Krystal mengerjapkan matanya beberapa kali ketika merasakan sinar matahari menembus jendela, menyentuh kulit wajahnya. Dan ketika mata Krystal telah benar-benar terbuka. Dia menoleh ke samping mencari keberadaan Kaivan. Sayangnya, Krystal harus menelan kekecewaan kala suaminya tidak ada di sampingnya.“Kaivan di mana?” Krystal bergumam pelan. Namun, tiba-tiba ingatan Krystal mengingat tentang kejadian tadi malam. Senyuman di wajah Krystal langsung mengembang mengingat kejadian tadi malam. Sentuhan Kaivan yang memuja keindahan tubuhnya membuat Krystal melambung tinggi ke angkasa. Ya, lagi dan lagi sentuhan Kaivan selalu sukses menyihir Krystal. Baik Kaivan dan Krystal tak pernah bosan melakukan pergulatan panas.Ketika Krystal bangit dari ranjang, dia meringis perih di inti bagian bawahnya. Bagaimana tidak? Kaivan tadi malam bermain dengan liar. Membuat Krystal benar-benar kewalahan. Kalau akan seperti ini, lain kali dia tidak mau menggoda singa yang kelaparan.“Lebih baik aku berendam
“Siapa yang mengajari liar seperti tadi malem, hm? Apa karena menonton ini?”Suara Kaivan berbisik di telinga sang istri dengan nada yang menggoda. Film dewasa yang menyajikan adegan ranjang kini telah disetel di laptop yang ada di pangkuan Kaivan. Jika Kaivan menontonnya dengan senyuman misterius, lain halnya dengan Krystal yang memilih memejamkan mata tidak mau menonton film dewasa itu. Sungguh, Krystal sangat malu. Bahkan sejak tadi Krystal bersembunyi di lengan Kaivan. Tidak mau melihat film yang sudah diputar suaminya itu. Ya, harusnya Krystal melenyapkan flashdisk itu tapi malah dia menyembunyikannya saja. Alhasil flashdisk itu ditemukan oleh suaminya. Dan kini film-nya malah diputar. Astaga, Krystal ingin sekali berlari ke kutub utara. Kaivan telah sukses membuatnya malu. Seumur hidup, ini adalah hal yang memalukan yang pernah Krystal alami dalam hidupnya.“Kamu belum menjawab pertanyaanku, Krys,” bisik Kaivan di telinga Krystal.Wajah Krystal semakin memerah. “Kai, matikan fil
“Apa aku mengganggu kalian?”Suara bariton memasuki ruang makan, sontak membuat Kaivan, Krystal, dan Felicia langsung mengalihkan pandangan mereka pada sumber suara itu.Seketika semua orang yang ada di sana terkejut melihat sosok pria yang melangkah masuk ke dalam. Tampak sorot mata Kaivan begitu dingin melihat sosok yang berada di hadapnnya.“Untuk apa kamu ke sini, Aryan?” Suara Kaivan terdengar dingin dan tatapan mata tajam.Ya, yang ada di hadapan Kaivan ini adalah Aryan. Entah apa yang membuat temannya ini datang ke rumahnya tiba-tiba seperti ini. Padahal Kaivan tidak mengundang Aryan untuk datang di weekend ini.“Aku kebetulan lewat rumahmu ini. Itu kenapa aku memutuskan mampir,” jawab Aryan dengan santai. Lalu dia menarik kursi dan duduk di samping Felicia tepat di hadapan Krystal. “Hi, Krys. Apa makanan ini kamu yang masak?” tanyanya yang menduga. Pasalnya Aryan hafal dengan aroma masakan Krystal.Krystal tersenyum hangat. “Hi, Aryan. Iya aku yang masak. Ayo makan bersama,” a
“Kai, apa kamu tidak sarapan dulu? Nanti kalau sudah di kantor pasti kamu lupa untuk sarapan karena terlalu sibuk dengan pekerjaanmu itu.”Suara Krystal menegur Kaivan yang sejak tadi sibuk dengan iPad yang ada di tangannya. Sejak tadi Krystal mengajak Kaivan untuk sarapan bersama, tapi malah sang suami mengatakan belum ingin makan. Well, ini yang membuat Krystal kesal. Bahkan saat baru saja mereka bangun tidur, ponsel Kaivan sudah berdering lebih dari sepuluh kali.“Krys, aku tidak bisa sarapan di rumah. Aku harus berangkat ke kantor sekarang. Nanti aku akan sarapan di kantor,” ucap Kaivan seraya mengambil kunci mobilnya yang ada di atas meja dan memberikan kecupan di kening Krystal.Krystal mendesah pelan. “Tunggu sebentar, aku akan merapikan dasimu,” jawabnya yang segera merapikan dasi Kaivan yang tadi sedikit berantakan. “Jangan lupa sarapan, Kai. Aku tidak mau kamu sakit,” lanjutnya mengingatkan sang suami.“Iya.” Kaivan mencium hidung Krystal. “Kamu jam berapa ke rumah sakit?” t
