pesanan makanan tersebut.“Aku akan pulang nanti Baskoro. Ada hal yang masih ingin aku bicarakan dengan Frans. Berhati-hatilah selama dalam perjalanan