Krystal menoleh menatap ke luar jendela melihat cuaca siang ini begitu cerah. Tatapan Krystal menatap lembut banyaknya pejalan kaki di trotoar. Ya, kini Krystal tengah berada di jalan menuju ke rumah sakit—menjenguk Galen. Rasanya Krystal sudah tidak sabar untuk bertemu dengan adiknya itu. Pun Krystal ingin segera Galen keluar dari rumah sakit. Krystal tahu, adiknya itu pasti sangat jenuh berada di rumah sakit.Tak berselang lama, mobil yang membawa Krystal mulai memasuki lobby rumah sakit. Krystal segera turun dari mobil, dan melangkah masuk ke dalam lobby rumah sakit. Tentu sang sopir tidak akan pergi ke mana pun. Karena memang sang sopir akan menunggu Krystal sampai Krystal pulang nanti.Saat tiba di depan ruang rawat Galen; Krystal langsung memutar kenop pintu ruang rawat adiknya itu, dan melangkah masuk ke dalam.“Galen,” panggil Krystal pelan ketika masuk ke dalam ruang rawat adiknya. Senyum di wajahnya terukir melihat sang adik yang tengah duduk sambil menonton film.“Ka? Kamu
“Nyonya Krystal, kantung kandungan Anda sudah terlihat. Anda sedang mengandung, Nyonya. Usia kandungan Anda saat ini lima minggu.”Tubuh Krystal menegang. Wajahnya memucat mendengar apa yang diucapkan oleh sang dokter. Sepasang iris mata cokelat terangnya menatap sang dokter dengan tatapan tak percaya. Tatapan Krystal tersirat menuntut agar sang dokter menjelaskan. “Dok, Dokter bercanda, kan?” tanya Krystal memastikan. Meski tatapannya tersirat bahagia tapi dia takut apa yang dia dengar ini adalah salah. Dia takut ketika dirinya telah melambung tinggi dengan sebuah kebahagiaan dan harapan, nyatanya malah hanya mimpi.Sang dokter tersenyum. “Nyonya, dilihat dari USG memang Anda sedang mengandung. Anda lihat titik kecil di sana? Itu adalah kantung kandungan. Usia kandungan Anda saat ini lima minggu. Selamat atas kehamilan Anda, Nyonya,” ujarnya memberitahu.Mata Krystal berkaca-kaca mendengar apa yang diucapkan oleh sang dokter. Kini Krystal membawa tangannya, mengusap penuh kelembuta
Rumah mewah Kaivan tak luput dari pandangan Livia dan Dita. Tampak di belakang mobil Livia ada mobil para pengawal yang terparkir tetap menjaga jarak. Malam kian larut. Rumah mewah Kaivan itu begitu sepi, namun tetap banyak penjaga.“Nyonya Livia, Tuan Kaivan masih memiliki meeting dengan rekan bisnisnya. Saya rasa dia masih lama pulang, Nyonya,” ucap Dita seraya menatap Livia. Nada bicaranya terdengar begitu yakin.Livia tersenyum misterius. “Good, lakukan rencana yang aku bilang. Jangan lupa matikan CCTV di area rumah. Lakukan yang aku perintahkan dengan sempurna. Aku tidak mau meninggalkan bukti sedikit pun.”Dita menganggukan kepalanya. “Baik, Nyonya,” ucapnya seraya mengambil ponsel dan menginteruksi para pengawal untuk menjalankan rencana.Livia menyandarkan punggungnya di kursi, dia menatap anak buahnya yang sudah mulai memasuki rumah Kaivan. Anak buahnya itu memasuki lewat pintu belakang. Ya, entah bagaimana cara yang dilakukan anak buahnya. Yang Livia inginkan hanya rencanany
“Tuan Kaivan, apa Anda menyetujui pembukaan perusahaan games di Korea?” Suara Walt—rekan bisnis Kaivan dari Madrid.Ya, di ruangan meeting hanya ada Kaivan, Aryan, dan juga Walt. Baik Kaivan dan Aryan masih belum bisa menyudahi meeting karena masih banyak yang harus dibahas. Itu kenapa Kaivan dan Aryan sampai lupa waktu.Tampak di ujung sana ada Kaivan yang duduk di kursi kepemimpinan tengah membaca dokumen yang ada di tangannya. Pria itu membuka setiap isi dokumen dengan pelan. Menatap dengan terliti isi dari yang tertulis di sana.“Aku setuju. Bukan hanya Korea tapi aku juga menginginkan pembukaan cabang perusahaan video games di Jepang. Seperti kita tahu, Jepang memiliki minat yang tinggi dalam video games.” Kaivan menjawab dengan nada dingin dan raut wajah tanpa ekspresi.Walt menganggukan kepalanya. “Saya setuju dengan saran Anda, Tuan Kaivan,” jawabnya yang sependapat dengan Kaivan. Kemudian, pria yang bernama Walt menoleh pada Aryan yang duduk tak jauh darinya. “Bagaimna dengan